CHAPTER 7

1.5K 224 9
                                    

Pandu's POV

"Apalagi si, Mah? Pandu harus berapa kali lagi jelasin ke mamah?"

"Hanya ini saja Pandu, tolong kamu turuti permintaan Papah, ya?"

"Sekarang Pandu mau Tanya sama mamah. Apa pernah Pandu menuntut sesuatu dari kalian berdua? Apa pernah selama 26 tahun Pandu hidup di dunia ini, Pandu meminta sesuatu ke kalian? Apa ada permintaan Mamah dan Papah yang tidak Pandu turuti? Semua pandu lakukan Mah, tanpa penolakan. Tapi untuk permintaan Mamah dan Papah satu ini. Sampai kapanpun tidak akan Pandu turuti. Maaf"

Kulemparkan handphone ku ke sembarang arah di sofa yang ada di salah satu sudut kedai kopi milikku. Kumatikan secara sepihak obrolan di telepon dengan Mamah. Mungkin aku terkesan sangat durhaka dan kasar sekarang. Namun kalian harus tau, aku tidak akan membiarkan seorang pun untuk melepas apa yang sudah aku perjuangkan dari awal, sendirian. Kepalaku yang mula nya baik-baik saja sekarang menjadi terasa begitu penat.

Kuseduh Arabica racikanku di kedai kopi kecilku ini. Sudah ku tutup kedai nya sekitar 15 menit yang lalu sebelum telepon dari Mamah membunyikan handphone ku. Tenang sekali rasanya menikmati aroma kopi yang sedang diseduh ini. Seakan akan menghapus segala riuh yang ada di pikiranku. Kopi dan aromanya adalah dua hal yang akan membuatku terus hidup, dalam keterpurukan sekalipun. Menurutku, dunia akan baik-baik saja ketika ada kopi, dan otakku masih mampu berimajinasi merangkai kata.

Kurebahkan tubuhku di sofa tadi. Coba kupejamkan mataku. Sial, bayangan senyumanmu malah muncul di benakku. Aku jadi penasaran kamu pakai mantra apa. Kok bisa aku sedemikian tertariknya dengan mu yang sebetulnya sangat tidak masuk kedalam kriteria perempuan idaman ku. Aku suka perempuan tinggi, dan kamu pendek. Aku suka perempuan berambut panjang, namun kepalamu tertutup hijab. Aku suka perempuan kuat dan periang, namun kamu terlihat sangat lemah di perjumpaan pertama kita. Namun anehnya, kau memikatku. Kalian tahu kan siapa yang sedang aku bicarakan? Dia adalah Nasha Cempaka.

Bayangan-bayangan tentangmu terus saja muncul di benakku sampai akhirnya aku disadarkan oleh notifikasi pesan masuk pada handphone ku.

"siapa yang mengirim pesan padaku jam setengah 11 malam begini? Tumben sekali." Batinku.

Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui siapa yang mengirim pesan kepadaku malam-malam begini. Dan ternyata itu kamu. Itu kamu, Na. Kamu yang sejak sore tadi memenuhi kepalaku, sekarang mengirim pesan kepadaku. Tak perlu waktu lama untuk aku mengenali foto profil pada aplikasi chatting itu. Tanpa basa basi- langsung aku simpan nomormu. Aku seperti menang lotre saat ini, Na. entah mengapa pesan singkat darimu yang biasa saja itu, mampu menarik garis lengkung di bibirku.

 entah mengapa pesan singkat darimu yang biasa saja itu, mampu menarik garis lengkung di bibirku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau tahu Na? ketika aku menanyakan kamu siapa, itu hanya sekedar basa-basi dan sok jual mahal dariku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau tahu Na? ketika aku menanyakan kamu siapa, itu hanya sekedar basa-basi dan sok jual mahal dariku. Padahal sejak notifikasi pesan darimu masuk ke layar handphoneku, aku tau itu kamu. Fotomu terlihat lucu sekali, Na. Dari samping pun kau terlihat sangat cantik. Kau tahu Na, ketika kamu menanyakan apakah besok aku ada waktu luang, aku seperti merasakan ada kupu-kupu menari di perutku. Aku sangat senang, Na. Meskipun aku juga malu ketika kamu membahas kembali soal kemejaku. Tentu saja aku menolak.

Dan apa-apaan ini? Kamu mau mentraktirku makan malam? Seperti sedang mimpi bukan, ditraktir oleh seorang artis papan atas seperti mu. Bagaimana bisa aku menolaknya. Rasanya sangat bodoh sekali jika aku menolak ajakanmu. Maafkan aku ya, Na. Mungkin balasan pesan-pesan ku sedikit terasa dingin. Namun kau harus tau, aku berusaha menahan diriku untuk tidak bersikap manis padamu. Aku, hanya tak mau jatuh kepadamu.

Dan tentang panggilan itu, tentang aku yang melarangmu memanggilku dengan sebutan "Mas", aku hanya tidak bisa Nasha. Panggilan itu terlalu manis bahkan hanya sekedar untuk dibaca. Aku melarangmu karena aku tidak mau menghabiskan energiku untuk sekuat tenaga menahan kesaltingan ku itu. Panggilan "Mas" adalah sesuatu yang spesial menurutku, Na. Meskipun aku tau siapa saja bisa memanggilku dengan sebutan itu. Namun ketika itu dari kamu, rasanya begitu berbeda. Aku menyukainya, namun aku tak mau menyukai itu.

Akhirnya aku memintamu untuk menemuiku di kedai kopi milikku. Sore ini kamu belum sempat menikmati suasana di kedaiku kan? Sebenarnya aku sedikit tak tega kamu harus menempuh jarak jauh untuk tiba disini. Tapi tak apa. Katamu kamu ingin mengucapkan terima kasih dan meminta maaf kan? Berarti tidak apa kan jika aku ingin melihat bagaimana effortmu? Dan yang harus kamu tahu, Na. Sejak pesan-pesan yang kau kirim itu, malamku jadi terasa lama. Aku tak sabar menunggu esok.

Ternyata pertahananku tidak sekuat itu. Pada akhirnya aku mengkhawatirkanmu yang belum juga tertidur padahal ini sudah hampir tengah malam. "Istirahat, sudah malam." Hanya itu yang dapat aku kirimkan kepadamu. Kau membalasku dengan mengucapkan selamat malam. Aku tidak membalas lagi pesanmu. Asal kau tahu, Na. Aku sedang merapalkan doa semoga kau tidur dengan nyenyak dan mimpimu menyenangkan. Dalam lirihku, kuucapkan "Selamat malam, Na." dan kamu tidak akan mungkin bisa mendengarnya. 


Nasha's POV

Nasha's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



.....................

Selamat istirahat semuanyaaa, dah di doa in semoga mimpi indah tu sama mas Pandu, hehehe

AROMA KATA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang