CHAPTER 6

1.4K 218 9
                                    

Nasha's POV

Pikiranku kini dipenuhi oleh rasa kekhawatiranku terhadap Pandu. Kak Reno bukan orang sembarangan yang bisa dianggap enteng jika sudah menginginkan suatu hal. Mau bagaimanapun, jika Kak Reno berhasil menemukan Pandu, dan terjadi sesuatu kepadanya setelah itu, maka aku adalah orang yang akan paling merasa bersalah. Aku mengkhawatirkannya, sungguh. Melebihi rasa khawatir terhadap diriku sendiri.

Kini mobilku sudah terparkir di depan bangungan tua yang terlihat kosong. Aku melangkahkan kakiku melalui jalan setapak di samping pohon besar di sebelah bangunan itu. Disinilah aku sekarang. Tempat ternyaman yang hanya aku dan Syena yang tahu. Sebuah gedung kosong yang sudah aku sulap sebagai tempat tinggal persembunyian. Persembunyian ketika hiruk pikuk dunia sudah mulai tak bisa aku hadapi lagi. Persembunyian ketika Kak Reno, membuatku merasakan lebih baik aku pergi dari dunia ini. Hal yang aku sangat syukuri adalah aku memiliki Syena di hidupku. Satu-satunya orang yang bisa aku percaya. Satu-satu nya orang yang selalu mengerti aku. Meskipun Syena menyukai Kak Reno sejak lama, dia tidak akan mencampuri urusanku dengan kakakku itu jika aku tidak memintanya. Termasuk tentang tempat yang sedang ku singgahi ini. Rahasiaku aman bersama Syena.

Kurebahkan tubuhku di kasur empuk, di satu-satunya kamar tidur yang ada di bangunan ini. Akses masuk ke tempat ini memang melalui pintu belakang, dan tersembunyi. Makannya aku harus melewati jalan setapak terlebih dahulu. Suasana depan rumah memang aku biarkan terlihat seperti bangunan kosong. Sengaja agar orang mengira bahwa bangunan ini tak berpenghuni.

Aku tenang sekarang. Setidaknya aku terbebas dari siapapun disini. Meskipun banyak hal yang masih berlarian di pikiranku. Pandu, ya Pandu. Aku jadi teringat kepadanya. Aku mengkhawatirkannya.

Kuambil kartu nama dan handphone dari dalam tas yang tergeletak di sampingku. Kulihat nama yang tertera di sana, Pandu Dinata. Tanpa berpikir lama, aku menghubunginya. Aku terlalu mengkhawatirkannya sekarang. Kukirimkan sebuah pesan kepadanya, memastikan apakah benar itu nomor dia atau tidak. Padahal sudah jelas-jelas tertera di kartu nama itu, bahwa itu milik Pandu Dinata. Orang yang kemejanya basah karena ingus dan air mataku sore tadi. Terlalu basa-basi memang. Tapi tak apa. Aku perlu bertemu dia untuk memastikan bahwa Kak Reno tidak berbuat aneh-aneh. Lagian aku juga sudah berjanji akan mengganti kemejanya itu kan? Jadi aku punya alasan untuk menghubunginya.

 Lagian aku juga sudah berjanji akan mengganti kemejanya itu kan? Jadi aku punya alasan untuk menghubunginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia menjawab pesanku. Dan anehnya aku tersenyum karena itu. Dari jawaban yang dia kirimkan, dia seperti bersikap dingin terhadapku. Padahal banyak sekali orang diluaran sana yang berlomba-lomba untuk mendapatkan nomorku. Sombong sekali bukan?

Aku meminta bertemu dengannya. Untungnya dia mau. Dia memintaku untuk menemuinya di café yang sama besok jam 7 malam. Sebenarnya tempat itu cukup jauh dari sini. Butuh waktu hampir 2 jam untuk tiba disana. Tapi tak apa, aku akan tetap menemuinya. Setidaknya aku harus memberitahunya bahwa dia harus berhati-hati dengan Kak Reno. Meskipun pada kenyataannya aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Pandu, namun Kak Reno tetaplah Kak Reno yang tidak akan peduli dengan apapun penjelasan yang aku berikan. 




..........

Have a good dinner alll

Aku double up ni hari ini

menurut kalian sejauh ini gimana cerita Nasha dan Pandu ini? jangan lupa comment and vote yaaww

happy reading!!!

AROMA KATA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang