CHAPTER 46

1.4K 233 26
                                    

Nasha's POV


Tengah ku tatap diriku yang terpantul pada cermin besar di kamar tidurku. Make up tipis yang menghias wajahku selaras dengan gaun sederhana berwarna biru muda yang sudah melekat di tubuhku. Sempurna. Aku memandangi diriku sendiri yang kini tengah tersenyum itu. Pada malam ini, seseorang akan datang kepadaku untuk mengikat hubungan kita. Memberikan kepastian atas apa yang selama ini dia perjuangkan. Pada malam ini, seorang laki-laki akan hadir di rumah ini. Bersama kedua orang tuanya untuk benar-benar memintaku sebagai satu-satunya. Aku tersenyum. Mau bagaimanapun awalnya, aku rasa aku tetap merasa bahagia. Tak ada tamu undangan kecuali Syena, sahabatku yang kini sedang berada di lantai bawah membantu Kak Reno dan Mbak Nini (art diruma ku) menyiapkan acara lamaran sederhana ini. Sangat sederhana. Tak ada dekorasi lamaran seperti yang tengah trend dikalangan muda-mudi saat ini. Acara ini hanya akan menjadi pertemuan dua keluarga dan tanpa ada liputan berita tentunya. Meskipun semuanya tergesa karena kejadian hari lalu, aku tetap ingin serangkaian acara sakral sebelum menuju pernikahan tetap dilaksanakan. Seperti acara lamaran sederhana ini misalnya.

Tok tok tok....

Pintu kamarku diketuk oleh seseorang yang ternyata adalah kakakku, Kak Reno.

"Adek, Kakak boleh masuk?" tanyanya sesaat setelah mengetuk pintu kamarku.

"Masuk aja kak," Jawabku sedikit berteriak agar Kak Reno mendengarnya.

Pintu terbuka sempurna. Menampilkan Kak Reno yang sudah tampil rapi dengan kemeja hitam yang melekat sempurna pada dirinya. Kak Reno tersenyum ke arahku sambil melangkahkan kakinya mendekat padaku.

"Adek cantik sekali." Katanya, yang kini sudah berdiri di belakang tubuhku sambil melihat pantulan diriku yang ada di cermin. Aku hanya bisa tersenyum membalas ucapan Kak Reno.

"Dek, boleh kakak bicara sebentar sama kamu?" Tanya Kak Reno mulai serius.

"Boleh dong Kak, ayo duduk di balkon dulu. Oiya, Syena dimana kak?"

"Syena ada dibawah sama Mbak Nini." Jawab Kak Reno yang sudah mengikutiku berjalan menuju balkon kecil di kamarku.

Kini kami berdua sudah duduk di kursi masing-masing yang menampilkan pemandangan halaman belakang rumahku. Kita berdua masih terdiam. Entah apa yang ingin Kak Reno bicarakan, aku masih menunggu. Angin malam sayup-sayup membelai tubuhku. Tidak ada mendung yang menutupi langit malam ini. Bulan dan bintang menampakkan dirinya sempurna seakan ingin ikut merayakan bagaimana aku yang tengah bahagia.

"waktu adek masih kecil, dulu kita berdua sering banget lihat bintang dari atap rumah nenek ya." Kak Reno mulai membuka obrolan di antara kami.

"Iya, dulu kita rela naik tangga bambu biar bisa lihat bintang dengan jelas. Meskipun kakak seringkali hampir jatuh. Hahaha." Aku tertawa mengingat kenangan lucu masa kecil kita berdua.

"Adek, Kakak minta maaf ya? Kakak tidak pernah bisa jadi kakak yang baik untuk kamu. Kakak tidak pernah bisa menjaga kamu. Justru Kakak malah seringkali melukai kamu." Entah apa yang sedang Kak Reno rasakan, aku sedikit terkejut dengan apa yang dia sampaikan.

"Kak, Kak Reno sudah menjadi kakak yang baik untuk Adek, sama seperti kakak, adek juga merasa banyak kesalahan yang seharusnya tidak adek lakukan kepada kakak. Adek juga minta maaf karena selama ini adek sudah menjadi adik yang pembangkang." Kataku sambil menggenggam tangan kanan milik Kak Reno.

"Adek sekarang sudah akan menjadi istri orang. Kak Reno udah gak punya waktu lagi ya buat main bareng sama adek?" terlihat sekali bagaimana raut kesedihan tergambar di wajah Kak Reno. Aku tahu, dia pasti sedang takut kehilangan aku.

"Kak, Nasha akan tetap jadi adik kecil Kak Reno. Dan tidak akan ada satu orang pun yang bisa mengubah itu termasuk Pandu. Kak Reno jangan khawatir ya? Nasha yakin Pandu tidak akan menjauhkan kita. Justru dialah yang akan membuat kita semakin dekat." Aku mencoba menenangkan Kak Reno. Kini kedua matanya menatapku lekat, dia tersenyum.

AROMA KATA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang