CHAPTER 40

1.2K 236 28
                                    

Nasha's POV


"Adek minta maaf Kak. Adek gak pernah mau dengerin penjelasan kakak."

Tangisku belum berhenti. Aku benar-benar merasa bersalah sekali. Sudah lama aku tidak dipeluk dan di tenangkan oleh Kak Reno seperti ini. Kita sama-sama menangis sekarang. Menumpahkan segala rasa bersalah satu sama lain.

"Maafin adek, udah buat Kakak tertekan. Maafin adek udah buat kakak sedih. Maafin adek udah buat kakak menderita. Adek minta maaf."

Segala permohonan maaf sudah aku sampaikan kepada Kak Reno. Meskipun aku menyadari bahwa itu semua tidak cukup untukku yang sudah menyebabkan Kak Reno begitu menderita.

"Adek jangan nangis. Kakak jadi ikut sedih." Kata Kak Reno begitu lemah di sela-sela tangisan kita berdua. Lucu ya dia. Melarangku menangis tapi sendirinya juga sama sepertiku.

Cukup lama kami berdua saling memeluk, saling memafkan, saling menguatkan. Aku tahu tidak akan mudah untuk memprebaiki hubungan ku dengan Kak Reno. Namun aku yakin, perlahan semuanya akan membaik. Aku akan kembali menemukan Kak Reno yang kuat, yang penuh kasih sayang. Aku juga berharap aku akan kembali menjumpai Kak Reno yang lembut, yang tidak kasar dan tidak temperamental.

Kini pelukan kami sudah saling teruarai. Aku berjongkok di hadapan Kak Reno yang masih terduduk di kursi. Kami saling menggenggam memberikan kekuatan. Perlahan senyuman mulai muncul di wajah kami berdua. Kami sudah saling memafkan.

"Kak, Adek mau ngenalin seseorang ke Kakak. Seseorang yang sudah menguatkan adek. Seseorang yang sudah menyadarkan adek bahwa adek punya kakak yang hebat seperti Kak Reno. Seseorang yang selalu menjaga adek. Boleh orang itu bertemu Kakak?" kataku pelan-pelan. Kak Reno yang menghadapku tidak menyadari bahwa sedari tadi, di belakangnya sudah berderiri seorang laki-laki yang sangat aku cintai, yaitu Pandu.

Kak Reno menatapku tajam. Dia belum menjawab apa-apa. Syena yang sedari tadi di sana kini berdiri di samping Kak Reno sambil mengusap bahu Kak Reno lembut. Syena seperti sedang mengatakan kepada Kak Reno bahwa semuanya akan baik-baik saja. Melihat itu aku kini berdoa dengan sungguh-sungguh. Semoga, kelak, Syena lah yang menjadi pelabuhan terakhir bagi Kak Reno. Aku tahu betapa tulusnya Syena menyayangi Kak Reno. Dan aku juga tahu, Kak Reno selalu merasa nyaman ketika sedang bersama Syena.

"Kak, namanya Pandu. Dia laki-laki yang baik sekali. Dia selalu mengusahakan apapun untuk menjaga Nasha. Sama seperti Kak Reno. Nasha selalu merasa aman dan tenang ketika bersama pandu. Kakak mau ya ketemu Pandu?" aku mencoba bertanya lagi kepada Kak Reno karena sejak tadi dia masih belum merespon apa-apa ketika aku membicarakan Pandu.

Jangan tanya apakah aku merasa takut atau tidak. Aku sungguh khawatir jika kejadian beberapa waktu lalu terulang kembali. Aku sangat takut jika nanti Pandu akan tersakiti dan terluka lagi. Diantara kita tidak ada yang bisa menjamin apakah kondisi Kak Reno sedang stabil atau tidak. Tapi, lagi-lagi Pandu meyakinkan ku. Dari tempat dia berdiri, kulihat dia menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Menandakan bahwa dia sedang meyakinkan aku tidak akan ada hal buruk yang terjadi.

Kak Reno masih menatapku. Dia msih belum merespon apapun terhadap pernyataan dan pertanyaanku. Beberapa saat kemudian dia menunduk

"Dia gak akan merebut kamu dari kakak kan?" Kak Reno mengatakan itu dengan sangat pelan. Dia seportinya sedang takut kehilanganku.

Aku tersenyum mendengar perkataan Kak Reno. Kepalaku menggeleng. Tanganku mengusap punggung tangannya lembut.

"Nasha akan selalu jadi adik Kak Reno dan tidak aka nada seorangpun yang bisa merubah itu." aku meyakinkan Kak Reno.

Untuk beberapa saat Kak reno kembali terdia. Aku, Pandu dan Syena hanya bisa membiarkan dia dalam diamnya. Kak Reno hanya duduk, sesekali sambil menatapku. Kadang dia menunduk, kadang dia menatap langit-langit. Sampai akhirnya dia bersuara.

AROMA KATA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang