"Mi, kemarin Pak Kades dan istrinya datang ke rumah. Dia ingin meminang kamu untuk menjadi istri anaknya," ucap Mama yang membuatku seketika langsung menghentikan kunyahan.
Aku dan Mama sedang makan bersama di ruang keluarga, tempat di mana biasanya kami menghabiskan waktu saat aku berada di rumah.
"Mama kalau bercanda jangan pas lagi makan dong, nggak lucu kalau tiba-tiba aku tersedak terus meninggal," ucapku sambil tertawa.
"Mama serius." Aku langsung melihat wajah mamaku, dari matanya aku bisa melihat keseriusan. Mendadak aku jadi merinding.
"Jangan bercanda mulu dong, Ma, mana mungkin Pak Kades tiba-tiba melamar aku buat anaknya. Lagian aku nggak kenal sama anaknya Pak Kades," ucapku masih menyangkal kalau yang mamaku katakan bukanlah candaan.
"Mama nggak lagi bercanda, Mi, Mama serius."
Tenggorokanku serasa tercekat ketika mendengar perkataan Mama, "Ma, jadi ini serius?" Mama mengangguk dan itu membuat tubuhku seketika melemas.
"Apa ini alasan Mama minta aku cepat-cepat pulang?" tanyaku yang dibalas anggukan oleh Mama.
"Terus Mama jawab apa? Mama nolak 'kan?" tanyaku mulai was-was.
"Ayah kamu sudah menerima, katanya nggak enak menolak tawaran Pak Kades. Kapan lagi 'kan kita bisa besanan sama orang terpandang?" Rahangku hampir saja lepas dari tempatnya saat mendengar jawaban Mama.
"Nanti malam Pak Kades datang lagi ke sini sekalian bawa anaknya, mereka mau melamar kamu secara resmi." Aku semakin gila setelah mendengar sambungan perkataan Mama.
"Ma, bilang sama aku kalau tadi itu cuma bercanda. Aku masih kuliah, Ma!" tukasku mulai frustasi.
Aku bahkan tidak peduli dengan makananku yang masih tersisa setengah, aku sudah tidak bernafsu untuk menghabiskan makananku meskipun sedari tadi perkedel kentang itu terlihat menggiurkan dan minta dimasukkan ke dalam mulutku. Saat ini yang paling penting adalah aku harus tetap waras meskipun baru saja mendengar sebuah berita yang sangat mengejutkan hingga membuatku ingin mengakhiri hidupku dengan menggantung diri di pohon tauge.
"Mama nggak bercanda, Mi, jadi kamu persiapkan diri kamu buat nanti malam ya. Kalau bisa dandan yang cantik, bikin anak Pak Kades klepek-klepek sama kamu," ucap Mama yang membuatku semakin frustasi.
Mama apa tidak memikirkan perasaanku? Saat ini aku sangat shock dengan kabar mengejutkan ini. Lagipula aku masih kuliah, meskipun sudah semester akhir sih. Tetapi aku tidak mau langsung menikah, aku ingin melanjutkan studiku ke jenjang yang lebih tinggi. Menikah bukanlah keinginan saat ini, lagipula aku juga punya orang yang aku cintai. Aku tidak mau menikah dengan orang asing, aku dan anak Pak Kades bahkan tak saling mengenal, bisa-bisanya nanti malam aku dilamar secara resmi.
"Ma, tapi aku masih kuliah. Aku nggak mau nikah sama orang yang nggak aku kenal," ucapku setengah merengek. Berusaha membujuk Mama agar acara nanti malam dibatalkan, kalau memang masih dilanjutkan sepertinya aku akan kabur saja dari rumah ini.
"Kamu udah semester akhir, sebentar lagi kamu juga lulus. Seingat Mama kamu lagi menggarap proposal 'kan?" Mama jelas tahu apa yang aku lakukan karena setiap ada apa-apa aku selalu cerita pada Mama.
"Kalau masalah nggak saling kenal, nanti juga setelah menikah kalian akan lebih saling kenal. Mama kenal sama anaknya Pak Kades, dia orang yang baik. Kamu dulu bilang sama Mama maunya langsung nikah tanpa pacaran biar nggak ngebanyakin dosa 'kan? Ini udah dikabulin sama Allah kenapa kamu malah panik begini?" Yang Mama katakan itu benar, aku memang ingin menikah tanpa pacaran terlebih dulu. Aku ingin taaruf lalu menikah, menurutku pacaran setelah menikah lebih baik dari sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Marriage
Romance"Mi, kemarin Pak Kades dan istrinya datang ke rumah. Dia ingin meminang kamu untuk menjadi istri anaknya," ucap Mama yang membuatku seketika langsung menghentikan kunyahan. "Mama kalau bercanda jangan pas lagi makan dong, nggak lucu kalau tiba-tiba...