Bab 18 | Hampir Kepergok

2.9K 113 3
                                    

Malam semuanya, apa kalian udah siap mengikuti keseruan Dimas dan Ami? Sebelum baca jangan lupa di vote yaa...

Happy reading guys

***

"Mobilnya nggak apa-apa ditaruh di sini?" tanyaku ketika Dimas mengajakku turun dari mobil.

"Iya, nggak mungkin jika mau aku gotong-gotong ke dalam, Mi," jawab Dimas sambil tertawa.

"Ih, bukan gitu. Ini 'kan mobil teman kamu, kamu nggak takut kalau nanti mobilnya kenapa-kenapa? Di sini itu rawan kejahatan loh, Dim," ucapku.

"Penjahat nggak akan bisa menggotong mobil ini, Mi, udah kamu tenang aja. Lagian ada tukang parkir 'kan di sini." Mendengar perkataannya membuatku mencibir.

"Tukang parkir mah mau uangnya doang, dia mana peduli kalau ada yang kehilangan barang. Pernah tuh ya aku berhenti di depan toko, aku cuma mau mampir sebentar buat beli sesuatu. Waktu mau keluarin motor tiba-tiba tukang parkir itu muncul. Heran deh, tadi di awal nggak ada yang jagain. Giliran orang mau pergi, malah mintain uang padahal nggak bantu jaga," ucapku sedikit kesal dengan oknum tukang parkir yang seperti itu.

"Namanya juga orang lagi cari uang, Mi, nggak apa-apa."

"Ya, aku tahu itu. Tapi aku kesal aja karena caranya itu salah, kalau emang benar mau jadi tukang parkir ya dijaga lah itu kendaraannya. Bukannya malah pergi terus datang kalau orang udah mau keluar," ucapku bersungut-sungut.

"Ayo, kita masuk. Mobil dijamin aman, kalau misalkan ada apa-apa pasti nanti ada bunyi nyaring yang bisa didengar semua orang." Seenaknya dia merangkul bahuku dan mengajakku memasuki area pasar malam yang sangat ramai pengunjung.

"Nggak usah rangkul bahu segala, malu dilihat orang-orang." Aku langsung melepaskan diri, menjaga jarak sejauh yang aku bisa supaya dia tidak bisa memiliki kesempatan untuk menyentuhku lagi.

"Orang lain mau lihat nggak masalah, Mi, kita udah halal ini. Apa kamu merasa gugup ya dekat-dekat denganku?" tanyanya dengan kerlingan menggoda.

"Siapa yang gugup? Geer banget!" sungutku berjalan lebih dulu meninggalkannya.

"Eh, tunggu, Mi! Kamu jangan main tinggalin aku gitu aja. Nanti kalau ada yang godain aku gimana? Emangnya kamu nggak cemburu?"

"Nggak!" teriakku tanpa melihat ke arahnya.

Semakin hari tingkahnya itu semakin menjengkelkan, Dimas bahkan tidak segan-segan menggodaku dengan banyolannya yang menurutku sama sekali tidak lucu. Kalau dia ikut kontes komika, aku yakin dia pasti akan langsung diusir oleh juri sebelum melakukan aksinya di panggung.

Aku langsung berhenti ketika melihat ada aksi yang menarik perhatianku, di depan sana sangat ramai sekali orang yang melihatnya. Membuatku tertarik dan juga ingin melihat aksi itu. Ternyata itu adalah aksi seorang pedagang bakar-bakar, ada cumi yang dibakar dan saat membakarnya dia melakukan aksi dengan api yang sangat menyala hingga membuat penonton takjub.

"Wah, keren banget." Aku ikut bertepuk tangan.

Saat hendak semakin mendekat tiba-tiba saja aku merasa kalau ada yang menarik tanganku. Ketika menoleh, ternyata Dimas pelakunya.

"Apa sih? Kamu ngagetin aku tahu, aku pikir tadi siapa," ucapku kesal karena tindakannya yang secara tiba-tiba itu membuatku hampir terkena serangan jantung.

"Jangan terlalu dekat, bahaya, Ami. Nanti kamu terbakar," tuturnya yang membuatku mencibir.

"Banyak penonton yang lebih dekat, Dim, kamu nggak negur mereka juga?" tanyaku sengaja menyindirnya.

Suddenly MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang