"Lo udah punya suami, Mi!?" tanya Silvi sambil melotot ke arahku.
Mendengar itu membuatku langsung tergagap dan segera menolak panggilan itu kemudian aku langsung menyimpan ponselku lalu membalas perkataan Silvi, "N-nggak lah! Gila aja gue udah punya suami. Kalau gue udah punya suami, gue undang lah lo ke pernikahan gue!" ucapku yang membuatnya menatapku curiga.
"Terus itu apa? Gue jelas lihat nama yang nelepon lo 'suami' kok," ucapnya.
Aku mendesah kesal, jelas-jelas itu bukan perbuatanku. Pasti Dimas sendiri yang mengubah nama kontaknya menjadi seperti itu, nanti aku akan memarahi dia karena berbuat tidak sopan seperti itu sampai membuat Silvi kini menatapku penuh curiga.
"N-nggak, ya kali gue punya suami. Nikahnya kapan coba?" tanyaku sambil tertawa.
Kemudian aku langsung mengutak-atik ponselku dan kembali mengganti nama kontak yang sempat Dimas ganti itu karena tidak mau kalau orang lain selain Silvi nantinya salah paham lagi saat Dimas menelepon.
"Kali aja lo emang udah nikah, secara lo sering pulang. Bahkan terakhir pulang lo mendadak banget sampai nggak ngasih kabar." Aku tergagap ketika mendengar perkataannya.
"Nggak, Silvi, ini yang nelepon gue Kak Adam. Dia pasti jahil nih sama gue, sengaja banget ganti nama kontaknya jadi begini," ucapku langsung memberikan alasan.
"Masa sih?"
"Ck, lo nggak tahu aja kalau Kakak gue itu jahilnya nggak ketulungan."
"Tapi tadi—"
"Udah ah, yuk kita balik! Gue mau beli makan nih. Lo mau tetap di sini? Ya udah gue duluan aja." Aku berjalan lebih dulu meninggalkan Silvi.
"Eh, Ami, tungguin gue dong!" teriak Silvi yang membuatku berjalan pelan sampai dia bisa menyusulku.
"Lo mau makan apa?" tanyaku saat kami sudah berjalan sejajar.
"Eum, gue nasi padang aja deh, udah lama juga nggak makan nasi padang."
"Boleh deh, gue juga mau itu," ucapku.
"Mau sekalian sambil kita beli perlengkapan buat camping nggak?" tanyanya.
"Nggak apa-apa kita beli sekarang emang? Terus Asma sama Kintan gimana?"
"Ya nggak apa-apa lah, Ami, mereka bisa nyusul kok nanti belinya," ucap Silvi.
"Gue juga ada yang mau dibeli nih, makanya kita pergi duluan aja," ucapnya lagi.
"Ya udah boleh deh, gue mah ngikut yang punya motor aja," ucapku.
Kemudian kami pun pergi ke area parkiran, saat sudah sampai di sana kebetulan sekali ada Aska di sana. Melihat keberadaan kami, Aska langsung menghampiri.
"Kalian di kampus?" tanyanya.
"Iyalah, Ka, ya kali kami di mall sekarang," jawabku bercanda.
"Habis ngapain?" tanyanya.
"Habis bimbingan nih sama Bu Uswa," ucapku.
"Gimana? Dapat acc ya?" tanyanya yang membuatku mendengkus.
"Mentang-mentang yang udah sempro ya, nanyanya gitu."
"Lah? Gue cuma nanya elah, apa hubungannya sama gue yang udah sempro?" tanya Aska.
"Belum nih, harus direvisi lagi."
"Baguslah kalau gitu, acc suruh revisi dulu daripada asal ACC yang ada nantinya pas sidang sempro malah dibantai," ucapnya yang membuatku tersenyum.
"Pengalaman ya?" tanyaku.
"Jelas, makanya enakan pembimbing yang perfeksionis dah daripada yang bimbingan langsung acc, biar revisinya juga dikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Marriage
Romance"Mi, kemarin Pak Kades dan istrinya datang ke rumah. Dia ingin meminang kamu untuk menjadi istri anaknya," ucap Mama yang membuatku seketika langsung menghentikan kunyahan. "Mama kalau bercanda jangan pas lagi makan dong, nggak lucu kalau tiba-tiba...