1

3.1K 308 21
                                    

_HTK_

Decitan rel dan kereta terdengar di setiap jalan yang dilalui. Tumbuhan melambai-lambai dihembus oleh angin yang menyejukkan. Seseorang duduk di balik kaca jendela, memandang keluar dengan telinga tersumpal oleh alunan musik. Tangannya memegang gelas terisi secangkir coklat hangat, menyeruputnya dikala ingin. Melamun, tanpa tau apa yang dia pikirkan.

Lamunannya terbuyar saat seseorang mengambil atensinya. "Permisi, mau makan siang dengan apa?" itu pegawai kereta yang bertanya.

"Nasi goreng saja," jawabnya. Pegawai mencatat pesanan, kemudian berlalu untuk menanyakan ke penumpang lainnya.

Dia menghembuskan napas pelan. Tangannya berkutat dengan ponsel, membalas pesan para temannya yang menanyakan keberadaanya sekarang. Terkadang dia tertawa dalam diam, dia ingat dikala pernah mencoba melupakan para teman-temannya, tetapi ternyata tidak semudah itu. Banyak kenangan yang mereka ciptakan bersama. Dia kembali memandang ke arah jendela. Menunggu kereta berhenti di stasiun tujuan.

Sampai akhirnya kereta berhenti. Dia turun dengan membawa barang bawaanya. Berjalan keluar stasiun mencari dimana jemputannya berada.

"ZEAN!" Panggil seseorang. Sang pemilik nama menoleh lalu tersenyum dan melambaikan tangan.

Zean pov.

Sudah sangat lama hingga akhirnya aku kembali menginjakkan diri di kota ini. Dua, tiga, atau empat tahun aku pergi, itu sudah sangat lama bagiku. Banyak peristiwa yang aku lalui. Aku banyak bergulat dengan pikiranku hingga mengambil keputusan untuk kembali.

Kakiku melangkah menghampiri ke-tiga temanku yang dengan suka rela menjemputku di sini. Aldon, Rollan, dan Christof. Ah, aku sangat merindukan mereka, teman anehku. Tanpa disangka mereka memelukku dengan erat, jelas terasa kerinduan ini.

"Kabar lo gimana? Gila kangen banget gua," kata Aldon.

"Tambah ganteng aja lo, Ze, tapi tetep gantengan Gua sih," kata Rollan.

"Dih, geli gue dengernya Lan," sahut Christof.

Aku tertawa melihat tingkah mereka. Masih sama dan tak ada yang berubah. Meski sudah tak lama bertemu, kami masih bisa mengakrabkan diri tanpa rasa canggung. Aku suka pertemanan ini.

"Ayo ke mobil. Kasihan pasti lo capek kan?" kata Aldon.

Aku mengikuti langkahnya, masuk ke dalam mobil putih di bangku belakang. Di depan Aldon menyetir dan di sisinya ada Rollan. Mobil dipenuhi canda tawa yang sudah lama tak kami rasakan bersama.

"Lo di sana ngapaian aja Ze?" tanya Christof.

"Ngapain? Sekolah, makan, minum, tidur, main, dan ga lupa bernafas," jawabku. Memang seperti itu adanya.

"Cewe di sana cakep-cakep ga Ze? Bisa kali lo kenalin gua ke temen cewe lo," kata Rollan.

"Banyak sih yang cakep. Emangnya lo sampai sekarang masih jomblo Lan?" Tanyaku sengaja iseng. Aldon dan Christof tertawa, sementara Rollan sudah heboh meminta keduanya untuk diem.

"Ze, sampai sekarang si Rollan ga ada yang minat. Masih jomblo," sahut Aldon disusul tawa keras Christof. "Kemarin ada tuh Rollan nembak cewe, tapi ditolak cuma karna si Rollan nembaknya pakek baju biduan gitu," ungkap Christof.

"Lo ada-ada aja Lan," kataku  ikut tertawa.

"Gue kira kan dia bakalan suka, apa lagi dia pernah bilang suka sama lagu dangdut, eh ternyata ga sesuai ekspetasi," jelas Rollan dengan tampang melasnya.

"Yang sabar Lan. Kalian berdua gimana? Udah punya pacar?" tanyaku. Meski pun aku sering berbincang dengan mereka lewat telpon, tapi aku tak pernah menanyakan soal percintaan mereka. Mereka juga tidak ada menceritakannya, karena yang aku tau setiap ada yang dekat mereka hanya sebatas teman tanpa adanya hubungan spesial.

"Aldon pacaran sama adik kelas kita dulu tau Ze. Langgeng banget bisa sampe sekarang," ungkap Christof.

"Iya dong, gua kan setia," sahut Aldon.

"Terus kalau lo gimana?" tanyaku pada Christof.

"Gua? Gua udah mau tunangan dong," ungkap Christof dengan bangga.

"Weh, sama siapa? Lo masih kecil Chris, udah mau tunangan aja," kataku.

"Haiss, semua juga ga berpatok pada umur Ze. Selagi kita siap ya dilakuin, toh buat memperjelas hubungan," kata Christof.

"Nih sekarang gua tanya ke elo, Lo udah punya pacar belom Ze? Kayaknya sumringah banget ledekin gua," tanya Rollan padaku.

Aku terdiam. Pacar? Aku tersenyum dan terkekeh pelan saja, tanpa berniat menjawab.

"Malah ketawa ni bocah. Orang gua tanya serius," kata Rollan.

"Kepo lo," ucapku dengan senyuman yang kutampilkan menyebalkan.

"Dih, awas aja lo," ucap Rollan yang berhasil kubuat kesal. "Eh, btw Ze, lo ga inget sama Kak Shani?" Celetuk Rollan. Reflek Aldo memukul lengan Rollan sengaja. Semua diam nampak canggung.

Sementara aku? Hanya diam. Kembali mengingat nama perempuan yang sudah lama tidak berjumpa. Shani? Bagaimana kabarmu sekarang?

Zean pov end.

























Hemm, peringatan ini cerita gajelas jadi jangn sampe gua nemu komenan yg bikin mood down.

Bakal up lagi kalau vote mencapai 200.

Dah maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA III [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang