_HTK_
Sejak hari itu, entah mengapa Jilan mulai rajin mendatangi rumah Shani. Katanya sekedar bersilaturahmi, tapi tetap mencari-cari kehadiran Shani. Tentu Shani dibuat risih akan itu. Apa Jilan benar-benar mulai tertarik dengan Shani?
Namun, dari keluarga Shani tentu sama sekali tidak mendukung tindakan Budhe yang berniat menjodohkan Shani dengan Jilan. Mereka masih tetap mendukung Zean yang akan menjadi pasangan Shani kelak. Orang tua Shani juga sudah mencoba berbincang dengan Budhe, tapi entah mengapa Budhe masih saja kekeuh dengan tindakannya. Budhe hanya memiliki satu anak laki-laki dan itu sudah menikah. Apa karna itu Budhe jadi tak bisa menjodohkan anaknya sendiri dengan Jilan? Sangat lawak.
"Kak dicari Jilan di bawah," kata Krisna pada Shani yang berada di dalam kamar. Shani yang sedang melakukan video call bersama kekasihnya, menemani jam makan siang itu sontak mendengus malas mendengar kehadiran Jilan.
"Mau ngapain sih dia ke sini?! Aku ga mau nemeuin ah, males!" jawab Shani.
"Mana aku tau. Ditungguin tuh, di bawah lagi sama Papa," jelas Krisna kemudian dia berlalu pergi.
"Kenapa?" Tanya Zean dari seberang sana.
"Tuh si Jilan-Jilan dateng lagi. Males banget aku tuh sama dia. Mau dia apa sih?!" jelas Shani dengan kesal.
"Ciee disukain anak pejabat."
"Diem deh! Aku sukanya sama kamu!" Balas Shani dan Zean terkekeh menanggapi.
"Temuin dulu gih. Siapa tau ada yang penting."
"Tapi aku males. Pasti dia ke sini cuma buang-buang waktu aku doang," pikir Shani, karena memang sering kali seperti itu.
"Udah temuin sana. Nanti aku temenin." Setelah mengatakan itu Zean mematikan video call mereka. Shani tentu mendengus kesal, padahak dia belum puas berbincang dan melihat wajah kekasihnya, tapi malah panggilan sudah diakhiri. Kini mau tak mau Shani harus keluar dari kamar dan menemui Jilan.
Di ruang tamu Papa Shanu tengah menjamu Jilan. Beberapa pertanyaan ia lontarkan pada Jilan. Sampai Shani datang dengan wajah dinginnya. Dia duduk di samping Papanya sambil bersedekap dada. Jilan kini tersenyum menatap Shani yang sedari tadi dia tunggu.
"Berhubung Shani sudah ada, om mau ke depan dulu nyuci mobil," pamit Papa Shani, tapi Shani dengan segera manahan, "Di sini aja Pa."
"Papa mau nyuci mobil, lagian kayanya Jilan mau ngobrol berdua sama kamu." Shani berdecak tak suka dan Papanya itu tetap pergi meninggalkannya berdua.
"Hai Shan, aku bawa kue nih buat kamu," kata Jilan dengan nada bahagianya.
"Hem, makasih. Tapi lo lain kali ga perlu kayak gini deh," jawab Shani.
"Gapapa, ga ngrepotin kok. Aku malahan seneng. Btw kamu udah makan belum?" tanya Jilan basa-basi. Dia berniat mengajak Shani makan siang bersama.
"Udah," jawab Shani berbohong, padahal dia belum makan siang. Namun, dia yang sepertinya sudah tau apa yang Jilan inginkan tentu berbohong.
"Ouh udah, kirain belum. Kalau belum, mau aku ajak makan siang bareng," jelas Jilan.
"Makan aja sendiri," cuek Shani. Jilan menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan terkekeh canggung. "Hem, ya nanti aku makan," balas Jilan.
"Nanti malam kamu free ga? Ada film baru di bisokop, aku mau ajak kamu nonton."
"Gue sibuk. Sibukkk banget," jawab Shani yang berarti dirinya menolak ajakan Jilan.
"Sibuk apa kalau boleh tau?"
"Sibuk berduaan sama pacar gue." Dengan sengaja Shani menekan kata Pacar, berharap Jilan sadar diri kalau Shani sudah berpawang.
"Ouh gitu," ucap Jilan menanggapi. Lalu hening, topik dikepala Jilan yang sudah dirangkai dengan rapi tiba-tiba saja buyar. Dia bingung harus mengajak bicara Shani apa lagi. "Kamu—"
"Assalamuallaikum!" Sebuah suara yang Shani kenal membuat mereka menoleh ke sumber suara itu. "Zean?!" Pekik Shani senang melihat kehadiran sang kekasih.
"Kok kamu udah sampai sini? Bukannya kamu tadi masih makan siang?" Zean lantas duduk di sisi Shani lalu meletakkan tangannya disandaran sofa belakang kepala Shani.
"Sengaja buru-buru ke sini, kangen sama pacarku yang cantik dan mau nemenin pacarku makan siang," jelas Zean, "Oh iya, aku bawa gorengan nih," ungkap Zean sambil memperlihatkan kresek hitam berisi gorengan.
"Bentar, kok baju kamu agak basah?" tanya Shani.
"Oh ini, gara-gara Papa kamu tuh. Tadi disemprot air di depan, Papa kamu lagi nyuci mobil," jelas Zean.
"Ih dasar Papa! Eh, aku bikinin minum bentar ya," kata Shani, Zean mengangguki dan Shanipun beranjak.
Jilan sedari tadi diam memperhatikan interaksi Shani san lelaki yang belum dia kenal. Namun, bisa dia pastikan kalau itu adalah pacar Shani. Dalam hati Jilan, dia menggerutu karena sedari tadi Shani tidak menawari dirinya apa-apa, sementara saat Zean datang langsung mau dibuatin minum.
Kini Zean terfokus pada Jilan yang menunduk sambil mengusap kedua tangan. Zean menumpukan tangannya pada lutut dan satu tangan lain mengambil gorengan lalu memakannya. "Gorengan bang," tawar Zean pada Jilan.
"Iya makasih, saya ga makan gorengan takut batuk," tolak Jilan dan Zean terkekeh. "Yaudah bagus, gorengannya bisa gua makan sendiri, Alhamdulillah," balas Zean.
Ini orang niat nawarin ga sih. Batin Jilan.
"Suka sama Shani ya bang?" tanya Zean tanpa basa-basi.
"Bukan urusan anda."
"Loh ya pasti urusan gua dong. Orang Shani aja pacar gua, eh calon istri deng. Dia udah gua lamar," ungkap Zean agak menyombongkan diri. "Saran aja sih, jangan ganggu Shani, dia udah punya gua," lanjutnya.
Jilan masih diam memperhatikan gerak-gerik Zean yang menikmati gorengan yang masih anget. Zean mengambil satu bawang merah yang entah bagaimana bisa di dalam sana. "Kata orang zaman dulu, sesuatu yang berwarna merah itu melambangkan perilaku buruk atau jahat. Jadi kalau lo masih berani deketin Shani, lo ga beda jauh sama bawang merah ini, sama-sama jahat!" Sarkas Zean.
"Maksud anda apa ya?" Jilan sepertinya mulai kesal dengan Zean.
"Ga paham ya? Coba cari penjelasan di google. Minta pencerahan di sana."
Untung saja Shani segera kembali dengan membawa segelas es jeruk, kalau tidak bisa saja terjadi pertempuran di sana. "Minum buat kamu," kata Shani.
"Makasih sayang," ucap Zean lalu meminumnya. Shani membuka kresek hitam itu dan menemukan beberapa bawang merah dan putih. "Kok ada bawang di sini?" Heran Shani.
"Sengaja. Kata penjualnya buat ngusir setan," jelas Zean sambil melirik ke arah Jilan. Sepertinya setan yang dimaksud adalah Jilan. "Nanti kalau setannya udah pergi, bawangnga buat bikin sambal gapapa," lanjutnya.
Jilan yang merasa diabaikan dan tak dihargai akhirnya menyerah dan memilih pergi saja dari sana. Tiba-tiba cuaca menjadi gerah bagi Jilan. "Shan, aku pamit pulang dulu ya. Dicariin orang rumah," kata Jilan beralasan.
"Oh oke," jawab Shani seadanya. Lantas Jilan segera pergi dari sana. Shani pun tak berniat sama sekali mengantarkan Jilan ke depan. "Akhirnya setannya pergi," celetuk Zean setelah Jilan tak terlihat.
"Kamu apain si Jilan?" tanya Shani yang ingin tau.
"Aku ceritain dongeng bawang merah, bawang putih," jawab Zean lalu dia terkekeh. Shani hanya tersenyum saja merasa lega akhirnya Jilan sudah tak ada di sana.
Dah maap buat typo.
Part 25 ditanggal 25 :)
Sembunyiin kabesha azizi!!

KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA III [END]
Fanfic"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN "Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...