6

1.8K 307 17
                                    

_HTK_

Hari berganti. Zean ditemani Cindy kini ada di depan rumah, melihat barang-barang Zean yang baru saja diantar ke rumah. Motor kesayangan milik Zean diturunkan dari atas mobil. Zean langsung memeriksa, apa ada yang lecet tidak, dan syukurnya masih aman. Motor Zean sedari dulu tidak ganti, dia masih dengan motor kebanggannya itu.

"Makasih ya Pak," kata Zean pada para pekerja yang sudah jauh-jauh mengantarkan barangnya ke sini.

"Sama-sama Mas. Kami permisi," pamit mereka disaat pekerjaan telah selesai.

"Akhirnya motor gua udah sama gua lagi," monolog Zean sambil menaiki motornya itu.

"Aquarium ikan kamu buruan bawa masuk. Kasih angin sana, ikan kamu udah megap-megap mau mati nih," kata Cindy sambil melihat ikan Zean yang masih berenang, tapi terlihat lemas.

"Oh astaga, aku lupa." Buru-buru Zean mengangkat aquarium yang beratnya tak ringan itu. Dia membawanya ke dalam kamar, menempatkan di tempat seperti dulu. Dia mencolokkan kabel itu hingga angin-angin kembali berfungsi. Tak lupa Zean menaburkan pakan ikan, agar ikannya itu tidak lapar. "Makan yang banyak boy," kata Zean. Setelah itu Zean kembali keluar untuk memasukkan barang lainnya.

"Zean, abis ini beliin kakak bakso beranak ya," pinta Cindy pada adiknya yang sedang mengangkat kardus barangnya.

"Siang-siang pengen bakso? Tiba-tiba banget Kak," kata Zean.

"Gara-gara liat video jadi pengen. Ntar beliin ya? Kakak kasih duit kamu bisa beli juga," kata Cindy.

"Oke," jawab Zean sembari masuk ke dalam kamar meletakkan barangnya. Karena malas berkemas sekarang, jadi Zean berganti baju untuk membelikan bakso kakaknya itu. Setelah siap, dia menghampiri kembali kakaknya.

"Mana uangnya?" Cindy mengeluarkan uang dari casing hp nya lalu menyerahkan pada Zean. "Bensin aku sekalian dong kak. Motor aku pasti ga ada bensinnya, udah lama ga aku pakek," kata Zean. Cindy menatap sinis ke arah adiknya, tapi tetap memberi uang tambahan.

"Dah sana beliin. Ga pakek lama ya, aku udah laper," kata Cindy.

"Iya-iya. Aku pergi dulu." Zean beranjak keluar rumah. Tak lupa memanasi motornya dulu, karena sudah lama tak dia pakai. Sembari mengecek dari suara apa ada yang tidak beres.

Setelah itu, Zean melajukan motornya ke jalan raya yang padat kendaraan. Sembari bersenandung kecil, Zean mengisi kekosongan. Dia menuju warung bakso yang dulu menjual bakso beranak. Berharap masih menjualnya sampai sekarang. Sampai sana ternyata warungnya masih ada dan cukup ramai pengunjung. Zean turun dari motor dan segera memesan.

"Pak, bakso beranaknya dua," pesan Zean.

"Iya, Mas. Minum juga?"

"Nggak. Dibungkus Pak." Zean duduk disalah satu bangku, menunggu. Agar tidak bosan dia berkutat dengan ponselnya, sekedar membalas pesan dari orang tua dan beberapa teman terdekatnya. Hingga satu pesan menarik perhatiannya.

+62...
-Ini gue, Feni
-dateng ke rumah Shani sekarang, dia sakit

Shani sakit? Batin Zean. Dia termenung, haruskah dia datang ke rumah Shani? Mengingat pertemuan mereka kemarin kurang mengenakkan. Apalagi Zean sudah membuatnya menangis. Namun, Zean kini menjadi ingin tau, Shani sakit apa?

HANYA TENTANG KITA III [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang