29

1K 179 6
                                    

_HTK_

Suasana kini tegang, ketika beberapa orang duduk dengan adanya Polisi yang akan membantu memberikan keadilan. Zean yang menjadi korban dengan santai mendengarkan dan memperhatikan Jilan sebagai pelaku yang tengah melakukan pembelaan di hadapan Polisi yang meminta keterangan.

Jilan ditangkap di sebuah bar malam dengan keadaan setengah mabuk. Dirinya langsung diringkus dan di bawa ke kantor Polisi. Karena Zean telah membuat laporan dengan video CCTV sebagai bukti dan para Polisi dengan sigap segera mencari para preman yang terlibat. Saat mereka tertangkap dan dimintai keterangan, lalu terbongkarlah bahwa dalang ini semua adalah Jilan. Namun, meskipun sudah termasuk ketahuan perbuatan jahatnya, dia masih mengelak kalau bukan dia pelakunya dan menjadi korban pemfitnahan.

"Pak percaya sama saya, bukan saya dalang dari semua ini! Dia fitnah saya! Lo, bakal gua laporin balik ke Polisi atas pencemaran nama baik!" kata Jilan melakukan pembelaan dengan keadaan masih setengah mabuk, tapi dirinya sadar.

"Kalau emang salah ngaku aja. Bukti udah jelas sekarang," kata Zean sambil menikmati coklat batangan yang sempat dia beli saat perjalanan ke kantor Polisi.

"Bukan Gua pelakunya!" Kata Jilan masih tak mau mengaku. "Gua tau kalau lo ga suka sama gua, tapi lo ga bisa seenaknya ngelakuin hal kayak gini, sampe laporin gua ke Polisi segala!" lanjutnya.

"Lah mulai gila ni orang. Elo kali yang suka ngelakuin seenak jidat. Ga bisa dapetin cewe gua kok pakek segala minta orang buat nyingkirin gua. Lo pikir gua bakal segampang itu nyerah?" balas Zean.

"Gua udah ga mau sama cewe lo yang sok jual mahal itu! Banyak cewe yang lebih cantik, lebih sexy dari dia!" kata Jilan yang sepertinya tambah aneh.

"Terserah elo, gua ga bakal biarin lo sentuh cewe gua sedikit pun. Cari cewe lain yang mencakup semua tipe lo! Jangan gangguin kehidupan gua sama cewe gua lagi!" Balas Zean. Tentu dia tak suka saat Jilan melantur tak jelas dengan menyangkut-pautkan Shani.

"Ah sialan lo!" Jilan bergerak hendak memukul Zean, tapi beberapa Polisi langsung menahan perbuatan Jilan itu. Sementara Zean hanya terkekeh, seakan lucu melihat pemandangan di sampingnya.

"Sementara anda kami tahan untuk menunggu tindakan selanjutnya," kata Polisi, lalu ia merintahkan Polisi lain untuk membawa Jilan ke sel tahanan.

"Zean! Awas lo, Zean! Gua ga bakal biarin lo tenang!" Kata Jilan yang di bawa menjauh oleh Polisi.

Setelah Jilan tak terlihat, orang tua Jilan kini yang datang dan mencari keberadaan anaknya. Mereka cukup terkejut saat mendengar kabar kalau anaknya ditangkap dan dibawa Polisi. Mereka yang tengah istirahat di rumah, sontak pergi menuju kantor Polisi dimana anaknya berada. Zean bangkit dari duduknya dan memberikan kursinya untuk orang tua Jilan duduk.

"Pak dimana anak saya, Jilan?" tanya Papi Jilan.

"Anak anda sementara ini kami tahan Pak." Polisi itu pun menjelaskan kasus yang dialami Jilan.

"Kenapa anak saya harus ditahan Pak? Ga bisa berdamai saja?" tanya Mami Jilan dengan perasaan gelisah dan khawatir.

"Kami bisa meringankan hukuman, tapi juga atas persetujuan korban," jelas Polisi sambil menunjuk pada Zean. Zean sontak menundukkan kepala sopan, sebagai tanda menghormati pada orang tua Jilan. "Mas ini adalah pelapor sekaligus korban atas tindakan saudara Jilan," jelas Polisi.

"Nak tolong nak, mari pakai jalur damai. Kasihani anak saya. Kamu mau apa? Kita turuti, mau uang atau apa katakan," kata Mami Jilan memohon.

"Saya tidak mau apa-apa Bu. Saya cuma mau anak ibu diberi pelajaran saja. Karena tindakannya sudah membahayakan saya dan orang-orang di sekitar saya. Dia harus merasakan hukumannya," jawab Zean.

"Saya mohon nak, saya sebagai seorang ibu tak tega melihat anak saya. Jilan pasti khilaf melakukan itu. Dia anak baik-baik kok," lanjut Mami Jilan. Ia terus merayu Zean agar mau damai dan membebaskan Jilan. Sebagai seorang ibu tentu ia sedih melihat anaknya harus mendekam di dalam penjara yang dingin itu. Apalagi anaknya tak biasa dengan situasi seperti itu.

Lama merayu, Zean yang tak tega akhirnya mengiyakan. Namun, ada beberapa syarat yang dia sampaikan dan permintaan agar Jilan tetap merasakan hukumannya. "Baiklah, tapi saya ingin setelah ini Jilan jangan lagi ganggu kehidupan saya dan juga Shani. Bapak dan Ibu pasti tau siapa Shani? Dia adalah calon saya. Karena dialah Jilan jadi berbuat buruk kepada saya. Jadi tolong peringatkan pada Jilan untuk jangan mengganggu kami lagi. Dan saya akan mengambil jalur damai dan setuju Jilan dibebaskan, tapi setelah dia merasakan tidur di dalam penjara paling tidak satu minggu. Setidaknya saya butuh keadilan atas itu," ungkap Zean.

Mendengar itu orang tua Jilan pun menyetujui. Tak apa jika Jilan harus menerima hukuman selama satu minggu, yang penting tidak lama. Namun, di sisi lain Papi Jilan harus berusaha menutup berita jikalau tiba-tiba berita kelakuan anaknya itu terbongkar ke media. Bisa rusak repotasi mereka.

















Baikkan si Zean.... Iyalah

Dah maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA III [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang