_HTK_
Hari ini, Zean dan Shani untuk memutuskan untuk kembali. Mengingat Shani yang tak bisa meninggalkan pendidikanya terlalu lama dan juga usaha baru Zean yang dirintis itu. Dengan perlahan juga Zean mulai mengikhlaskan kepergian sang kekasih, meski susah. Benar, ia tak boleh terlalu larut dalam kesedihan. Meskipun mengingat tak sedikit kenangan yang telah mereka rangkai bersama. Namun, kalau Tuhan sudah berkehendak lain, kita hanya bisa menerima dan mencoba hal baru sebagai ganti.
Saat ini Zean tengah membereskan barang-barangnya ke dalam tas. Mama Zean masuk ke dalam kamar anaknya itu dan berjalan mendekat. Zean lantas tersenyum mendapati kehadiran sang Mama. "Kamu yakin pulang hari ini?" tanya Mama Zean.
"Yakinlah, tiket juga udah aku beli, nanti siang berangkat."
"Ga mau di sini aja dulu?"
"Ga bisa Ma, aku harus balik. Aku udah mulai buka usaha di sana, dan aku di sini bawa Shani, dia harus kuliah," jelas Zean.
"Shani masih lama ya kuliahnya?" tanya Mama Zean.
"Sebentar lagi selesai Ma," jawab Zean sembari menutup tasnya disaat selesai membereskan barang.
"Bagus. Kalau Shani mau serius sama kamu, lebih baik kamu perbaiki hubungan kalian berdua," celetuk Mama Zean. Zean yang mendengarnya mengerutkan kening, dia merasa pembahasaan ini sedikit sensitif untuk sekarang. "Ma, jangan gitulah. Marsha baru aja pergi, aku ga mungkin cari pengganti secepat itu," kata Zean.
"Mama tau Zean. Tapi, dari mata kalian berdua, kalian ga bisa bohong kalau masih ada seserca harapan untuk bisa bersama. Mama ga maksa kamu buat kembali sama dia. Tapi, kalau seandainya kamu mau kembali sama dia, Mama akan restuin kalian." Zean hanya diam mendengarkan perkataan sang Mama. "Sudah, jangan dipikir berat-berat. Mama keluar dulu." Lalu Mama Zean mengusap kepala Zean sekilas dan keluar dari kamar.
Setelah jam pemberangkatan, Shani dan Zean sudah berada di dalam kereta meninggalkan kota. Shani yang duduk di dekat jendela itu, beberapa kali terpana saat melihat hijaunya tumbuhan yang menjadi pemandangan di setiap rel yang dilalui.
"Suka banget ya liat keluar," celetuk Zean.
"Pemandangannya bagus," balas Shani yang tau kalau Zean sedang mengajaknya berbicara.
"Kalau sore biasanya lebih bagus, bisa lihat sunset," ungkap Zean.
"Sayangnya kita ga kebagian jam liat sunset," ungkap Shani.
"Ga papa, nanti kita cari tempat dan waktu lain untuk bisa liat sunset," balas Zean.
"Ga mau ah, takut ada yang marah," celetuk Shani.
"Siapa yang marah? Husen ya yang bakal marah?" Goda Zean. Shani lantas menatap sinis ke arah Zean dan dengan sengaja mencubit pinggangnya yang membuat Zean memekik pelan. "Aduh! Kok dicubit sih," keluh Zean.
"Lagian rese banget, pakek segala bawa-bawa nama Husen. Dia udah bahagia sama tunangannya, jangan disangkut pautin lagi," jelas Shani.
"Iya-iya, orang aku cuma bercanda doang ih," kata Zean sembari mengusap bekas cubitan Shani dari luar kaosnya. Mereka kembali terdiam, Zean yang berkutat dengan ponselnya dan Shani yang sibuk depan pikirannya.
"Em Ze, aku mau nanya sesuatu deh," celetuk Shani.
"Nanya apa?" Zean kembali menyimpan ponselnya dan memfokuskan diri pada Shani.
"Aku pengen tau deh, awal kamu bisa ketemu sama Marsha gimana sih? Keliatannya kalian romantis banget," ungkap Shani. Sebenarnya dia merasa ragu untuk menanyakan hal ini. Namun, keingin-tauan di dirinya itu sangat mencuat, hingga membuatnya memberanikan diri bertanya.
"Kenapa? Kamu cemburu ya?" celetuk Zean.
"Ish, aku tampol ya?!" Ancam Shani dengan tangan yang sudah berancang-ancang ingin menampol Zean. Zean terkekeh dan tangannya siap untuk menangkis apabila Shani benar-benar akan menampolnya. "Bercanda. Aku akan menceritakan itu, tapi nanti bukan sekarang. Yang perlu kamu tau, kamu dan Marsha punya ceritanya masing-masing. Kamu ga perlu pikirin itu ya. Dan, maaf Shan kalau aku sempat mencintai orang lain selain kamu," ungkap Zean.
Shanu tersenyum tipis, dia dengan sengaja memegang tangan Zean dan mengusapnya pelan. "Ga papa, aku ngerti. Mungkin memang sudah jalannya kayak gini. Aku terima kok," balas Shani. Zean yang mendengarnya pun ikut tersenyum sambil membalas tautan tangan Shani.
Tapi aku ga pernah menyesal dengan hadirnya kamu dihidup aku Sha. Batin Zean sembari melihat luar jendela, dia kembali terbayang akan Marsha.
Yuk bisa yuk. Bisa apa? Bisa gila.
Dah maap buat typo.

KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA III [END]
Fanfiction"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN "Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...