12

1.6K 229 12
                                        

_HTK_

Shani pov.

Aku meringkuk di balik selimut tebal yang membungkusku. Bantal yang aku pakai telah basah oleh air mata. Hatiku sakit. Siapa yang tidak sakit hati disaat kalian sudah diajak bersenang-senang seperti terbang di atas awan, tapi kemudian dijatuhkan begitu saja. Ya, itulah yang aku rasakan.

Aku cukup bahagia disaat Zean kembali dekat denganku. Aku senang atas perhatian-perhatiannya yang kembali dia berikan padaku. Namun, mengapa hanya sesaat? Dia bahkan hanya menganggap topik menikah adalah lelucon. Tak tau kah dia kalau aku benar-benar berharap? Mengapa dia begitu tega.

Bahkan fakta baru yang menyakitkan kini telah aku ketahui. Zean mempunyai pacar baru yang cantik. Pantas saja saat aku tanya apa dia punya pacar, dia selalu mengelak tak menjawab. Apa dia sengaja mengelak agar aku tidak sakit hati? Tapi justru tindakannya itu membuatku semakin sakit hati. Aku sudah menaruh harapan lebih untuk bisa kembali bersama, tapi pada akhirnya aku hanya sendiri menangis meratapi ini.

Apa benar-benar tak akan ada kesempatan lagi untuk aku bisa bersama dengan Zean? Dalam hati, aku menjerit tak rela Zean bersamanya. Apa aku harus menjadi jahat, merebut Zean kembali untukku? Namun, kasihan Marsha yang mungkin tak tau apa-apa dan aku dengan jahatnya merebut Zean. Aku harus apa sekarang? Aku kehilangan Zean untuk kedua kalinya. Aku kira kembalinya Zean akan menjadi akhir bahagia dalam kisah kita. Namun, apa ini berarti sebuah tanda bahwa aku dan dia memang tak bisa berakhir bersama?

Aku meraih ponsel yang sedari tadi bergetar. Saat aku membuka ponsel, ternyata banyak pesan dan panggilan dari Zean. Dia masih dengan perhatian kecilnya, selalu menanyakan keadaanku dan tak boleh terpuruk dalam kesedihan. Namun, dialah penyebab aku menjadi seperti ini. Apa aku harus membencinya sekarang?

Panggilan masuk kembali Zean lakukan. Aku dengan ragu menerimanya. Suara yang dapat menggetarkan perasaanku kini terdengar ditelinga.

"Halo Shan?"

"Halo," jawabku pelan. Aku tak ingin dia menyadari kalau suaraku berbeda, efek menangis.

"Kamu nangis lagi? Suara kamu beda. Karna aku lagi ya? Maaf Shan, maaf banget."

"Ga papa," jawabku. Lihatlah, sebisanya aku mengelak, dia tetap tau apa yang terjadi padaku.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu tidak lagi menangis?"

"Tidak perlu."

"Ini perlu. Ayo besok kita keluar. Jam berapa kamu selesai kuliah besok?"

"Jangan, aku ga mau pacar kamu marah." Ayolah, aku tak ingin menjadi pengacau diantara hubungannya dengan sang pacar.

"Dia ga akan marah. Aku akan ke rumahmu besok. Jangan menolak. Dan tidurlah sekarang, ini sudah malam. Pejamkan matamu dan tidur."

Dengarlah perhatian kecil itu. Namun, aku tetap menurut menutup mataku yang kini terasa berat. Hingga tanpa sadar aku telah tertidur.

Shani pov end.

_HTK_

Zean kini tengah menunggu di depan kampus Shani, menunggu perempuan itu selesai dengan matkulnya. Dia menunggu sambil meminum es cekek yang dia beli di warung depan. Dia tadi sudah menanyakan pada Shani kapan matkul selesai, dijawabnya sebentar lagi. Hingga tak lama kemudian Shani menghampirinya dengan raut wajah datar. Zean tersenyum menyambut kedatangannya.

"Udah ga ada yang ketinggalan?" tanya Zean.

"Kita mau kemana?" tanya Shani balik sembari memakai helm dari Zean.

"Ke pelaminan."

"Ga usah bercanda," balas Shani, moodnya sedang tak baik sekarang. Zean menanggapi dengan senyum kecil, kemudian memposisikan motornya. Shani naik ke boncengan lalu Zean mulai melajukannya.

Zean mengendarai motornya menuju sebuah bukit yang pernah dia datangi bersama Shani dulu. Sudah lama dia tak ke sana, makanya dia sekalian mengajak Shani ke sana. Beberapa saat kemudian dia telah sampai ke tempat itu. Cukup sepi, mungkin karena ini masih jam produktif jadi tak banyak orang yang berkunjung. Tempat ini cukup teduh meskipun masih siang hari.

Shani turun lebih dulu dan berjalan ke tepi, melihat pemandangan kota siang hari. Dia menghembuskan napas berat, dia seakan menyimpan perasaan yang berat dihatinya. "Kenapa ke sini?" tanya Shani. Tempat ini membuat Shani mengingat hal di masa lalu.

"Karna.. aku kangen tempat ini."

"Kamu bisa dateng ke sini sendiri, ngapain harus ajak aku?"

"Pengennya sama kamu."

"Kamu bisa ajak pacar kamu, bukan aku."

Zean menghembuskan napas pelan. Dia melirik sebuah batu, lalu mengambilnya. "Kita ke sini dengan perasaan yang sama. Dilema? Jadi kita cari sesuatu yang bisa buat kita sama-sama lega." Zean memberikan batu itu pada Shani. "Ambil batu ini, kamu bisa lempar sejauhnya, seperti kamu membuang rasa berat yang kamu rasakan. Atau kamu bisa berteriak, meluapkan segalanya."

Shani menerima batu itu dan menatapnya. Dengan perasaan kesal, dia melemparkan batu itu. "HAHHH! AKU CAPEE! KENAPA SEMUANYA JAHAT?! AKU SAYANG KAMU ZEAN! TAPI KAMU JAHAT!" Teriaknya kemudian.

Zean di belakang Shani, hanya tersenyum tipis, terus mendengarkan apa saja yang Shani keluhkan.

















Masih awal udh pd sewot, heran...

Dah maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA III [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang