_HTK_
Hari berlalu, Shani dan Zean berduaan menikmati siang hari di cafe dengan memakan pancake yang terasa manis dilidah. Mereka terkadang saling menyuapi, bak remaja yang selalu dimabuk kasmaran. Melihat ada serpihan roti diujung bibir Shani, lantas Zean mendekatkan wajahnya dan membersihkan dengan bibirnya, bukan dengan tangannya. Untung saja mereka duduk dipojokan dan Cafe tak begitu ramai, cukup tertutup yang membuat mereka aman.
"Tempat umum ih!" sentak Shani terkejut tentu karna tindakan kekasihnya itu. Dia juga melototi Zean. Namun, Zean bukannya takut malah merasa lucu.
"Ga ada yang lihat, aman Sayang Shanoyyy," jawab Zean. Lalu dia mengaduh kesakitan saat tangan Shani mencubit area pinggang Zean.
"Bilang Shanoy lagi bilang!"
"Maaf sayang maaf, aku bercanda doang aduh aduhh, maaf sayang." Akhirnya cubitan itu terlepas dengan raut wajah Shani yang merasa kesal. Sementara Zean mengusap pinggangnya yang terasa panas. Tak bohong cubitan itu terasa sakit.
"Rasain!" Ucap Shani tak merasa bersalah, justru dia belum merasa puas. Sudahlah dia sedang datang bulan, dibuat kesal sama Zean. Ingin rasanya dia menelan bumi seisinya.
"Maaf sayang, masih sakit ga perut kamu hem?" Tanya Zean sembari melingkarkan tangannya diperut Shani, berusaha menarik perhatian kekasihnya lagi agar tak merajuk.
"Sedikit, tapi gapapa," jawab Shani.
"Nanti aku beliin jamu buat kamu. Karna biasanya Mama minum jamu kalau pas dateng bulan. Tapi aku gatau jamu apa, nanti aku tanyain Mama," kata Zean dan Shani mengangguki. Nampaknya Shani sudah tak lagi kesal dengan Zean, terbukti sekarang dia menyuapi potongan pancake kembali pada Zean. "Hemm... enak banget kalau kamu yang suapin. Manisnya berkali-kali lipat," puji Zean.
"Lebay!" sahut Shani.
Mereka kembali berbincang sampai ponsel Shani berbunyi menampilkan nama Mamanya di sana. "Bentar ya Mama nelpon," kata Shani.
"Iya angkat aja," jawab Zean. Sambil memberikan ruang untuk Shani, Zean pun membuka ponselnya yang sedari tadi dia nonaktifkan.
"Halo Ma?"
"Halo Shani, kamu masih sama Zean?" tanya Mama Shani.
"Masih Ma, kenapa?"
"Kalian masih lama ga di luar?"
"Em.. gatau sih Ma."
"Ini Budhe ada di sini, nyariin kamu. Kamu pulang sekarang bisa ga? Nggak enak dia nungguin udah dari tadi."
Shani merenggut bingung. Tumben banget Budhe ke rumah. Kira-kira ada apa? Batinnya bertanya-tanya. "Yaudah deh Ma, aku pulang sekarang," putusnya.
"Iya, hati-hati di jalan."
"Iya Ma." Dan panggilan pun berakhir. Shani kembali menutup ponselnya begitu juga Zean. "Mama minta aku pulang. Di rumah ada Budhe pengen ketemu," jelas Shani yang tau kalau kekasihnya itu pasti kepo.
"Budhe kamu ke rumah? Tumben."
"Makanya itu, aku juga ngerasa heran. Yaudah yuk pulang, nanti kalau kelamaan yang ada Mama marah," kata Shani. Mereka berduapun memilih untuk membayar tagihan dan segera beranjak pulang.
_HTK_
Shani melangkahkan kaki memasuki rumah. Di ruang keluarga ternyata sudah ada Mama dan Budhenya yang duduk di sana. Namun, ada satu orang lelaki yang Shani merasa asing duduk di antara mereka. Tentu Shani merasa bingung dan bertanya-tanya siapa lelaki itu.
"Akhirnya Shani pulang, Budhe udah nungguin daritadi tau. Cepetan duduk," heboh Budhenya.
"Duduk Shan," titah Mama Shani. Shani pun menurut, dia duduk di sisi Mamanya sambil sesekali melirik lelaki berkacamata yang tersenyum hangat padanya. "Zean langsung pulang?" tanya Mama Shani dan Shani mengangguk menjawabi.
"Dia siapa Ma?" Bisik Shani pada Mamanya bertanya. Namun, sebelum Mamanya menjawab Budhenya sudah lebih dulu menyerobot heboh, memperkenalkan lekaki yang menjadi tanda tanya. "Shani kenalin ini anak temen tante yang anak pejabat itu, namanya nak Jilan. Dia udah ganteng, baik hati, penyayang juga dan masih single cocok buat kamu."
Shani merengut bingung mendengarnya, apa maksud Budhenya itu? Kenapa tiba-tiba memperkenalkannya pada lelaki bernama Jilan ini. Budhenya tak mungkin berniat betulan menjodohkannyakan?
"Hai, saya Jilan." Lelaki itu mengulurkan tangannya. Shani mau tak mau menjabat tangan Jilan sebagai tanda menghargai. "Shani," balas Shani.
"Tuhkan kalian cocok! Apa aku bilang, pasti anak kamu cocok sama Jilan ini." Budhe Shani bertepuk tangan dengan girangnya. Sementara Mama Shani hanya tersenyum tipis saja.
"Maksud Budhe apa ya?" tanya Shani.
"Duh Shan, kamu mau Budhe jodohin sama Jilan. Biar hidup kamu bahagia. Pilihan Budhe ga akan salah kok. Lagian nak Jilan juga udah setuju kok jadi pasangan kamu," jelas Budhe Shani. Shani yang mendengar itu tentunya langsung tak suka. Mengapa tiba-tiba Budhenya itu ikut campur di dalam kehidupannya?
"Apa sih Budhe, aku ga mau ya dijodoh-jodohin gini! Lagian aku udah punya pacar! Budhe ga bisa seenaknya mau jodohin aku. Ma, bilangin ke Budhe kalau aku ga mau sama anak temennya," adu Shani pada Mamanya. Tak bohong dari tatapan Shani kalau dia merasa tertekan.
"Iya Mama akan bicarakan sama Budhe," jawab Mama Shani menenangkan. Jujur dia juga tak mau kalau saudaranya itu ikut campur dalam urusan anaknya. Meskipun sudara, tapi urusan memilih pasangan biarlah keputusan masing-masing. Sebagai orang tua, ia membiarkan anaknya dengan haknya dalam memilih. Yang terpenting adalah memantau yang terbaik.
"Kamu jangan gitu dong Shan, kan kamu bisa coba komunikasi dulu sama nak Jilan. Dia ini anak pejabat loh. Kamu tinggalin aja pacar kamu yang ga seberapa itu," kata Budhe Shani lagi.
"Mau anak pejabat atau anak presiden sekalipun, kalau aku maunya sama Zean, aku bakal tetep milih Zean!" Tegas Shani lalu dia beranjak menunju kamar. Tak peduli kalau tindakannya itu dinilai tak sopan. Dia sudah terlampau kesal.
"Maaf ya nak," ucap Mama Shani mewakili pada Jilan. Jilan tersenyum dan mengangguk, meskipun dalam hati dia sedikit merada terhina karna ditolak mentah-mentah oleh perempuan yang dia anggap pantas menjadi miliknya.
Jilan
Yang sabar ya Shan.
Besok tanggal 26 kan ya?🙂
Harus banget besok?! Ga bisa 10 tahun lagi?!
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA III [END]
Fanfiction"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN "Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...