_HTK_
Di rumah, Zean terlihat gelisah. Dia masih khawatir dengan keadaan Shani, meskipun Shani sudah tidak apa-apa dan tidak ada luka yang dialami. Namun, tetap saja Zean merasa khawatir, karna pasti Shani merasa shock. Banyak pesan yang dia kirim, tapi belum ada satupun yang dibalas.
"Apa gua ke rumahnya aja ya?" Monolog Zean.
"Iya deh, gua ke sana aja," putus Zean. Dia mulai bersiap dan menyambar kunci motornya di atas meja lalu keluar dari kamar.
Sesampainya Zean di rumah Shani, dia disambut oleh Krisna dan Mama Shani. Krisna sudah mulai tak terlalu dingin dengan Zean, mungkin karna melihat kakaknya sudah kembali menjalin hubungan baik bersama Zean lagi, jadi Krisna mencoba menerima kembali.
"Shaninya ada di kamar, tante panggilin sebentar ya," kata Mama Shani. Kemudian ia naik ke atas, ke kamar Shani. Sementara Krisna memilih ke samping rumah, ingin berenang katanya.
Tak lama Shani turun diikuti dengan Mamanya. "Krisna kemana Ze?" Tanya Mama Shani.
"Ke halaman samping tante, katanya pengen berenang," jawab Zean.
"Oh, yaudah tante nyusul Krisna ya." Mama Shani memberikan waktu berdua untuk Zean dan anaknya. Karena terlihat Zean seperti ada yang ingin dibicarakan.
"Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Shani terkesan ketus.
"Pengen lihat keadaan kamu. Kamu ga p—"
"Aku ga papa. Dah sana pulang. Urusin aja sana pacar kamu. Aku ga mau keliatan jadi perebut pacar orang," kata Shani menyela. Dia sedang tak ingin melihat wajah Zean sebenarnya. Karena dia masih merasa kesal dan cemburu melihat Zean tadi bersama pacarnya.
"Kamu cemburu ya?" tanya Zean sembari tersenyum geli.
"Dih, pede banget. Lebih baik kamu pergi sekarang, aku mau istirahat."
"Kalau aku ga mau? Aku mau sama kamu aja," kata Zean.
"Mau kamu apa sih? Inget pacar kamu, Ze. Egois banget sih! Jangan maruk jadi cowo, kamu udah punya dia jangan lagi ganggu aku." Sontak senyum Zean hilang, dia menghembuskan napas pelan dan mengangguk samar.
"Terakhir, permintaan terakhir aku. Aku pengen makan bareng sama kamu hari ini, di luar. Setelah ini aku ga akan ganggu kamu lagi. Bisa ya?" tanya Zean menunggu jawaban penuh harap.
Sementara Shani jantungnya berpacu cepat, sebenarnya dia tak ingin Zean menjauh, tapi keadaan harus membuat mereka tak lagi dekat. "A-aku siap-siap dulu," kata Shani.
"Hem, aku tunggu di sini," jawab Zean.
Selesai bersiap, mereka berpamitan kepada Mama Shani, setelah itu barulah mereka pergi. Zean membawa Shani ke sebuah restorant, untuk mencari makan di sana. Setelah Zean dan Shani memesan makanan dan membayar, kini tak ada pembicaraan di antara mereka. Shani fokus bermain ponselnya, sementara Zean mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja sambil memperhatikan Shani.
Shani sadar kalau Zean sejak tadi memperhatikannya, untuk menutupi kegugupannya makanya dia memainkan ponsel sedari tadi. Zean selalu berhasil membuat Shani gugup dan salah tingkah. Shani mencoba mengangkat pandangannya dan mereka sempat beradu pandang sejenak, sampai Shani lebih dulu memutuskan pandangan mereka. Tatapan Zean sangat dalam, Shani tak kuat dibuatnya. Lama-kelamaan pun, Shani tak tahan terus diperhatikan Zean seperti itu.
"Mau kamu apa sih? Dari tadi liatin mulu," kata Shani.
"Aku nunggu makanan. Aslinya pengen ngobrol sama kamu, tapi kayaknya kamu sibuk banget sama hp, jadi aku merhatiin kamu aja. Kamu cantik," jelas Zean.
"Ga usah mulai. Inget pacar. Udah ngabarin pacar belum, kalau lagi di sini sama aku? Nanti kalian yang ada berantem," kata Shani.
"Belum, aku belum ngabarin dia kalau lagi sama kamu. Aku yakin dia ngerti," kata Zean.
"Gila ya kamu. Kalau pacar kamu tau, pasti sakit hati banget," balas Shani. Dia tak habis pikir dengan Zean sekarang.
"Aku tau aku jahat, egois. Tapi.. aku ga tau, aku bingung. Aku seakan tersesat sekarang. Aku bingung jalan keluarnya. Dan aku ga tau gimana bisa selesai," ungkap Zean. Sekarang Zean seakan sedikit menunjukkan jiwa rapuhnya.
"Kamu ga seharusnya lakuin ini ke pacar kamu, Zean."
"Aku tau Shan. Bagaimana caranya supaya dia ga marah sama aku? Aku bakal ngasih tau ke dia nanti kalau habis keluar sama kamu. Karna juga ini mungkin terakhir kita bisa berdua. Aku ga akan ganggu kamu lagi. Aku ga mau bikin kamu jadi tambah sakit. Karna aku tau, kalau hadirnya aku malah semakin menambah luka di hati kamu." Zean menatap serius ke arah Shani yang mendengarkan dengan seksama. "Setelah ini, mari kita lupakan sama-sama. Kamu cari orang lain yang lebih baik dari aku. Yang bisa selalu ada buat kamu, bahagiain kamu, ga bikin kamu nangis, dewasa bukan kekanak-kanakan kayak aku. Jangan kayak aku yang cuma bisa bikin kamu sakit. Maafin aku ya Shan?"
Shani hanya diam, lidahnya seakan kelu, tak ada yang bisa dia katakan pada Zean sekarang. Zean meraih tangan Shani di atas meja lalu mengusapnya lembuh. "Makasih untuk semuanya," ucap Zean.
Dari kejauhan, Amel yang berada di restorant yang sama dengan Zean, dia memotret mereka dan dikirimkan pada Marsha. Niat hati dia kemari ingin mencari makan untuk dirinya dan Marsha, tapi malah lihat hal ini. "Keterlaluan banget pacar Marsha ini. Kalian harus selesaiin sekarang, gue ga tega lihat temen gue disakitin terus," monolog Amel. Dia memang tak ingin temannya sedih karena putus dari pacarnya, tapi melihat kelakuan pacar temennya yang berpegangan tangan dengan perempuan lain, dia merasa salah telah membelanya tadi.
Di rumah, Marsha kembali menangis melihat foto itu. Zean yang berpegangan tangan dengan mantannya. Marsha langsung menanyakan lokasi itu pada temannya. Setelah mendapatkan lokasi, Marsha langsung bersiap untuk pergi ke sana.
Di depan restorant, Amel menunggu kedatangan Marsha. Dia nampak ikut gelisah, sebenanrnya dia takut kalau terjadi perang dunia ke-tiga di restorant ini, tapi semoga saja tidak. Beberapa saat kemudian Marsha sampai. Amel langsung memeluk Marsha, yang masih meneteskan air mata.
"Dimana mereka Mel?" tanya Marsha.
"Masih ada di dalem. Tapi tolong jangan buat keributan, dan lo harus bisa buat keputusan yang tepat. Lo punya hak untuk marah ke Zean dan pacarnya. Dan lo juga punya hak untuk minta mantan dia buat jangan deketin pacar lo lagi Sha. Buat keputusan yang terbaik," kata Amel memberi wejangan dan Marsha mengangguk mengerti.
Marsha dengan segera memasuki restorant itu menuju meja yang di tempati Zean dan Shani. Di sana terlihat Zean dan Shani masih menikmati makanan tanpa suara.
"Zizi," panggil Marsha. Zean menolah, bahkan sampai tersedak melihat kehadiran pacarnya di sini. Dia merasa tertangkap sedang berselingkuh sekarang. "Marsha?" Kaget Zean.
"Aku mau ngomong sama kamu sekarang. Hanya berdua," Marsha dengan sengaja menekan dua kata terakhir itu lalu lebih dulu pergi dari sana. Zean sontak langsung mengikuti pacarnya, meninggalkan Shani dan Amel.
Shani sekarang bingung harus apa. Haruskah dia pulang saja sekarang? Jujur dia merasa tak enak sekarang. Bayangan yang dia takuti kini terjadi. Marsha memergoki mereka yang sedang berdua. Lantas Shani berdiri berniat menjelaskan pada Marsha kalau semua salah paham, tapi Amel menahan Shani, "Jangan ganggu mereka dulu. Biarkan mereka nyelesaiin masalahnya."
Anda terciduk!
Dah maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA III [END]
Fanfiction"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN "Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...