4

1.6K 308 10
                                    

_HTK_

Pagi hari Zean sudah terbangun dari tidurnya. Rencananya hari ini ingin berolahraga. Ah, dia sekarang menjadi suka berolahraga, membuat tubuhnya lebih bugar dan sehat. Zean bersiap sebentar, sebelum pergi. Selesai bersiap, dia menghampiri kamar kakaknya, Cindy. Dia ingin meminjam mobil milik kakaknya.

Motor dan beberapa barang miliknya yang lain belum diantar kemari. Hal itu membuatnya sedikit susah untuk berpergian sendiri. Dia akan meminta Papanya untuk segera mengantarkan.

Ini masih pagi, apalagi hari libur, sudah pasti kakaknya itu masih terlelap dalam tidurnya. Terbukti saat pintu dibuka, dia masih bergulat dengan selimut tebalnya.

"Kak, aku pinjam mobil," kata Zean setelah berada di sebelahnya. Zean menggerakkan badan Cindy berharap terbangun. "Kak," panggilnya lagi.

"Hem?" Dehem Cindy menanggapi, dia belum sepenuhnya sadar.

"Pinjam mobil."

"Kuncinya di atas meja," jawabnya dengan suara masih mengantuk. Sepertinya dia masih berniat melanjutkan tidur. Zean membiarkan saja dan mengambil kunci di atas meja.

Tak membutuhkan waktu lama untuk Zean sampai di tempat yang dia jadikan tempat berolahraga. Dia memarkirkan mobil dengan rapi, dan segera keluar dari sana.

"Rame banget," monolognya, sambil melihat keadaan sekitar. Tangannya bergerak memasang headset ditelinganya dan memutar sebuah lagu di sana. Setelahnya dia melakukan pemanasan sejenak sebelum akhirnya melakukan lari pagi.

_HTK_

Di sisi lain, Shani dan kedua temannya sudah siap di tempat biasa orang-orang melakukan olahraga lari maupun yang lainnya. "Ramai sekali ya?" celetuk Sisca.

"Maklum, ini kan hari minggu. Banyak yang ingin berolahraga juga selain kita," sahut Feni.

"Lebih baik kita pemanasan sebentar dan segera berlari. Keburu makin siang," kata Shani.

"Lo kayaknya semangat banget Shan joging kali ini," celetuk Sisca.

"Jangan banyak bicara, ayo pemanasan," kata Shani. Sisca sontak diam dan tangannya bergerak seperti mengunci mulutnya sendiri.

Selesai pemanasan sebentar mereka mulai berlari kecil, joging mengitari sekitar taman. Mereka berlari sesekali berjalan dikala merasa lelah. Karena jarang berolahraga jadi sering kali keluhan keluar dari mulut mereka.

"Ah cape banget, udahan kali ya?" Celetuk Sisca.

"Kita bahkan belum ada setengah jam di sini Sis," sahut Feni.

"Cape banget Ya Tuhan," keluh Sisca lagi.

Tanpa mereka sadari muka Shani sudah berubah pucat, dirinya beberapa kali menekan perutnya untuk menyamarkan rasa sakit. Sepertinya efek dia belum sempat sarapan pagi ini, hingga inilah jadinya. Namun, dia hanya diam tak ingin berkata pada kedua temannya. Akan tetapi, diamnya Shani sedari tadi membuat Feni menengok ke arahnya, dia cukup terkejut melihat temannya yang sudah pucat.

"Astaga Shan, lo sakit ya?" Panik Feni, dia menghentikan langkahnya dan memegang tubuh Shani yang sudah terasa dingin.


"Nggak kok, gue ga papa," jawab Shani pelan.

"Kalau ko sakit harusnya tadi ga usah ikut aja Shan, istirahat di rumah aja," sahut Sisca yang jadi ikut panik.

"Kita menepi dulu deh, duduk dulu," kata Feni. Namun, saat tubuh Shani digerakkan, perutnya malah merasa semakin sakit, dia khawatir maag yang dia miliki itu kumat. "Perut gue sakit," keluh Shani.

"Ga bisa gerak nih?" tanya Sisca panik.

"Sakit," ucap Shani.

"Mampus, Fen gendong dia," pinta Sisca.

"Kok gue?"

"Lo yang lebih biasa olahraga dari pada gue," jelas Sisca.

"Gue ga sesering itu juga olahraga," balas Feni. Mereka berdua terus berdebat, sementara Shani masih menahan rasa sakit. Dia merutuki dirinya sendiri karena menyepelekan sarapan.

Tap tap tap~

Zean dengan fokus melakukan joging sendirian. Sembari menikmati alunan lagu yang menemani. Hingga langkahnya itu memelan tak jauh saat melihat tiga orang seperti berdebat dan panik di jalan.

"Mereka kenapa?" Pikir Zean. Dia jadi bingung, dia harus menghampiri dan bertanya ada apa, atau lebih baik cuek saja karena itu bukan urusannya? "Tapi kayaknya ga kenapa-kenapa, biarin aja kali ya," pikir Zean lagi.

Dia kembali berlari kecil, kali ini satu kabel headset dia lepas, sehingga musik hanya dia dengar di satu sisi. Dia mendekati mereka berusaha cuek, akan tetapi suara ringisan dan kepanikan semakin terdengar yang membuat Zean berpikir pasti terjadi apa-apa. Fiks sih gua harus bantu mereka. Batinnya.

Zean segera mendekat diantara kepanikan mereka, "Ada apa ya? Ada yang harus saya bantu?" tanya Zean.

Namun, kehadirannya itu justru membuat mereka semua terdiam. Zean pun sama juga, dia jadi diam setelah tau siapa mereka. Matanya terpaku pada perempuan yang menahan sakit. Shani... kita bertemu lagi. Batinnya. Dia menelan ludah susah payah.

"Kamu kenapa?" Akhirnya Zean bisa mengeluarkan suaranya kembali.

"T-tolongin Shani, Ze. Di-dia sakit," kata Feni mewakili. Dia menjadi ikut terkejut melihat kehadiran mantan temannya itu yang sudah lama menghilang.

Mendengar itu, Zean meminta ruang dan menggendong tubuh Shani dengan hati-hati. Dia melangkah mencari bangku kosong untuk istirahat. Sementara Shani, rasa sakit diperutkan seakan hilang terganti oleh rasa sakit teringat masa kehilangan, rasa sakit rindu yang mendalam. Air matanya turun melihat Zean kini ada di hadapannya. Lelaki yang selalu dia tunggu akhirnya kembali. Dia tak bisa menahan isakan dan dengan berani menenggelamkan wajahnya di dada bidang Zean, menghirup aroma tubuh yang sudah lama hilang.

Zean susah payah juga menahan air matanya yang bisa kapan saja luruh. Dia tak beda jauh, dia juga merindukan perempuan yang kini berada digendongannya. Dia tak menyangka waktu akhirnya mempertemukan mereka lagi. Apa dia harus bersyukur sekarang?








Akhirnya ketemuu, tapi Shaninya lagi sakit kasihan.

Spoiler slanjutnya : kebersamaan.

Pikirlah sndiri mksd dari kebersamaan macam apa.

Dah maap buat typo.

200 vote lagi baru up.

HANYA TENTANG KITA III [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang