_HTK_
Beberapa hari berlalu, Zean dan Shani masih berada di kota Zean. Setelah kepergian Marsha, Zean harus berusaha mengikhlaskan. Dia tak boleh berlarut di dalam kesedihan. Dari pada terus bersedih, kedua orang tau Zean itu menyarankannya untuk pergi berlibur.
"Emangnya libur kemana sih, aku males rasanya mau keluar," kata Zean sembari memasukkan nasi ke dalam mulutnya. Mereka sedang makan malam bersama sekarang.
"Ya kemana kek, ajak Shani sekalian. Mumpung di sini, ajak dia berkeliling," sahut Papa Zean.
"Kamu mau kemana Shan?" tanya Zean.
"Eih, bodohnya kamu. Dikira Shani tau tempat di sini?" Celetuk Mama Zean.
"Yakan siapa tau Shani udah sedikit mengenal tempat ini," kata Zean.
"Aku terserah, ngikut aja," kata Shani.
"Yaudah, kalau gitu besok kita keliling," putus Zean. Mereka kembali melanjutkan makan malam diselingi obrolan ringan.
Setelah selesai makan, Zean memutuskan untuk keluar rumah menatap langit malam yang penuh akan bintang. Zean duduk di teras, menatap langit. Tak lama Shani menyusul dengan membawa segelas teh hangat, dia duduk di sebelah Zean.
"Kenapa di luar? Dingin tau," kata Shani.
"Kamu juga ngapain ke luar?"
"Emm, di dalem ga ada temen," jawab Shani.
"Bilang aja nyariin aku, ga usah alesan ga ada temen," timpal Zean.
"Dih pede banget!" Cibir Shani, tapi padahal mah emang bener apa yang dikatakan Zean.
"Aku di sini mau lihat bintang. Lihat bintangnya banyak banget. Dan aku yakin, bintang yang bersinar paling terang itu... adalah Marsha." Shani mengikuti arah tunjuk Zean pada bintang yang paling terang diantara yang lain.
"Kamu sesayang itu ya sama Marsha?" tanya Shani.
"Sayang. Sayang banget," jawab Zean. Namun, tak dipungkiri dalam hati Shani rada panas, tapi dia menahannya karena dirinya juga tak pantas harus cemburu mengingat dia dengan Zean sekarang hanya sebatas teman.
"Kenapa? Kamu cemburu ya?" Celetuk Zean.Shani reflek mengelak, tak membenarkan apa yang Zean katakan. "Dih enggak, aku biasa aja kok. Kan aku cuma tanya doang," jelas Shani. Zean tersenyum kecil dan menganggukkan kepala, menanggapi itu.
Sesaat hanya ada keheningan diantara mereka. Mereka saling memandang bintang dengan pikirannya masing-masing. Namun, kemudian Zean kembali bersuara, "Shan, kalau nanti aku nembak kamu lagi, kamu masih mau ga jadi pacar aku lagi?"
Shani cukup tercengang mendengar apa yang Zean katakan. Kalau ditanya mau apa tidak, ya pasti Shani mau. Namun, saat ini Shani merasa ini waktu yang tidak pas karena Marsha juga baru saja pergi. "Kamu mau cari pengganti Marsha sekarang?" tanya Shani.
"Bukan sekarang, tapi nanti. Aku belum tega melepas Marsha di hati aku." Zean dengan sengaja menggenggam salah satu tangan Shani. "Tunggu aku sembuh ya?" kata Zean.
Melihat pijaran mata Zean seakan dia serius, dan Shani mengangguk menanggapi itu. "Ayo masuk, udah malem. Tambah dingin juga, kayaknya mau ujan lagi," imbuh Zean.
_HTK_
Keesokan harinya, Zean membawa Shani ke sebuah taman khusus untuk bunga-bunga. Jadi di sana bunga ditanam dan dijaga dengan baik, sehingga menjadi tumbuh cantik dan beraneka jenis. Di sana Shani nampak antusias melihat banyaknya bunga warna-warni. Dia juga tak henti-hentinya mengambil gambar bunga itu.
"Suka banget sama bunganya?" tanya Zean.
"Suka! Aku kalau lihat bunga banyak kayak gini, berasa pengen nanem juga. Tapi sayang, aku ga selalu bisa numbuhin, sering banget mati," ungkap Shani.
"Kamu ga perhatiin sih, makanya mati."
"Ih mana ada. Kayaknya emang aku ga cocok nanem bunga aja. Btw, bunganya boleh dipetik ga sih? Aku pengen ngambil satu," kata Shani.
"Ga boleh dong. Bunga ini terjaga, ga sembarangan boleh petik. Kamu kalau mau bisa beli di depan sana. Di situ khusus ngejual bunga-bunga yang sama jenis kayak di sini," jelas Zean.
"Owh gitu ya." Shani menggut-manggut paham. Dia mengurungkan niatnya untuk memetik bunga. Harus taat aturan yang tertera.
"Kamu bisa lihat-lihat bunga lagi, aku mau ke toilet sebentar," kata Zean dan Shani mengangguk menanggapi. Shani kembali melihat bunga, sementara Zean mulai memisahkan diri.
Tak lama kemudian Zean kembali dengan membawa satu buket bunga daisy yang sengaja dia beli untuk diberikan pada Shani. Zean berjalan menghampiri Shani yang masih asik dengan dunianya sendiri. "Shan," panggil Zean. Shani memutar tubuhnya dan tercengang saat melihat Zean sudah membawa buket bunga ditangannya itu. "Nih buat kamu," zean memberikan buket bunga itu.
"Kamu beli ini?"
"Iya, tadi sengaja ke depan sebentar. Suka ga?"
"Suka banget, cantik bunganya," jawab Shani.
Zean tersenyum merasa puas saat Shani suka dengan pemberiannya. Sampai mata Zean salah fokus pada cincin yang melingkar dijari manis Shani. Itukan cincin yang aku kasih dulu, masih dipakai sampai sekarang. Batin Zean. Dia baru menyadari kalau Shani masih menggunakan barang pemberiannya.
"Cantik banget ya bunganya, sampai kamu aja liatin terus," celetuk Shani membuyarkan lamunan Zean. Sontak Zean tersenyum, lalu dia mencabut satu bunga daisy itu. "Ih kok dicabut?!" Shani agak tak terima.
Namun, kemudian Zean menyelipkan bunga itu ditelinga Shani. "Nah, makin cantik," ucap Zean. Perlahan pipi Shani mulai bersemu, dirinya salah tingkah.
Nunggu votenya buanyakk dulu lebih dari 250 kalo bisa baru gw lanjutin. Sambil menunggu gw mau urus cerita sebelah.
Selamat berjuang semua. Kalo mau up cepet ya kasih jejak tinggal mencet vote doang.
Dah maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA III [END]
Fanfiction"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN "Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...