_HTK_
Keramaian sangat terasa di sebuah Cafe, tempat para anak muda berkumpul. Mereka bersama menghabiskan waktu di malam ini. Berkumpul dan berbagi cerita. Shani duduk diantara para temannya yang lain. Dia cukup menikmati, meskipun dibalik wajah datarnya.
"Hahaha... okey, nanti di saat gue tampil, kalian harus nonton ya," kata Sisca. Kalian pasti tak lupakan dengan Sisca? Teman Shani waktu sekolah dulu. Dia bercerita akan ikut lomba menyanyi yang diadakan secara umum dan dia meminta dukungan terhadap para temannya.
"Siap, nanti kita akan jadi pendukung pertama lo, ya gak Shan?" kata Feni. Shani mengangguk menanggapi.
"Senyum dong Shan, diem aja dari tadi," kata Sisca, dia bertopang dagu memperhatikan wajah datar temannya ini. Meskipun dia pernah ketinggalan cerita banyak dimasa lalu, karena setelah lulus sekolah dia dan Shani beda tempat saat melanjutkan pendidikan, tapi beberapa saat lalu dia mulai mengetahui penyebab perubahan temannya itu.
Shanu tersenyum tipis menanggapi Sisca. "Gue ga papa kok, lagi pengen diem aja," jawab Shani sambil memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya.
"Muka lo kayak lagi galau berat," celetuk Sisca. Sementara Feni mengode Sisca dari mata, jangan sampai membahas sesuatu yang menyinggung masa lalu. Dan Sisca yang mengerti mengangguk dalam diam.
"Mikirin anak gue, kayaknya udah laper lagi belum gue kasih makan," jawab Shani.
"Anak lo?"
"Ikan," jelas Shani. Sisca membulatkan mulutnya dan mengangguk paham. "Ikannya pasti ngerti kalau emaknya lagi pengen malam mingguan sama temennya," balas Sisca.
Feni menjentikkan jari tanda setuju, "Anak yang pengertian," lanjutnya.
"Udah jam sembilan nih, balik yuk," celetuk Sisca.
"Ayo deh. Besok jangan lupa ya, joging," kata Feni.
"Iya, asalkan lo jadi jam alarm gue. Jam segitu, susah buat gue bangun cepet," balas Sisca.
"Kebiasaan lo!"
Mereka bertiga menggabungkan uang untuk membayar sembari membereskan barang masing-masing. Setelah mengurus pembayaran mereka beranjak pergi.
_HTK_
Beberapa motor terparkir dengan rapi di sebuah Cafe. Mereka sama-sama turun dari motor dan melepas helm mereka. Ya, mereka adalah Zean dan ketiga temannya.
"Ini beneran kita nongki jam segini? Apa ga kemaleman? Udah hampir jam sembilan loh," kata Zean.
"Aman kok, Cafe ini tutup sampe jam sebelas malem. Apalagi ini malam minggu, jadi kita masih punya banyak waktu," jawab Aldon.
"Udahlah, ayo masuk," ajak Rollan. Dia mendahului memimpin jalan diikuti temannya yang lain.
"Eh, astaga kunci gua ketinggalan di motor," celetuk Aldon. "Ze, temenin gua ambil yok," lanjutnya.
"Kebiasan lo, Do," sahut Rollan.
"Namanya juga lupa. Dah ayo Ze, temenin gua." Aldon dan Zean kembali ke parkiran untuk mengambil kunci itu.
Sementara Rollan dan Christof justru bertemu dengan Shani dan teman-temannya di dalam. Mereka berbincang sebentar, karena dulu mereka pernah kenal.
"Kalian berdua doang nih?" tanya Sisca.
"Nggak kok Kak, kita sama Rollan, sama Z—hmpt." Belum selesai Christof berkata, Rollan sudah lebih dulu membekap mulut Christof dengan tangannya.
"Sama siapa?" tanya Shani heran. Yang lain juga heran karena tindakan Rollan seperti itu.
"Aldon sama ada temen kita yang lain Kak, heheh...." jawab Rollan canggung. Christof menyingkirkan tangan Rollan dan merenggut kesal.
"Ouh, yaudah deh kita udah mau pulang nih. Duluan ya," pamit Feni mewakili.
"Iya kak, hati-hati ya udah malem. Ga baik wanita cantik-cantik gini pulang malam-malam," kata Rollan. Setelah berpamitan Shani dan temannya itu pergi.
"Lo kenapa bekep gua sih? Tangan lo bau!" kata Christof.
"Haisz, untung lo ga sempet nyebut si Zean."
"Emang kenapa?"
"Lo tau sendirikan mereka dulu gimana? Dan Zean sekarang ditanya tentang Shani aja kayak masih kurang nyaman gitu. Bisa jadi Kak Shani juga sama kayak apa yang Zean rasakan. Jadi lebih baik kita jangan temuin mereka dulu. Nunggu waktu yang pas," jelas Rollan.
"Ouh gitu... kasihan ya mereka," ucap Christof.
"Yaudah yok, cari meja," ajak Rollan.
Shani berjalan dengan fokus memainkan ponselnya, sementara Feni dan Sisca di depan berbincang berdua, memimpin jalan. Melewati parkiran motor, dua orang berdiri di dekat motor. Itu Aldo dan Zean! Andaikan saja merema tidak membelakangi dan Shani tidak fokus pada ponsel, bisa saja mereka bertemu. Namun, sepertinya waktu belum berpihak pada mereka. Shani melewati Zean begitu saja, dan begitupun dengan Zean yang tak tau kalau Shani sempat melewatinya.
"Udah, yok masuk lagi," ajak Aldon setelah mendapatkan kuncinya. Dia lebih dulu berjalan meninggalkan Zean yang menali tali sepatunya.
"Aldon! Tungguin gua!" Pekik Zean, setelahnya berlari mengejar Aldon.
Di sisi lain, Shani menghentikan langkahnya di saat suara tak asing masuk ke dalam pendengarannya. Suara itu seperti dia kenal. Suara Zean. Shani membalikkan badan, hanya ada kekosongan di sana. Kecuali dua orang yang sudah berjalan jauh memasuki Cafe.
Zean? Batin Shani bertanya-tanya. Apa suara yang dia dengar itu salah atau tidak? Hati Shani kembali bergetar hebat. Nama Zean masih sangat berpengaruh dalam hidup Shani. Tak pernah sekali pun ada niatan baginya untuk melupakan sang pujaan hati.
"Shan, kenapa? Ayo pulang," panggil Feni.
Shani kembali membalikkan badannya dan menghampiri temannya. Sepertinya hanya imajinasiku lagi. Batinnya sedih.
Kembali up setelah 200 vote.
Spoiler part selanjutnya : shani dan zean akhirnya ketemu.
Dah maap buat typo.

KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA III [END]
Fanfic"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN "Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...