_HTK_
Di rumah Zean kini nampak sibuk. Banyak saudaranya yang tengah berkunjung dan juga keluarganya. Semua nampak rempong mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa ke ruamh Shani. Ke rumah Shani? Ya, hari ini Zean akan melamar Shani di hadapan keluarga. Sudah cukup waktu untuk dia menyiapkan diri, kini tibalah waktunya.
"Semua udah dimasukin ke dalam mobil?" tanya Mama Zean pada para saudara yang membantu mengangkut barang.
"Udah semua, udah siap tinggal berangkat," jawab saudaranya.
"Si Zean mana? Belum selesai juga bersiap?" tanya salah satu saudara.
"Cindy, panggil Zean sekarang. Kita harus berangkat," perintah sang Papa.
"Iya Pa," jawab Cindy. Dia pun pergi ke kamar Zean untuk memanggil adiknya. Ternyata di dalam sana Zean sudah siap, tapi masih terdiam di depan kaca. Dirinya gugup, masih merasa tak menyangka kalau hari ini dia akan melamar Shani. Perjuangan dan harapannya selama ini akan segera terwujud.
"Zean, ditungguin daritadi malah berdiri di depan kaca. Semua udah siap, tinggal nungguin kamu doang nih kita harus berangkat," kata Cindy.
"Aku gugup kak," ungkap Zean.
"Kalau ngurusin rasa gugup kamu, ya ga akan jadi lamaran ini," balas Cindy, "Udah ayo. Adik kakak udah ganteng gini, udah mau nikah masa masih takut-takut. Kamu ga cocok jadi orang yany penakut," lanjut Cindy sambil membetulkan kemeja Zean. Zean memandang kakaknya yang semakin hari semakin cantik. Umur seakan tak membuatnya menjadi tua, malah wajah kakaknya ini semakin awet muda.
"Kak, aku izin nikah duluan ya. Maaf aku ngelangkahin kakak," ungkap Zean. Sebenarnya ia merasa tak enak kalau harus mendahului kakaknya ke jenjang yang lebih serius dalam sebuah hubungan. Namun, kalau menunggu lagi sepertinya Zean juga tak bisa. Jadi setelah berbincang kakaknya itu tak mempermasalahkannya.
Cindy tak pernah menghalangi apa yang adiknya mau. Dia justru merasa senang disaat adiknya akan menikah, meskipun dia dilangkahi. Toh juga dia belum memikirkan akan segera menikah. Dia masih ingin fokus bekerja dan juga mencari pasangan yang cocok. Biarlah adiknya melengkapi kebahagiaannya. Cindy akan ikut bahagia disaat adiknya itupun bahagia.
"Gapapa Ze, kan kakak ga mempermasalahkan itu. Yang penting kamu seneng. Kakak belum mau nikah dulu, masih mau seneng-seneng. Jadi ga masalah. Kamu ga usah mikirin kakak," balas Cindy.
"Makasih ya kak," ucap Zean lalu memeluk tubuh kakaknya yang lebih kecil darinya. Mereka saling berpelukan menyalurkan kasih sayang terhadap saudara. "Udah ah, jadi peluk-pelukan gini. Ayo buruan, udah ditunggu yang lain," kata Cindy menyudahi pelukan yang terjadi.
_HTK_
"Baik, jadi kedatangan kami ke sini ingin mengantar Zean dari anggota keluarga kami yang ingin meminang nak Shani. Kami memiliki niat baik untuk mengajak nak Shani menuju jenjang yang lebih serius..." Salah satu keluarga yang paling tua dikeluarga Zean yang menjadi perwakilan menyampaikan beberapa hal tentang kedatangan mereka. "Jadi Zean, silahkan kalau mau menyampaikan sesuatu hal."
Kini giliran Zean yang diberi waktu untuk menyampaikan apa yang dia ingin sampaikan. Rasa gugup kembali Zean rasakan. Dia menjadi bingung ingin mengatakan apa, di sisi lain dia juga malu kalau harus mengatakan sesuatu di hadapan banyak hal seperti ini. "Bismillah... Shan, karna sudah lama waktu yang kita lalui, di hadapan keluarga kamu dan keluarga aku, aku mau meminta kamu menjadi istri aku. Apa kamu berkenan menerima lamaranku?" Hanya itu yang Zean berani katakan. Dia tak bisa menjadi seseorang yang puitis, pandai merangkai kata-kata indah. Toh yang dia butuhkan sekarang bukan pujian melainkan jawaban Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA III [END]
Fanfiction"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN "Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...