_HTK_
Keputusan Marsha selanjutnya adalah kembali ke kotanya. Tak ada alasan lagi untuk dirinya berada di sini. Hubungannya dengan Zean sudah kandas. Jadi lebih baik dirinya kembali pulang menenangkan diri. Dan dia akan berusaha menghilangkan perasaanya pada Zean, bagaimana pun caranya.
"Lo yakin mau balik secepet ini Sha? Ga mau lebih lama lagi di sini? Lo juga masih ga ada kegiatan lainkan di rumah?" kata Amel. Dia merasa kasihan pada Marsha, siapa sangka keputusan Marsha adalah mengakhiri hubungannya.
"Iya, gue udah nyari tiket kereta dan dapet besok jam sepuluh pagi. Anterin gue ke stasiun ya?" kata Marsha.
"Iya, gue bakal anterin," jawab Amel.
"Gue bakal kemas-kemas sekarang deh, biar lebih cepet dan ga kerepotan kalau ndadak." Marsha bangkit dan mengambil kopernya lalu mulai menata kembali barang-barangnya.
"Sha, gue pinjem hp lo ya?" ucap Amel meminta izin dan Marsha memperbolehkan. Lantas diam-diam Amel mencatat nomor Zean, tujuannya adalah ingin memberi tau pada Zean kalau Marsha akan kembali. Meskipun mereka sudah tidak ada hubungan, tapi ada baiknya Zean tetap mengetahui hal ini.
Di sisi lain Zean tengah termenung di bangku taman sambil memandangi kalung milik Marsha. Dia masih ditemani Shani yang setia duduk di sisinya. Shani pun bingung sekarang harus apa, di sisi lain juga dia masih merasa bersalah, karena merasa hadirnya adalah alasan putusnya Zean dan pacarnya. Dia merasa seharusnya dia tak menerima ajakan Zean tadi, mengingat Zean sudah memiliki pasangan. Namun, semua sudah terjadi dan hubungan Zean dengan pacarnya berakhir.
Haruskah Shani mulai melepaskan Zean, dalam arti melepas nama Zean dalam hatinya. Akan tetapi, apa yang Marsha katakan padanya membuat Shani jadi kepikiran. Soal Marsha yang menitipkan Zean padanya dan meminta untuk menjaga.
Shani mengusap bahu Zean pelan, berharap Zean merasa lebih baik. "Jangan sedih Ze, aku ga tega lihat kamu kayak gini," kata Shani.
"Marsha orang baik. Aku ga seharusnya jahat ke dia. Aku brengsek banget jadi cowo. Dia udah dengan sukarela terus mendampingi aku, tapi aku malah nyia-nyiain gitu aja. Bodoh banget," ungkap Zean. Dia terus saja merutuki kebodohannya. Jika orang tuanya tau, pasti Zean akan dimarahi habis-habisan. Mengingat orang tua Zean juga sudah begitu dekat dengan Marsha.
"Kalau dia ditakdirkan buat kamu, pasti kalian kembali lagi kok," kata Shani. Meskipun dalam hati dia merasa tak enak mengatakan hal itu. Karena apakah dia salah jika kata-kata itu juga diharapkan tertuju padanya? Untuk kembali pada Zean.
Ponsel Zean berdenting, Zean dengan segera melihatnya dan di sana tertera nomor tidak dikenal mengirimkannya pesan.
+62....
-ini gue Amel
-gue mau ngasih tau, Marsha besok mau balik
-keretanya jam 10 pagi
-kalau lo masih punya perasaan, seharusnya lo datang ketemu diaSeperti itulah pesan yang Zean terima. Benar apa kata Amel, dia harus bertemu dengan Marsha. Meskipun sudah tak ada hubungan Zean harus tetap menjaga komunikasi dengan Marsha. Mereka harus selesai dengan secara baik-baik.
"Kenapa?" tanya Shani saat menyadari gestur Zean berbeda.
"Besok Marsha pulang. Aku harus ketemu sama dia, setidaknya mengatakan maaf dan berterima kasih," jelas Zean.
"Temuilah, kalian harus tetap baik-baik aja. Masih juga bisa berteman, jangan asing," kata Shani dan Zean mengangguk menanggapi.
_HTK_
Pagi hari, Marsha sudah berada di stasiun. Dia tengah berpamitan pada Amel. Mengucapkan terima kasih karna telah memberikan tempat tidur dalam beberapa hari ini.
"Main-main ke sini lagi ya Sha? Nanti kita main-main lagi. Lo sebentar banget di sininya," kata Amel.
"Iya, kalau masih ada kesempatan gue luangkan waktu buat ke sini lagi," jawab Marsha.
Sementara Zean dengan langkah tergesa mencari keberadaan Marsha di stasiun. Dia takut kalau telat mengucapkan selamat tinggal. Meskipun dia bisa saja menemui Marsha saat dia juga pulang. Namun, entah mengapa kali ini berbeda, Zean ingin sekali bertemu dengan Marsha, karena ada sesuatu yang harus dia berikan.
Sampai akhirnya dia menemukan keberaan Marsha, untung saja belum memasuki kereta. Zean dengan segera berlari menghampiri. "Marsha!" Panggilnya. Nafasnya terengah.
Marsha nampak terkejut melihat kehadiran Zean, padahal dia sama sekali tidak memberi taukan pada Zean kalau dirinya akan pulang. "Zizi, kamu kok bisa si sini?"
"Aku mau ngomong sama kamu sebentar," kata Zean. Amel yang paham pun memilih memberi jarak, untuk mereka berbincang.
"Mau ngomong apa lagi?" tanya Marsha.
"Aku minta maaf atas semuanya. Maaf karna udah jadi cowo yang buruk, maaf karna udah nyakitin kamu. Seharusnya aku ga melakukan itu, tapi aku cowo yang bodoh," ungkap Zean.
"Tak apa, aku sudah memaafkanmu. Hiduplah dengan baik, jaga diri karena aku udah ga bisa jagain kamu lagi. Kamu masih sayang sama mantan kamu kan? Kejarlah dia, buat dia bahagia. Dan sampaikan pesanku padanya, untuk tolong menjagamu dengan baik. Aku akan ikut senang melihat kalian bahagia nantinya," balas Marsha. Zean tak tau, terbuat dari apa hati Marsha sampai masih bisa memaafkan kebodohan Zean.
"Hem, sekali lagi maafkan aku, Sha. Dan terima kasih untuk semuanya, kamu berarti buat aku." Lalu Zean mengeluarkan kalung yang sempat Marsha kembalikan itu. "Aku memberikan ini untuk kamu. Maka ini adalah punya kamu. Tolong simpan ini ya, sebagai kenangan. Kalung ini akan kembali pada pemiliknya, yaitu kamu." Zean meraih tangan Marsha dan memberikan kalung itu.
Marsha tersenyum tipis melihat kalung itu. "Bisa pasangkan untukku?" tanya Marsha. Zean mengangguk tanpa ragu lalu dia memakaikan kalung itu. "Terima kasih Zi, tapi aku harus pergi sekarang," kata Marsha.
"Ya, jaga diri kamu baik-baik. Ketika aku pulang, aku akan berkunjung ke rumahmu," kata Zean dan Marsha hanya tersenyum dan mengangguk saja. Tak lupa dia melambaikan tangan pada Amel yang masih di sana, kemudian barulah Marsha memasuki gerbong.
Marsha duduk di kursinya dengan meremat kalungnya. Dia tak bisa lagi menahan air mata yang sedari tadi dia tahan. Selamat tinggal Zizi. Batinnya.
Yeah Zean dan Marsha berakhir.
Peluk Marsha🙆♀️🙆♂️
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA III [END]
Fanfiction"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN "Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...