"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN
"Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...
Di kediaman Jilan. Jilan memperhatikan dirinya sendiri di depan kaca. Kepalanya penuh akan pikiran-pikiran apa yang kurang dari dirinya bagi seorang Shani. Baru kali ini Jilan merasa sangat tertantang untuk mendapatkan Shani. Selama dua puluh empat tahun dirinya hidup, dia sudah beberapa kali menjalin hubungan, tapi tidak terlalu serius, karna baginya cinta di masa muda hanya permainan saja, pasti tidak akan bertahan sampai tua. Namun, kali ini mungkin saatnya dia harus serius untuk mendapatkan sebuah cinta dan Jilan menginginkan Shani.
"Apa yang kurang dari gua? Kenapa Shani ga tertarik sama sekali?" Monolog Jilan, padahal banyak perempuan yang mengejarnya bahkan sampai memohon untuk sekedar menjadi pacar, tapi kenapa Shani tidak tertarik sama sekali padanya. "Khekhekhe~ kamu sungguh menarik Shan."
Jilan keluar dari kamar mencari keberadaan ayahnya yang kalau malam biasa bersantai di kursi pijat khusus dengan ditemani tv yang menyala menampilkan sebuah berita. Jilan duduk di sofa biasa sambil memperhatikan ayahnya. "Mami kemana Pi?" tanya Jilan.
"Di kamar lagi perawatan wajah," jawab Ayahnya.
"Pi, tadi siang aku pergi ke rumah anak temen Mami. Dia cantik," ungkap Jilan. Ternyata tentang perjodohan yang akan dilakukan itu telah diketahui juga oleh keluarga Jilan. Dan Budhe Shani adalah teman dari Mami Jilan di arisan. Karna itulah mereka kenal dan berniat menjodohkan Shani dan Jilan. Namun, dari orang tua Jilan tak terlalu memaksa, keputusan ada ditangan Jilan. Kalau anaknya setuju maka mereka akan meneruskan, tapi kalau tidak mereka akan membatalkan.
"Oh ya? Terus dari kamu mau ga sama dia?" tanya Ayahnya lagi. Tak bohong kalau orang tua Jilan menginginkan anaknya cepat menikah, karena umurnya sudah semakin dewasa dan sudah cocok untuk masuk ke tahap pernikahan.
"Mau Pi," jawab Jilan dengan cepat. Lagipula siapa tak mau dengan Shani? Mau Shani sudah punya pacarpun, tetap akan Jilan ambil Shani menjadi miliknya. Memang apa yang Jilan tidak bisa? Apa yang dia inginkan selalu terwujud.
"Tapi dari dia mau ga sama kamu? Kalau dia ga mau, ga bisa dong buat nyatuin kalian."
"Kalau itu, aku butuh sedikit usaha. Papi kan tau kalau soal cewe pasti pada jual mahal gitu Pi. Jadi, Papi bisa ga bantuin aku biar dia mau nerima perjodohan ini?" tanya Jilan.
"Kamu udah dewasa Jil, jadi usaha saja sendiri. Kalau apa-apa selalu Papi, nanti gimana kamu bisa jadi kepala keluarga?" Efek terlalu dimanja sejak kecil memang membuat Jilan selalu ketergantungan pada orang tua.
"Ck, aku minta saran aja Pi, aku bingung gimana caranya."
"Ya datengin lah rumahnya perlahan, tapi pasti. Kamu yakinin dia kalau kamu serius. Kamu juga harus bersikap baik. Sesimple itu masa kamu ga bisa?"
Ah dikira Shani kayak kebanyakan cewe lainnya. Dia beda. Kalau cuma pakai cara itu pasti susah. Kecuali kalau gua pakai cara sedikit licik. Menyingkirkan pacarnya. Batin Jilan dan diam-diam dia tersenyum penuh makna kelicikan.
"Tapi Jil, kalau seandianya dia ga mau jangan dipaksa ya. Mungkin bukan kamu pilihannya. Papi ga mau denger ada pertengkaran atau berita miring yang bisa ngerusak reputasi kita. Ingat, banyak media yang mengawasi," peringat Ayahnya pada Jilan.
"Iya Pi. Lagian aku yakin kak kalau dia bakalan luluh sama aku. Siapa coba yang ga mau sama aku? Papi tau sendirikan dari mantan-mantan aku yang bahkan ngemis-ngemis buat bisa jadi pacar aku," sombong Jilan.
"Dasar... jangan memainkan perempuan Jil, nanti kamu kena karmanya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Makasih zoyy!🙂❤❤❤❤❤❤❤ Cantik bangettt si gadis tomboy yang keren ini, oshiku lopeeee❤
Selalu dukung zizoy ya ges, meskipun udah jadi exmemb. Semangat zeeoshi👍