_HTK_
"Mang satenya dua porsi jadiin satu ya," pesan Zean pada penjual sate. Sambil menunggu dia duduk di kursi pinggir jalan memperhatikan jalanan malam yang tak terlalu ramai. Keinginan dari kakaknya lah yang membuatnya di sini sekarang, membeli sate Madura yang terkenal akan cita rasa bumbu sambalnya.
Zean bekutat dengan ponselnya, tentunya bertukar kabar pada sang kekasih yang bilang rindu karna sudah tidak saling bertemu selama enam jam. Jangan bilang alay, yang jomblo diem aja, itulah pesan yang dari Zean untuk kalian.
"Pesenannya mas." Zean segera membayar pesanannya lalu beranjak pergi dari sana.
Di jalanan yang cukup sepi, tiba-tiba beberapa motor menghadang motor Zean. Pengendara berbadan kekar dan berwajah garang bak preman turun dari motor dan mendekat pada Zean. Zean mau kaburpun sudah tak bisa, karena keadaanya sekarang dikepung. Mau tak mau Zean turun dari motornya, mencoba mengajak berbicara mereka.
"Ada apa bang?" tanya Zean dengan santai.
"Nama lo, Zean?"
"Bukan saya, Arip," jawab Zean berbohong.
"Heh anak kecil ga usah bohongin kita! Kita semua tau kalau lo yang namanya Zean!"
"Kalau udah tau ngapain tanya bang," balas Zean.
"Banyak bacot lo, belagu banget jadi bocah!" Kata salah satu dari mereka.
"Loh saya belagu dari mana? Orang dari tadi diem aja ga ngapa-ngapain," heran Zean. Padahal dia menyentuh mereka saja tidak, mencoba cari masalahpun tidak, lantas dimana letak belagunya?
"Alah ga usah banyak basa-basi, serang sekarang!" Perintah salah satu preman itu. Mereka sontak langsung mengkroyok Zean yang hanya sendirian.
Zean mencari celah dan berpindah tempat ke yang lebih luas. Dia segera menghindar dari pukulan yang hampir melukai wajahnya, lantas dia menangkis sebuah tangan dan menendang salah satu perut preman yang mengeroyoknya. Zean kembali menangkis tangan preman laun dan memukul wajah preman itu, dengan sengaja Zean menarik rambut preman itu yang panjang, lalu mendorongnya sampai mengenai preman yang lain.
Sekuat tenaga Zean melawan mereka dengan skill yang dia punya. Meskipun tak terlalu jago, tapi masa SD dia pernah ikut dalam ekstra karate. Namun, sebisa-bisanya Zean melawan, dia akhirnya kalah jumlah. Kini Zean babak belur dikroyok para preman berbadan kekar itu.
"Uhuk uhuk!" Zean terbatuk, perutnya terasa sakit akibat pukulan yang banyak dia terima. Dirinya terkapar di jalanan dengan preman yang masih mengelilingi.
"Dengerin kalau lo masih pengen lihat matahari besok! Jauhin cewe yang namanya Shani! Kita-kita bakal selalu mantau lo! Inget jauhin dia!" Perintah salah satu dari mereka. Zean hanya diam tak berniat membalas. Setelah itu merekapun, pergi meninggalkan Zean sendiri yang kesakitan.
_HTK_
Sebuah amplop tebal berwarna coklat diberikan pada salah satu perwakilan preman. Mereka saling melempar senyum karir dan licik. Preman itu mengecek isi dalam amplop itu dengan wajah puasanya.
"Semua udah lo lakuinkan? Dia udah babak belur?"
"Beres! Dia udah kita buat terkapar di jalan. Dan kita pastiin dia ga akan gangguin cewe yang lo taksir lagi," balas Preman itu.
"Bagus. Gua suka kerja lo."
"Kalau butuh bantuan lagi, panggil kita aja. Senang bekerja sama dengan lo, Jilan." Preman itu berjabat tangan dengan seseorang yang memperintahkannya menghajar Zean, yaitu Jilan.
Ini baru awal Zean. Batin Jilan puas.
_HTK_
Mendengar kabar kalau Zean babak belur, Shani langsung pergi ke rumah Zean. Di sana sudah ada Aldon, Christof dan Rollan, mereka lah yang mengantar Zean pulang ke rumah setelah Zean mengabari kalau habis dikroyok oleh segerombolan preman.
Mereka tentu khawatir melihat kondisi temannya yang sudah banyak luka. Untungnya tidak ada luka yang cukuo serius, hanya ada lebam yang menjadi hiasan di sana. Zean kini tengah diobati oleh Shani, sementara Cindy dan ketiga teman Zean menemani sambil memakan sate yang tadi Zean beli.
"Kamu emangnya lewat mana sih, kok bisa dikroyok gitu? Jarang banget loh ada begal di jalan biasanya," tanya Cindy.
"Aku lewat jalan pintas kak, gatau kalau ternyata bakal kejadian kayak gini, awss~" jawab Zean disela ringisannya menahan perih akibat tekanan kapas yang terdapat obat yang Shani berikan.
"Tapi barang lo ada yang hilang ga?" tanya Aldon.
"Ga ada Don. Semua aman," jawab Zean.
"Aneh banget. Masa begal udah ngeroyok orang, tapi ga ada yang dirampas. Terus tujuan mereka ngeroyok lu apaan dong?" Heran Rollan.
"Iya, ga mungkin mereka ngeroyok lu cuma perkara gabutz doang," imbuh Christof.
Zean menghela napas pelan dan dia memilih menceritakan apa tujuan dari preman itu menyerangnya. "Jadi gini, setelah mereka bikin gua tepar, mereka bilang kalau gua harus jauhin Shani. Kayaknya ada yang nyuruh mereka buat nyerang gua dah dengan maksud supaya gua jauhin Shani," jelas Zean.
"Dih parah banget gilak!"
"Siapa orang yang berani jahat kek gitu!"
"Ga takut dimarahin emaknya kali ye."
Celetuk para teman Zean yang tak menyangka. Sementara Shani kini jadi merasa bersalah, meskipun dia tak tau apa-apa. Namun, kini dia merasa kalau Zean seperti ini karena dirinya. Dia ingin menangis sekarang, tapi sebisa mungkin ditahan. Zean yang menyadari kekasihnya menjadi diam dengan muka murung dan mata berairpun segera menenangkan.
"Hei." Zean menangkup pipi Shani lembut, "Aku ga papa, jangan sedih."
"Kamu jadi gini karna aku ya?"
"Enggak sayang, aku gapapa kok. Tadi kurang persiapan aja jadi kayak gini. Lagian aku ga akan jauhin kamu kok. Aku ga akan peduliin apa yanh mereka minta. Jadi kamu tenang aja oke?" Shani mengangguk pelan dengan perasaan yang masih gelisah.
Yang lain sudah memasang wajah malas karena harus menatap hal bucin seperti ini. "Tahik! Bucin tahik!" Celetuk Rollan sambil menyantap sate.
"Iri aja lu jomblo!" Sahut Zean. Rollan hanya membuat mimik muka mencibir.
Dah maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA III [END]
Fanfiction"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN "Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...