18

1.2K 215 11
                                    

_HTK_

'Terjadi kecelakaan kereta XXXX pada pukul 10.30 yang bertabrakan dengan kereta XXXXX banyak korban dintaranya meninggal dunia.'

Hari seakan menjadi begitu mendung. Na'as Marsha menjadi salah satu korban meninggal di kecelakaan tersebut. Zean tak menyangka pertemuannya tadi adalah benar-benar yang terakhir. Dirinya kacau. Zean jadi menyalahkan dirinya sendiri sekarang. Andai saja mereka tidak putus, pasti Marsha tidak memutuskan pulang dan masih di sini bersamanya. Andai saja Zean tak membuat Marsha kecewa, pasti mereka masih bisa berbahagia sekarang. Namun, andai-andai itu hanya menjadi imajinasi semata, semua terlambat. Zean dengan segera langsung mencari tiket untuk pulang.

"Aku ikut ya?" kata Shani yang masih menemani Zean. Shani tau pasti Zean sangat sedih sekarang, dia ingin memastikan Zean tak kenapa-kenapa saat di jalan. Zean yang sudah tak selera menjawab, hanya mengangguk saja menjawabi, dia pun mencarikan satu tiket lagi.

Pukul tiga sore, mereka berdua langsung pergi ke kota Zean. Membutuhkan beberapa waktu untuk sampai. Setelah sampai mereka memesan taksi dan pergi ke rumah Zean untuk menemui orang tuanya dulu. Zean langsung memeluk erat Mamanya dan menumpahkan tangisannya di sana. Dia akan menjadi lelaki yang lemah di hadapan Mamanya. Mamanya itu dengan lembut menenangkan anaknya.


"Marsha pergi Ma," ucap Zean dengan rasa leher yang tercekat. "Semua salah aku."

"Sudah, kamu istirahat dulu. Semua sudah takdir, kamu jangan menyalahkan diri. Pemakaman Marsha dilakukan besok, kamu bersih-bersih sana," kata Mamanya.

Zean mengangguk dan mengusap air matanya dengan lengan baju. "Aku bawa Shani, Ma," ungkap Zean. Mamanya tersenyum dan mengangguk. Ia tak menyangka bisa bertemu lagi dengan kekasih masa lalu anaknya. "Bagaimana kabarmu, Nak?" tanya Mama Zean pada Shani.

"Baik Ma," jawab Shani.

"Istirahat ya, Mama siapin kamar dulu," kata Mama Shani. Ia mengarahkan Shani ke kamar tamu.

Di dalam kamar, Zean masih saja terbayang-bayang akan Marsha. Apalagi mereka baru saja bertemu tadi, tapi siapa sangka kini Marsha telah pergi meninggalkannya. Bayangan-banyangannya bersama Marsha juga terus berputar di ingatannya. "I miss you, Sha," gumam Zean sambil menatap figura foto yang tertempel di dinding kamar.

Keesokan harinya, Zean dan keluarga pergi ke kediaman Marsha. Di sana sudah banyak orang yang ikut berduka. Zean dengan lunglai menghampiri kedua orang tua Marsha, dan Zean memeluk Mama Marsha dan mengucapkan kata maaf karena tak bisa menjaga Marsha dengan baik. Namun, kedua orang tua Marsha itu tetap menenangkan Zean.

"Tidak apa Zean, semua sudah takdir Tuhan," kata Papa Marsha sembari mengusap kepala Zean.

"Seharusnya aku nemenin dia pulang. Dan maaf Pa, Ma, aku dengannya sempat putus sebelum Marsha pergi," ungkap Zean. Kedua orang tua Marsha tentunya terkejut mendengarnya. Mereka tak menyangka kalau hubungan anaknya telah kandas. Namun, mereka juga sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena Marsha sekarang juga sudah pergi untuk selama-lamanya.

"Tidak papa, Ze. Sekarang kamu yang tenang," kata Mama Marsha.

"Aku izin lihat Marsha ya," kata Zean dan kedua orang tua Marsha mengizinkan. Dia segera mendekat ke arah peti berwarna putih dimana Marsha berada. Di dalam sana, Marsha nampak cantik meski ada beberapa luka goresan yang menghiasi. Zean mengusap wajah Marsha dengan air mata yang berlinang.

"Pada akhirnya kamu kembali pada Tuhan mu, Sha," ucap Zean. Perlu kalian ketahui agama Marsha dan Zean berbeda. Namun, karena dulunya rasa cinta, mereka tak memikirkan tembok yang teramat tinggi itu dan terus melukan apa yang mereka sukai.

"Bahagia di sana Sha. Aku menyayangi mu," kata Zean lagi.

Setelah melewati beberapa tahap acara sesuai agama Marsha, kini waktunya peti Marsha dimakamkan. Langit seakan ikut merasakan kesedihan. Rintik gerimis hujan terjun ke bumi. Suasana menjadi sendu dan sedih. Dengan perlahan peti putih itu telah masuk ke dalam tahan dan tanah mulai menutupi lubang. Sampai akhirnya lubang tertutup sepenuhnya. Banyak bunga yang tertabur di atas gundukan tanah. Foto Marsha yang tengah tersenyum menghiasai makam baru itu. Zean menatap kosong ke arah foto Marsha, dia merasa tak sanggup lagi untuk menangis.

Sampai jumpa lagi di kehidupan selanjutnya Marsha. Batin Zean.

















Pucuk ubi, pucuk kangkung. Marsha jadi ubi.

Dah maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA III [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang