14

1.2K 196 5
                                    

_HTK_

Marsha melambaikan tangan pada kepergian Zean. Kemudian dia masuk ke rumah temannya yang sepi, karna temannya ini biasa tinggal sendiri, kedua orang taunya sibuk melaksanakan profesi dokter di rumah sakit. Marsha masuk ke kamar temannya yang sibuk memainkan game di ponsel.

"Udah pulang lo, Sha?" Kata temannya, panggil saja Amel. Marsha berdehem menanggapi. Dia meletakkan tasnya di meja, lalu menuju lemari untuk mencari baju ganti. Amel melirik gerak-gerik Marsha yang nampak tak bersemangat.

"Lo kenapa Sha? Keliatan ga semangat gitu, beda ga kayak tadi pagi," tanya Amel pada Marsha yang sudah berganti baju dengan baju yang lebih santai.

"Gatau, gue ngerasa ga mood," jawab Marsha.

"Emang lo abis ngapaian? Bukannya seharian sama pacar lo mulu?" Marsha menghembuskan napas pelan, lalu ikut bergabung naik ke atas kasur. Dia memeluk guling dengan raut wajah masih sedih. Amel yang merasakan kesedihan temannya, lantas menyudahi permainannya. "Cerita deh, kalau lo emang ada yang dipendem."

Tak disangka Marsha malah meneteskan air matanya sekarang. Dia sudah tak kuat menahan tangisannya sejak di perjalanan tadi. "Loh, lo kenapa? Kok malah nangis? Pacar lo jahatin lo?" tanya Amel khawatri.

"Gue ga pernah nyangka kalau gue bakal di posisi kayak gini. Gue sayang sama pacar gue, tapi sekarang gue meragukan apa bener pacar gue itu sayang, cinta sama gue?"

"Pacar lo kenapa emangnya?"

"Gua gatau udah berapa kali dia ketemuan sama mantannya. Kayaknya semenjak dia balik ke sini, perasaan ke mantan dia juga balik deh. Entah kenapa gue ngerasa pacar gue itu masih sayang sama mantannya. Apa gue selama ini cuma dijadiin pelampiasan doang?" Amel dengan perhatian mengusap bahu Marsha menenangkan.

"Apa gue harus selesaiin hubungan ini? Gue ngerasa semua ini sia-sia. Apalagi liat dia perhatian banget sama mantannya itu." Marsha mengusap air matanya yang mengalir dengan deras.

Flashback on.

"Shan awas!"

Semua orang memekik kaget, melihat sebuah batang pohon yang berukuran agak besar jatuh, hendak menimpa Shani. Namun, Zean yang melihat itu dengan cekatan langsung menarik Shani menjauh, sebelum batang itu menimpa Shani. Semua mematung dengan jantung masih berpacu, kaget.

Sementara Zean kini memeluk Shani, menenangkan Shani yang shock. "Tenang Shan, kamu aman," ucap Zean.

Di sisi lain, Marsha yang melihat kejadian itu mengepalkan tangan. Dia bisa memaklumi tindakan Zean yang menolong Shani, tapi Marsha tak bisa menerima bagaimana hangatnya Zean memperlakukan Shani. Lihatlah tatapan yang Zean berikan pada Shani, seakan banyak perasaan yang terpendam. Sangat menyakitkan bagi Marsha.

Flshback off.

"Gue ga kuat Mel. Gue mau egois kalau Zean punya gue. Tapi kadang gue mikir, kayaknya bener masa lalu selalu jadi pemenangnya," lanjut Marsha. Amel mengambilkan tisu untuk Marsha.

"Ga semua masa lalu jadi pemenangnya. Kalau pacar lo masih suka sama mantannya, ga mungkin dia jadiin lo pacar, dan kalian jadian udah lama kan?"

"Lo ga tau aja Mel, dia dulu gamon. Bahkan disaat dia udah sama gue, dia masih aja mikirin mantannya. Dan gue rela masih mau sama dia, bantu dia buat keluar dari masa lalunya. Tapi kayaknya semua sia-sia. Dia kembali kebayang sama masa lalunya. Dan gue kalah." Entah berapa banyak tisu yang Marsha gunakan untuk mengusap air matanya.

"Lo butuh waktu untuk berpikir Sha. Jangan gegabah. Dan lo juga harus bicarain berdua sama pacar lo itu. Jangan sampai kalian sama-sama sakit nantinya. Terutama lo.. lo juga harus bisa ngambil keputusan yang tepat. Gue sebagai temen lo, cuma bisa ngasih semangat dan sedikit saran aja." Amel memeluk tubuh Marsha, dia ikut merasakan kesedihan dari temannya itu.

Kemudian ponsel Marsha berdenting, saat mengecek ternyata itu adalah pesan dari Zean. "Pacar lo ya?" Tebak Amel dan Marsha mengangguk. "Udah sampe rumah?"

"Belum, ban motornya bocor di jalan," jawab Marsha.

"Mampus, karma abis bikin lo nangis tuh." Marsha terkekeh pelan menanggapi.




















Jangan ganggu gw dulu. Gw mau peluk Marsha biar tenang😗

Dah maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA III [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang