_HTK_
Pagi tiba, Shani berjalan menghampiri Mamanya yang sibuk menyiapkan sarapan untuk pagi ini. Sebagai anak yang berbakti, Shani tentu membantu Mamanya menyiapkan bahan-bahan untuk masak. Dia membantu mengupas bawang, memetik kangkung dan membantu hal lainnya. Sambil melakukan kegitan itu, Shani dan Mamanya berbincang.
"Keadaan Zean gimana semalem?" tanya Mama Shani yang tau kalau pacar anaknya itu telah terkena musibah.
"Babak belur Ma. Aku kasihan lihatnya. Pacarku yang ganteng jadi luka-luka gitu," jawab Shani.
"Kok dia bisa dibegal sih."
"Bukan dibegal Ma, tapi dikeroyok preman. Setelah ngeroyok Zean, preman-preman itu pergi ga ada ngambil barang Zean satupun."
"Lah aneh," heran Mamanya.
"Sebenernya kata Zean semalem preman itu sempet bilang ke Zean kalau dia harus jauhin aku. Dia juga diancam. Sepertinya preman-preman itu suruhan deh Ma," jelas Shani.
"Tapi kalau suruhan, siapa yang jadi dalangnya? Kamu ada musuh ga?" tanya Mama Shani pada anaknya. Ditakutkan kalau yang melakukan itu adalah orang yang tak suka pada anaknya, dan lebih buruk lagi kalau keselamatan Shani juga terancam.
"Perasaan aku ga ada musuh Ma."
"Hufft, orang-orang zaman sekarang kalau punya masalah pasti langsung ke kekerasan dalam melawan. Nggak mau membicarakan dengan baik-baik," kata Mama Shani, "Nanti temenin Mama ke rumah Zean ya. Mama juga mau jenguk dia, pengen lihat keadaanya langsung," lanjut Mama Shani.
Hari beranjak siang, Shani pun menuruti apa yang Mamanya inginkan. Dia mengantarkan Mamanya ke rumah Zean untuk menjenguk. Kini Mama Shani dan Zean berada di ruang keluarga dengan Zean yang menceritakan apa saja yang dia alami semalam.
"Jadi gitu Tan," jelas Zean.
"Jahat banget ya mereka. Kenapa ga lapor polisi saja langsung? Biar pada ketangkep."
"Pengennya sih gitu, tapi tahan dulu Tan, belum ada bukti yang kuat. Takutnya ga segera diproses sama polisi. Lagian aku gapapa kok," jelas Zean.
"Gapapa gimana, muka kamu bonyok gitu ih. Lebam-lebam, pasti sakit bangetkan?"
"Gapapa, Zean kuat kok heheh..."
Shani datang dari arah dapur dengan membawakan roti yang sudah dipotonh-potong. Itu adalah roti yang sengaja Mama Shani buatkan sebagai buah tangan untuk menjenguk Zean.
Karena Zean saat ini di rumah sendiri, Cindy sedang bekerja, maka dari itu Shani yang sudah biasa di rumah Zean sudah seperti pemilik rumah sendiri, menyiapkan segala sesuatu tanpa meminta izin untuk Zean."Nih dimakan," ucap Shani pada Zean.
"Ayo Ze dimakan, itu tadi Mama yang buatin, masih anget," kata Mama Shani.
"Iya tante, makasih ya. Repot-repot banget," kata Zean yang merasa merepotkan.
"Ah gapapa, kamu kan calon mantu Mama, jadi dibiasakan saja ya," balas Mama Shani.
_HTK_
Hari berlalu, Zean sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Dia kembali bekerja, mengurus studionya yang beberapa hari dia tinggal, sudah banyak job yang harus dilakukan. Untuk ancaman yang preman waktu itu katakan pada Zean sama sekali tak diindahkan. Zean masih tetap mempertahankan hubungannya dengan Shani. Toh memangnya siapa preman itu berani mengaturnya? Atau siapa dalang pengecut yang hanya berani menyerang dengan bantuan orang lain tanpa berani menampakkan diri sendiri. Jadi semua itu hanya Zean anggap angin lalu saja.
"Gimana progresnya?" tanya Zean pada pekerjanya.
"Otw buat album foto nikah, fotonya udah diedit semua. Tinggal bikin tempatnya aja," jawab pekerja.
"Bagus deh. Oh iya besok job prewed di Blok S kan? Kalian ga lupa kan?" kata Zean.
"Aman bos. Semua keperluan juga udah kita siapin dari sekarang." Zean mengangguk merasa bangga atas kerja bagus dari pekerjanya.
"Bos! Bos! Di depan preman ancurion studio kita!" kata pekerja Zean lainnya dengan panik.
"APAA?!" kaget Zean, lantas dia segera ke depan menghentikan kelakuan para preman itu sebelum bertambah kacaku. "BERHENTI-BERHENTI! APA MAKSUD KALIAN BERBUAT KAYAK GINI?!"
Beberapa preman ternyata Zean kenali. Mereka ada yang mengeroyoknya tempo lalu. "Kita udah peringatin ke elo kalau lo harus jauhin cewe yang namanya Shani! Tapi lo malah tetep deket sama dia. Jadi ini yang akan lo dapetin karena ga mau nurutin apa yang kita katakan!"
"Memangnya kalian siapa sampai gua harus nurut ke kalian?!" balas Zean tak terima, "Gua tau kalau lo semua adalah suruhan seseorang. Siapa orang itu, suruh tunjukin diri ke hadapan gua sekarang kalau dia punya nyali! Jangan cuma bersembunyi diketek orang lain!" Kata Zean tegas.
"Lo ga perlu tau! Karena lo ga mau nurut, maka tempat kerja lo ini akan hancur sekarang! Semuanya ancurin yang ada di sini!"
Suasana yang awalnya damai kini berubah ricuh. Banyak barang yang dirusakkan tanpa alasan kuat. Tentu mendapatkan serangan itu Zean tak terima, lantas dia mulai menyerang preman yang berkepala botak plontos. Namun, banyaknya preman membuat Zean ditahan dan tak bisa lagi melawan selain pasrah. Setelah banyak barang yang dirusakkan, para preman itu pergi meninggalkan kekacauan.
"Boss." Para pekerja mendekat ke arah Zean, mereka ikut merasakan kesedihan karena tempat kerjanya jadi hancur.
"Gapapa guys, ini cobaan," kata Zean berusaha tersenyum tegar di depan para pekerjanya.
"Kita rugi besar boss."
"Hem benar," jawab Zean. Kemudian dia menatap ke atas sudut ruangan yang terdapat benda di sana, sebuah kamera CCTV. Untung saja Zean sempat memasang kamera itu untuk keamana. Dan ternyata sangat berguna. "Gua bakal laporin mereka ke polisi," kata Zean.
Keknya bentar lagi end.
Ngejar waktu libur nulis cerita. Gw butuh istirahat, galau ditinggal oshi.
Dah maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA III [END]
Fanfiction"Cerita kemarin bukanlah yang terakhir. Semua tidak berhenti semudah itu. Kami telah memulai kisah bersama, maka berakhir pun juga harus bersama. Shani milikku dan akan terus seperti itu." _ZEAN "Masa pendewasaan dalam hubungan ternyata tidak semuda...