Ridwan jadi babu satu hari, di rumah sendiri.
Pulang berbelanja, lelaki itu menyortir sekaligus menyusun bahan makanan ke dalam kulkas. Usai itu, ia memasak sesuai perintah Dewi.
Beberapa saat lalu makanan sudah ia hidangkan. Sekarang, Ridwan hendak menikmati sarapan yang dirapel dengan makan siang. Ia sudah membayangkan lezatnya ikan teri sambal yang tadi diracik sedemikian rupa. Sampai, suara sesuatu berdebum terdengar dari kamar mandi.
"Hanasta?"
Ridwan ingat kalau istrinya sedang ada di sana. Lelaki itu baru akan bangun dari kursi, ketika Dewi sudah datang dari arah depan.
"Jatuh dia Ridwan?" tebak wanita itu sambil mendekat ke kamar mandi.
Ridwan terpaksa ikut bangkit. Ia dorong pintu kamar mandi, lalu mereka temukan Hanasta terduduk di lantai. Perempuan itu menekuk wajah, agaknya menahan sakit.
"Astaga!" Dewi memekik ngeri. "Ridwan!"
Wanita itu mendorong Ridwan agar membantu Hanasta bangkit. Ridwan yang menekuk dahi mau tak mau memegangi lengan si istri.
"Besar kali kau jatuh," celetuk pria itu sambil mengalungkan lengan Hanasta ke lehernya. Dipapahnya perempuan itu hingga ke kamar.
Dewi mengambil pakaian kering dari lemari. "Mana yang sakit? Sini biar mamak kusut."
Hanasta menggeleng. Perempuan itu meraba ke belakang, lalu merasai kalau celananya basah.
Dewi menatap iba. "Ganti bajunya. Bantu dia ganti baju," perintahnya pada si anak.
Ridwan menoleh dengan bola mata membesar. "Aku?"
"Siapa lagi? Celananya basah itu."
Ridwan menelan ludah. Bayang-bayang dikatai jantan tak waras oleh Hanasta membuat pria itu mengernyit susah.
"Ada sakit, Hanasta?" Dewi bertanya lagi. "Kau masih pening, ya?"
Hanasta yang semula berbaring, pelan-pelan duduk. Perempuan itu meringis karena kepala terasa berputar-putar, juga bokong yang nyeri. Ia ambil pakaian yang Dewi berikan tadi.
"Aku bisa ganti sendiri. Kalian keluar aja."
Dewi duduk di samping si menantu. Ia pijat pinggang belakang perempuan itu. "Betul nggak ada sakit?"
Hanasta mengangguk. "Mamak keluar dulu, aku mau ganti celana. Basah semua ternyata."
Dewi beranjak dari tempat tidur. "Kau bantu istrimu!" Tangan wanita itu menepuk punggung si anak, matanya melotot. "Harusnya kau jaga dia tadi. Temani ke kamar mandi! Suami macam apalah kau ini!"
Usai berkata begitu, Dewi keluar dari sana. Wanita itu sengaja menutup pintu kamar dari luar. Ia ingin anaknya membantu si menantu.
"Banyak tingkah kau, ya," tuduh Ridwan di dalam. "Ngapain juga kau ke kamar mandi udah tahu pening?"
Diberi pertanyaan begitu, Hanasta melirik tak habis pikir. "Nanti-nanti aku kencing di tempat tidurmu," balasnya.
Ridwan berdecak. "Udah cepat, ganti celanamu."
"Angkat kaki kau dari sini."
"Mamak suruh aku bantuin."
"Sini kubantu mencolok matamu sampai buta dulu."
Di tempatnya, Ridwan menganga. "Pendiam-pendiam gini mulutmu ngeri juga, ya?"
"Pergi."
Ridwan mengulum senyum licik. "Macam ada yang bisa dilihat aja. Aku sebenarnya gak mau, tapi Mamak suruh bantuin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Mess
RomanceDipaksa jadi penebus utang orang tua, Hanasta bisa berlapang hati kalau pria yang dinikahkan dengannya adalah seorang bos besar sebuah kerajaan bisnis, punya sifat dingin, tak tersentuh, dan tentu saja tampan. Namun, malang. Hanasta malah harus menj...