Kavi, memeluk mesra pinggang seorang perempuan dan melangkah dalam apartemen.
Sementara Nadila membeku di tempatnya. Dia begitu syok sampai tidak berkedip. Gadis itu sadar saat keduanya menghilang dari pandangan, tertelan pintu apartemen. Dia pun langsung turun dari motor untuk memastikan apakah benar itu Kavi pacarnya?
"Nggak. Gue pasti salah liat. Kavi lagi sibuk akhir-akhir ini." Nadila tetap menyangkal meskipun sudah melihat wajah Kavi secara jelas. Dengan tangan yang gemetaran, gadis itu mengambil ponsel dari saku celananya.
Benda pipih itu terjatuh dan Nadila melihat tangannya bergetar. Namun, dia sembunyikan tangan kanan dan mengambil dengan tangan kiri. Dia akan menghubungi Kavi dan yakin jika laki-laki itu akan mengangkatnya meskipun sibuk.
"Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah—"
Gadis itu berkali-kali menghubungi, dengan tangan yang gemetaran. Namun, tidak ada air mata yang jatuh. Dia masih percaya dan ingin percaya pada pacarnya.
"Nggak mungkin Kavi bawa cewek malam-malam ke apartemen. Kavi bukan orang kayak gitu. Mending gue ke tempat Andi." Nadila terus saja menyangkal pikirannya sendiri. Gadis itu kembali memakai helm dan melajukan motornya untuk pergi ke tempat Andi.
Perjalanan ke dari Jakarta Timur ke Jakarta selatan kurang lebih ditempuh 1 jam. Perjalanan selama itu dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.
Sampai di tempat Andi, dia tidak berbasa-basi atau sekedar menanyakan alasan adiknya tidak memberitahu masalah studytour. Nadila langsung menyerahkan baju dengan beberapa lembar uang begitu Andi keluar.
"Baju kamu."
"Aku udah bawa baju banyak."
"Ini buat story tour ke Jogja."
Mendapati kalimat itu, Andi yang tadinya membuang muka langsung menatap sang kakak. Dia terkejut karena Nadila tahu mengenai studytour sekolahnya.
"Aku nggak mau pergi. Nggak penting juga."
"Besok masuk sekolah sekalian balikin formulirnya." Tanpa babibu, Nadila menyerahkan tas berisi perlengkapan Andi dan uang yang dia siapkan tadi.
"Udah aku bilang nggak mau! Mbak kenapa, sih, maksa banget?!"
"Kamu bisa nggak sih nerima aja?! Orang udah capek-capek dari jaktim ke Jaksel cuma buat nganterin ini! Bisa kamu hargai dikit, nggak?!
Andi terkejut begitu pula dengan Nadila sendiri. Dia bukan orang yang mudah marah, bahkan terbilang tidak punya rasa marah karena selalu menahan diri. Namun, untuk pertamakalinya dia kelepasan.
"Andi, maksud Mbak nggak gitu. Mbak cuma pengen kamu kembali sekolah dan ikut studytour." Nadila berusaha menjelaskan setelah berhasil menguasai dirinya kembali.
"Mbak?"
"Ya?" Nadila langsung menoleh begitu Andi memanggilnya pelan.
"Istirahat. Mbak Dila keliatan capek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Interested [TAMAT]
RomanceIni tentang Nadila, yang diselingkuhi padahal hubungan mereka baik-baik saja. Ini tentang Jayendra yang harus berpisah dengan pacarnya karena berbeda keyakinan. Keduanya bertemu saat menjadi relawan kampus untuk bencana alam. Ketika dua hati yang...