Tiga Puluh

2K 109 4
                                    

Ruang rawat inap Nadila begitu ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang rawat inap Nadila begitu ramai. Semua keluarganya berkumpul beserta Lavanya, Jay dan juga staff universitas. Tentu mereka membawa kabar gembira dengan kembalinya beasiswa gadis itu. Andito, wakil rektor bagian kemahasiswaan dinyatakan menyalahkan gunakan kekuasaannya. Itu semua berkat Lavanya dan juga Jay yang turut andil membantu.

Selain itu, kedua sepupu itu membersihkan nama Nadila dengan memposting klarifikasi di akun media sosial mereka. Dengan begitu, semua mahasiswa bahkan diluar kampus akan tahu yang sebenarnya.

Masalahnya sederhana, hanya saja karena ada campur tangan orang lain yang membuatnya menjadi rumit.

Nadila benar-benar bersyukur karena masalah itu selesai tanpa harus berlarut-larut. Tak bisa dibayangkan kehidupan kampusnya seperti apa jika orang-orang mengecap dirinya perusak hubungan orang.

"Kalo gitu, kami pamit dulu Nadila. Sekali lagi, kami dari pihak kampus meminta maaf karena kelalaian kami sangat merugikan kamu."

"Tidak masalah, Buk. Terimakasih sudah datang menjenguk saya."

Lavanya dan Jay ikut berpamitan karena mereka harus mengurus beberapa hal mengenai kasus Nadila. Tinggallah keluarga gadis itu yang masih berkumpul.

Ibu duduk di ranjang, Bapak bermain dengan Adnan di sofa. Sementara Andi, Nabila dan Namira menggelar tikar untuk beristirahat di dekat kaki Ibu.

"Syukur semuanya udah selesai. Dokter juga bilang Mbak udah bisa pulang besok. Semoga aja hasil dari poli jiwa baik-baik aja, ya?"

"Maaf jadi ngerepotin, Ibuk sama kalian semua. Karena ceroboh, Mbak sampai nggak mikir jauh."

Ibu langsung menggelengkan kepala, dia tidak setuju dengan ucapan anak sulungnya itu. "Justru seharusnya Ibu dari awal harus sadar kalo Mbak nggak baik-baik aja di rumah. Ibu nggak memperhatikan kalian dengan benar. Dari awal Mas Andi udah ngasih tanda kalo rumah kita memang nggak nyaman. Tapi Ibu pikir itu hal biasa. Sampai kejadian ini menimpa kamu, Mbak. Ibu benar-benar sadar kalo Ibu belum jadi Ibu yang baik."

"Nggak, Buk. Ini salah Bapak. Bapak sebagai kepala keluarga nggak bisa menjaga kalian. Kalian benar, Bapak egois," sela Bapak yang entah sejak kapan sudah berdiri di sisi lain ranjang Nadila.

"Mungkin Bapak harus bersujud sama kalian buat minta maaf. Bapak banyak salahnya."

Nadila meraih tangan Ibu dan Bapaknya. "Buk, Pak. Keluarga kita emang bukan keluarga yang sempurna. Tapi kita bisa membuatnya lebih indah saat bersama-sama. Nadila nggak pernah nyesel jadi anak Ibu sama Bapak. Nadila juga nggak pernah marah karena punya adik-adik."

Andi, Nabila dan Namira bergerak untuk mendekati ranjang. Lalu memegang tangan Nadila, untuk menyatukan bersama Ibu dan Bapak.

"Kita harus lebih baik setelah masalah ini," ucap Andi yang diangguki oleh semua orang, termasuk Adnan yang bahkan tidak tahu apa yang terjadi.

Interested [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang