Empat

1.7K 120 100
                                    

"2 americano, 1 cappuccino, sama 3 sandwich

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"2 americano, 1 cappuccino, sama 3 sandwich. Pesanan Maya dari hukum." Nadila membacakan pesanan yang masuk ke akun sosial media kafe Learn.tera. Mereka memang menyediakan pesan-antar untuk daerah sekitaran kampus.

"Lo nggak masuk?" tegurnya begitu melihat Lavanya masih ada di kafe, setaunya gadis itu memiliki kelas pagi ini.

"Diganti zoom. Dosen gue lagi diluar negeri. Biasalah ngurus gelar profesornya," sahut Lavanya yang dibalas anggukan oleh Nadila. Gadis itu juga ada kelas pagi ini jam 10, yaitu sebentar lagi. Tadi dia mampir ke sana karena charger ponselnya ketinggalan semalam, sekalian mengecek keadaan kafe.

Biasanya jika Nadila atau Lavanya kedapatan jadwal yang sama, maka mereka akan mencari pegawai lain untuk satu hari. Banyak peminatnya bahkan ada yang ingin kerja tetap. Sayangnya Lavanya sebagai pemilik tidak ingin menambah karyawan disaat pengunjung kafe masih tidak tentu.

"2 americano, 1 cappuccino, 3 sandwich."

Nadila menyambut uluran pesanan dari barista dan siap pergi ke kampus. Dia juga berpamitan dengan Lavanya sekilas karena gadis itu masih belum masuk zoom.

Tujuan pertamanya ke fakultas hukum, yang terletak di Area A, satu lingkungan dengan gedung rektorat. Namun, tidak masalah karena ini memang pekerjaannya. Dengan motor matic berwarna putih, Nadila bergerak mengantarkan pesanan.

"Pesanan atas nama Maya?"

"Iya, Mbak, punya saya."

Selesai melakukan transaksi dengan pelanggan, Nadila memutar motornya untuk pergi ke Area B, letak gedung fakultasnya. Namun, dia malah mendapati Kavi keluar dari sana seorang diri. Gadis itu cukup senang sampai meneriaki nama sang pacar.

"Hati-hati," kata Kavi begitu Nadila sampai di depannya.

"Kamu ngapain di sini?"

"Itu ... Aku berangkat sama temen tapi dia nggak mau nganterin ke Area B."

Nadila berdecak karena temannya Kavi sangat tega pada laki-laki itu. "Sama aku aja, kebetulan aku mau balik." Gadis itu langsung turun dan menyuruh Kavi untuk mengendarai motornya.

"Untung aku ketemu kamu. Bener-bener emang temen aku itu, nggak bisa diharepin," kata Kavi begitu mereka mulai meninggalkan Fakultas Hukum.

"Emang kenapa harus berangkat sama dia? Motor kamu rusak?"

"Nggak. Dia ngajakin bareng semalam pas nongkrong. Aku juga bego karena iyain."

Nadila terkikik karena Kavi tampak lucu saat menyalahkan dirinya. Mau dilihat dari sisi manapun, pacaranya memang selalu menggemaskan.

"Kamu nanti pulang jam berapa?"

"Aku? Aku pulang jam 12 siang. Kenapa? Mau aku jemput lagi? Atau mau bawain motor aku aja?"

Kavi tidak menjawab sehingga membuat Nadila memiringkan kepalanya untuk melihat apakah pacarnya mendengar ucapan dia tadi. Namun, yang terlihat hanya helaan napas gusar yang laki-laki keluarkan.

Interested [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang