"Cerah amat, tuh, muka."
Celetukan itu membuat Nadila menaikkan pandangannya dari lantai yang sedang ia sapu. Di sana ada Lavanya, sedang membuka laci kasir untuk menghitung penjualan hari ini.
"Kalo pun gue cerita, jomblo nggak akan ngerti." Candaan yang Nadila lemparkan membuat temannya itu mendecak.
Keduanya pun kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Kafe Learn.tera sudah tutup beberapa menit yang lalu. Jadinya sebelum meninggalkan tempat ini, mereka harus membersihkannya terlebih dahulu. Malam ini giliran Nadila yang menyapu dan mengepel, sedangkan Lavanya bertugas membersihkan dapur.
"Besok lo masuk pagi, kan, Dil? Mending pulang aja. Soalnya gue masih lama ngitungnya karna ini akhir bulan."
Nadila yang memang sudah selesai, malah mendekati meja kasir tempat Lavanya duduk. "Mana mungkin gue tinggalin lo. Kalo tiba-tiba ada hantu yang nyasar gimana? Lo, kan, penakut."
"Tck, bisa bahas yang lain, nggak?"
Gelak tawa Nadila memecah keheningan kafe yang sudah tutup. Gadis itu suka sekali menggoda Lavanya yang penakut. Dia yakin jika nanti saat di rumah, Lavanya akan merecokinya dengan menelpon sampai subuh karena tidak bisa tidur.
"Pendapatan bulan ini menurun."
"Karena awal semester mungkin. Banyak yang Magang, Praktek, ikut kampus merdeka atau apalah itu."
Wajah serius Lavanya menatap Nadila lama, membuat gadis itu ikut tegang. "Apa? Kenapa?" tanyanya penasaran karena temannya tak kunjung bersuara.
"Kayaknya sihir lo udah berkurang. Gue saranin lebih banyak bersemedi."
Kali ini Nadila yang berdecak. Menurutnya candaan Lavanya tidak lucu, karena saat mereka sedang berbicara serius. "Lo pikir gue penglaris?"
"Tapi emang gitu kenyataannya, kan? Lo pikir cowo-cowo ke sini ngapain? Ya mau ngeliat lo, lah!"
"Bodo ah!" Nadila mengibaskan tangannya dan lanjut bekerja.
Selesai dengan semua pekerjaan yang berakhir dengan Lavanya yang mengunci pintu, keduanya pulang ke rumah masing-masing. Jam menunjukkan pukul 10 malam, sesuai jam operasional Kafe Learn.tera yang sengaja dibawah jam 12 karena pekerjanya adalah mahasiswa.
❤
Pringgg!
Baru satu langkah baru memasuki rumah, telinga Nadila menangkap suara pecahan piring dari arah dapur. Buru-buru dia ke belakang, takut jika terjadi sesuatu seperti adiknya yang tidak sengaja menjatuhkan piring.
"Mas pikir aku nggak tau kemana semua uang itu? Mas main judi, kan?"
"Demi Tuhan, Naida! Mas nggak main gituan. Mas investigasi."
Nadila yang sudah hampir masuk ke dapur, melangkah mundur dan merapatkan dirinya di tembok. Pertengkaran juga bisa terjadi dan ia melewatkan opsi itu dalam pikirannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interested [TAMAT]
RomanceIni tentang Nadila, yang diselingkuhi padahal hubungan mereka baik-baik saja. Ini tentang Jayendra yang harus berpisah dengan pacarnya karena berbeda keyakinan. Keduanya bertemu saat menjadi relawan kampus untuk bencana alam. Ketika dua hati yang...