Ketukan sol sepatu menggema saat bersentuhan dengan lantai, terlebih si pengguna sepatu berlari kencang seperti mengejar sesuatu. Tangan gadis itu dengan cekatan mengalungkan lanyard di lehernya.
"Nad! Cepetan!"
Nadila, gadis dengan balutan blazer warna biru muda itu semakin mempercepat langkahnya untuk mencapai lift. Di dalam sana, sudah ada beberapa gadis sepantaran yang menunggu.
Setelah 4 tahun menyelesaikan pendidikan di Universitas Harapan Bangsa, Nadila mulai bekerja pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain. Perusahaan yang direkomendasikan oleh Mrs. Hana yang juga tempat magangnya. Sudah memasuki tahun kelima dia menjadi desainer interior di perusahaan ini.
"Buru-buru amat. Mau kemana, sih?" tanya temannya yang tadi menghentikan lift.
"Mau ketemu klien. Soalnya Pak Wandi lagi ke Singapura sama Bos," jawabnya sambil merapikan rambut yang terbang kemana-mana karena berlarian.
"Lo sendiri mau kemana?"
"Mau ke lokasi. Ngecek progres proyek kita."
Pembicaraan mereka hanya berlangsung sampai di sana karena pintu lift terbuka. Nadila melangkah keluar, lebih mirip berlari menuju basement. Gadis itu menuju mobilnya untuk pergi ke lokasi klien berada.
Nadila melajukan mobil brio yang dibelinya beberapa bulan lalu. Meskipun bekas, nyatanya sudah cukup membantu selama bekerja. Untung saja kliennya masih berada di daerah Jakarta selatan, sedaerah dengan kantor.
"Pokoknya kamu harus dapetin klien itu. Dia artis. Kalo kamu berhasil, itu bakal berdampak banget buat karir kamu." Wejangan Pak Wandi memang benar. Pria itu benar-benar atasan idaman yang selalu mengayomi bawahannya.
"Baik, Pak. Saya usahakan klien itu memakai jasa kita."
Nadila mendorong pintu kaca di depannya. Sebuah kafe dengan desain industrial terpampang di sana. Sebelum menemukan sang klien, dia sibuk memperhatikan detail tempat tersebut. Melihat lantai semennya, dinding bata yang terekspos dan lampu-lampu besar yang menggantung. Khas konsep ini yang memang memiliki kesan unfinished.
Unknown
Saya duduk di meja
nomor 16. Berdua.Gadis itu mencari meja dengan nomor 16 yang di isi oleh 2 orang. Begitu menemukannya, ternyata mereka duduk membelakangi Nadila. Dia menarik bibirnya ke atas, mempersiapkan senyuman manis untuk menyapa klien.
"Selamat siang-" Ucapan Nadila terhenti begitu melihat siapa kliennya. Namun, dia langsung mengontrol diri dan tetap tersenyum.
"Siang Nadila." Jeslyn menyapa dengan ramah. Sementara Soraya yang ada di sebelah, mengendikan bahu saat Nadila berbicara lewat mata, bertanya apa maksudnya mempertemukan mereka. Nadila dan Soraya memang sudah berteman sejak kuliah, tepatnya saat gadis itu membantu Jay dan Lavanya untuk mengungkap kebusukan Gisella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interested [TAMAT]
RomanceIni tentang Nadila, yang diselingkuhi padahal hubungan mereka baik-baik saja. Ini tentang Jayendra yang harus berpisah dengan pacarnya karena berbeda keyakinan. Keduanya bertemu saat menjadi relawan kampus untuk bencana alam. Ketika dua hati yang...