Deru mobil terhenti tatkala bannya mencapai garasi rumah. Jay keluar dari sana dan langsung masuk dari pintu belakang. Dia bisa mendengar derap langkahnya sendiri yang kini terus berjalan menuju dapur.
Sore hari yang hampir gelap karena datangnya malam, tetapi setiap kursi di meja makan belum terisi. Laki-laki itu menghela napas, biasanya juga seperti ini pikirnya.
Jay mengambil makanan yang tersimpan di kulkas lalu memanaskannya di microwave agar bisa di makan. Teringat bagaimana hangatnya keluarga Nadila yang duduk di meja makan sambil bercanda ria. Sebuah senyuman melengkung di wajahnya. Dia menatap sekeliling rumahnya sendiri. Senyap sunyi. Bahkan bisa mendengar deru napasnya sendiri.
Selesai memanaskan makanan, dia menarik salah satu kursi diantara enam yang ada. Sekelebat bayangan masa lalu saat dirinya kecil menemani laki-laki itu makan hari ini. Sampai sebuah notifikasi masuk ke ponsel yang ada dalam saku celana.
Nadila temen Anya
Lo ke rumah lagi hari
ini?"Pasti mau marah-marah," gumamnya menatap ponsel, sementara tangan kanan masih menyuapi makanan ke mulutnya.
Mengingat gadis itu lagi-lagi membuat Jay menipiskan bibirnya. Nadila, perempuan yang sudah lama dia kenal sebagai teman sepupunya. Perempuan yang mukanya selalu serius saat bekerja, dan perempuan yang entah mengapa menarik perhatiannya akhir-akhir ini.
Terlebih setelah bertandang ke rumah gadis itu seminggu lalu. Rumah kecil yang di isi banyak orang, berbanding terbalik dengan rumah besarnya yang sepi. Rasanya dia ingin keluarga seperti itu, ingin mengintip lebih jauh tentang mereka.
Satu-satunya cara adalah dekat dengan Nadila, si anak perempuan pertama yang konon katanya tahta tertinggi di keluarga.
"Tumben udah makan." Suara itu membuat Jay mendongak. Di dapati seorang perempuan dengan scrub berwarna biru. Itu Janitra, kakak perempuan Jay. Seorang dokter residen pada salah-satu rumah sakit di Jakarta Timur.
"Aku belum makan dari siang. Sekalian aja. Kakak mau makan juga? Biar aku panasin lagi."
"Nggak usah. Mau langsung istirahat aja."
Jay mengangguk karena tahu jika Janitra belum pulang dari dua hari yang lalu. Perempuan itu sejak kecil sudah gila belajar bahkan sering mimisan. Tak heran jika dia tidak pulang dari rumah sakit karena mengejar apa yang ingin diketahui.
Berselang beberapa menit setelah Janitra masuk kamar, kini terdengar suara mobil Jeep yang mendekat. Jay langsung menyimpan ponselnya dan buru-buru menyelesaikan makan malam.
Benar saja, dari pintu belakang muncul seorang pria bertubuh kekar lengkap dengan seragam loreng dan sepatu PDL yang ditenteng. Siapa saja akan takut atau setidaknya segan begitu melihat wajah bengisnya.
Pria itu tidak bertanya saat melihat Jay sedang makan. Sebab peraturan di rumah itu memang tidak boleh bicara saat menyantap makanan. Sementara itu Jay hanya menyapa dengan anggukan kepala saat sang ayah melewatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interested [TAMAT]
RomansaIni tentang Nadila, yang diselingkuhi padahal hubungan mereka baik-baik saja. Ini tentang Jayendra yang harus berpisah dengan pacarnya karena berbeda keyakinan. Keduanya bertemu saat menjadi relawan kampus untuk bencana alam. Ketika dua hati yang...