Seharusnya dia tidak lengah saat keadaan berjalan setenang air. Seharusnya dia tidak terkecoh dengan beberapa hiburan yang datang. Seharusnya Nadila tahu masih ada masalah yang belum terselesaikan di rumahnya sendiri.
"Cukup Pak!"
Suara Nadila yang dikeraskan menghentikan tangan Bapak yang sedang memukul Andi. Juga Ibu yang menarik lengan pria itu agar menjauh dari anaknya.
"Kalo Bapak capek, bapak istirahat aja. Kalo Bapak nggak mau kerja lagi, biar Nadila yang kerja. Nadila selama ini diam karna menghormati Bapak, tapi Bapak udah keterlaluan!" Semua keluhannya selama ini dia keluarkan di depan muka pria itu. Padahal sudah mati-matian ditahan, takut keadaan menjadi semakin rumit setelahnya.
"Bagus. Kalian semua kompak nyerang Bapak. Ayo siapa lagi? Hajar Bapakmu ini. Bapak memang nggak ada harganya, karna nggak punya banyak duit, kan?"
Perasaan menyesal langsung menyeruak dalam benak Nadila. Terlebih saat menemukan sorot kekecewaan dalam mata Bapaknya. Bibir gadis itu tergerak-gerak untuk meminta maaf, tetapi sulit sekali mengeluarkan suara. Bahkan sampai pria itu keluar rumah, ia belum mengeluarkan sepatah kata pun.
"Mbak?" Tubuh Andi sudah akan mendekat, tetapi diurungkan begitu melihat air muka Nadila yang sendu.
"Kamu istirahat aja."
Dengan wajah menunduk, gadis itu masuk ke kamarnya. Di dalam sana sudah ada Nabila dan Namira yang duduk di pinggiran kasur. Mereka tampak ketakutan dan itu membuat hati Nadila semakin sakit.
"Tidur aja. Besok sekolah, kan?"
Meskipun menyuruh semua orang tidur dan beristirahat, nyatanya gadis itu terduduk di depan meja belajar. Insomnia kembali menyerangnya dan alhasil ia membuka buku catatan untuk menggoreskan pensil di sana.
Kali ini dia berusaha tidak minum obat tidur seperti malam-malam sebelumnya. Toh, besok tidak ada kelas pagi dan tidak harus ke kafe Learn.tera. Mau bangun jam berapapun setidaknya tidak masalah.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam dan matanya masih belum mengantuk. Buku catatannya sudah penuh dan belum diganti dengan yang baru. Tentu saja gadis itu uring-uringan karena tidak ada kegiatan malam ini.
Sebuah notifikasi masuk ke ponselnya, hal itu membuat dia menarik napas dengan dalam.
+628-2345-XXXXXX
Nadila
Ayy?
Aku kangen kamuGadis itu memandang layar ponsel cukup lama. Pikirannya kalut setelah pertengkaran keluarganya. Mengapa pemilik nomor itu selalu datang saat dia memang butuh sandaran? Mengapa harus laki-laki itu?
Nadila takut tergoda untuk memberikan Kavi kesempatan. Dia pun langsung membalikkan benda pipih itu. Setelahnya dia meraih totebag dan mengeluarkan pil dari sana. Tidak ada cara lain untuk tidur selain meminum ini. Terlebih setelah mendapatkan pesan dari mantan pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interested [TAMAT]
RomanceIni tentang Nadila, yang diselingkuhi padahal hubungan mereka baik-baik saja. Ini tentang Jayendra yang harus berpisah dengan pacarnya karena berbeda keyakinan. Keduanya bertemu saat menjadi relawan kampus untuk bencana alam. Ketika dua hati yang...