"Mbak Dila?"
Begitu masuk dalam rumah, Nadila terkejut dengan keberadaan Namira di ruang tamu sendirian.
"Eh? Kok belum tidur?" tanyanya sambil melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas.
"PR Mira belom siap. Jadi nunggu Mbak pulang kerja."
"Mas Andi mana? Kok nggak ngajarin kamu?" Nadila juga baru sadar jika rumah terasa sepi. Biasanya setiap pulang masih ada Ibu dan Bapaknya yang menunggu.
"Mas Andi belom pulang. Bapak sama Ibu lagi cariin."
Mendengar hal itu, jantung Nadila berpacu cepat. Perasaan khawatir dengan sekelebat pikiran buruk langsung menyelimutinya. Dia langsung merogoh totebag kuliah untuk mengambil ponsel dan menghubungi sang adik.
"Kok nggak diangkat, sih?" decaknya berulang kali. Nomor laki-laki itu aktif, tetapi panggilannya tidak diangkat.
"Mbak Bila dimana? Bila!"
"Mbak Bila nemenin Adek Adnan tidur."
"Mira masuk ke kamar dulu sama Mbak Bila, ya. Mbak mau ikut cari Mas Andi. Pr-nya di simpan aja, biar Mbak yang buat kalo udah pulang."
Tidak lagi berdiam diri, Nadila ikut menyusul orangtuanya untuk mencari sang adik. Meskipun khawatir meninggalkan adik-adiknya yang masih kecil di rumah, tetapi adiknya yang lain juga lebih mengkhawatirkan. Nadila banyak melihat berita mencengangkan tentang anak SMA belakangan ini.
Baru saja keluar, dia mendapati Ibu dan Bapaknya sudah kembali tetapi tanpa kehadiran Andi. Gadis itu langsung berlari untuk menanyakan apa yang terjadi.
"Andi belom ketemu?"
"Belom," Bapaknya langsung menjawab tetapi dengan nada bengis. "Anak kurang ajar. Kemana dia malam-malam begini? Bikin orang khawatir aja," rutuknya lagi.
"Kalo kita tau kemana, nggak mungkin kita susah begini."
"Jangan nyahut kamu, Naida. Ini semua karna kamu terlalu manjain dia."
"Dari pada Mas, nggak peduli sama anak-anak!"
Bapak yang memang sudah emosi, semakin tersulut saat ibu terus saja menjawab. Mereka lagi-lagi bertengkar di depan Nadila.
"Udah!" Nadila yang pusing, langsung melerai perdebatan itu. "Biar Nadila aja yang cariin Andi. Bapak sama Ibuk masuk dulu."
Setelah mengatakan itu, Nadila langsung pergi dengan motornya. Meskipun tanpa tujuan yang jelas karena memang sang adik tidak pernah pulang lewat dari jam 6. Bermodalkan ingatannya saat mengantar pesanan, dia mencari ke beberapa titik. Jakarta begitu luas untuk ditelusuri semua bagian, makanya gadis itu hanya ke tempat anak-anak SMA biasa berkumpul.
"Lo udah sampe mana?" tanya Lavanya yang terhubung lewat telepon. Gadis itu langsung menghubunginya saat diberitahu Andi menghilang.
"Kayaknya udah masuk wilayah Jaksel, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Interested [TAMAT]
RomantizmIni tentang Nadila, yang diselingkuhi padahal hubungan mereka baik-baik saja. Ini tentang Jayendra yang harus berpisah dengan pacarnya karena berbeda keyakinan. Keduanya bertemu saat menjadi relawan kampus untuk bencana alam. Ketika dua hati yang...