Sejak Nadila kembali masuk kerja, Lavanya tak pernah sekalipun melepaskan perhatiannya. Terlebih setelah sahabatnya itu mengatakan jika dia sudah putus dengan Kavi. Lavanya akui dia cukup lega, tetapi sedikit khawatir dengan gelagat Nadila yang tampak biasa saja.
Tidak seperti orang putus yang biasanya akan galau, minimal tidak nafsu makan. Nadila malah biasa aja menjalankan aktivitasnya. Dia juga makan seperti biasa dan bercanda dengannya seperti biasa, tetapi ada yang salah.
"Nad, lo beneran nggak apa-apa? Kalo lo mau nangis, nangis aja. Bahkan kalo lo mau libur juga boleh." Lavanya mengatakan itu tatkala Nadila kembali setelah mengantarkan pesanan.
"Apaan sih. Gue cuma putus, bukan mati."
Lavanya berdecak sebal. "Apaan sih ngomongin mati-mati. Lagian kalo pun lo mau nangis, itu wajar."
"Dia nggak se-berharga itu buat gue tangisin."
Lavanya setuju dengan ucapan itu, sangat setuju malah. Namun, jika kalimat itu keluar dari Nadila terasa beda. Nadila tipe orang yang tulus bahkan naif. Dia tidak bisa membenci orang lain bahkan jika orang tersebut berbuat jahat padanya. Begitulah Nadila yang Lavanya kenal sejak dulu.
Lavanya tersadar dari lamunan saat mendengar decitan pintu karena terdorong. Di balik kaca itu muncul Jay dengan satu temannya, Abimanyu. Mereka pun langsung menyapa kedua gadis itu.
"Jay?"
"Gimana tangan lo? Masih sakit?" tanya Jay mengenai tangan Nadila yang tempo hari terkena minyak.
"Tangan lo kenapa? Lo luka?" Lavanya langsung menyela begitu mendengar percakapan dua orang itu.
"Cuma kecipratan minyak doang pas masak di dapur umum. Tau lah keadaan dapur umum, sekali masak bisa sampe 1000 porsi." Nadila melirik Jay yang juga melihatnya. Seolah memberi kode untuk tidak mengatakan kejadian di lokasi pengungsian kemarin.
"Kalian mau pesan apa? Duduk aja dulu. Biar gue anterin." Atas saran Nadila yang lebih mirip perintah ini, kedua laki-laki tersebut akhirnya menempati salah-satu meja di sana.
Keadaan berjalan kembali. Bahkan Nadila sudah mengambil pesanan yang ingin dia antar keluar. Kesempatan ini diambil Lavanya untuk berbicara dengan Jay mengenai Jeslyn. Dia memang tidak memberitahu Nadila tentang mantan pacar Jay yang mencarinya, agar tidak menambah pikiran gadis itu.
"Lo mau ngomongin apa?" tanya Jay langsung ke intinya begitu Lavanya duduk. Sebenarnya dia cukup malas ke sana saat Lavanya memintanya segera ke Kafe. Seperti yang sudah-sudah, sepupunya itu hanya membuat berbagai alasan agar dia datang membantu.
"Mantan lo ke sini tadi pagi. Ngamuk-ngamuk nggak jelas karna dia ngira lo selingkuh sama Nadila."
Jay menaikkan kedua alisnya, terkejut dengan fakta itu. Setahunya Jeslyn bukan orang yang akan melabrak tanpa alasan atau pemicu. Sedangkan dia sendiri baru akrab dengan Nadila setelah menjadi relawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interested [TAMAT]
RomantizmIni tentang Nadila, yang diselingkuhi padahal hubungan mereka baik-baik saja. Ini tentang Jayendra yang harus berpisah dengan pacarnya karena berbeda keyakinan. Keduanya bertemu saat menjadi relawan kampus untuk bencana alam. Ketika dua hati yang...