Empat Belas

1.5K 108 49
                                    

Pagi yang cukup padat di Universitas Harapan Bangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cukup padat di Universitas Harapan Bangsa. Pagi senin yang semuanya tampak sibuk memulai hari. Begitupun dengan Nadila yang baru sampai di kampus. Seluruh tubuhnya terasa remuk, bahkan dia kesulitan berjalan karena kakinya yang lecet. Namun, dia memaksakan diri untuk masuk karena ada tugas yang harus dipresentasikan.

"Nad, boleh liat tugas lo, ga? Gue mau buat konten."

Nadila mendongak saat salah-satu teman kelasnya memanggil. Sesuai permintaan gadis itu, Nadila membuka laptopnya dan memperlihatkan hasil tugasnya.

"Lo desain kafe?"

"Iya. Soalnya nggak ada ketentuan harus desain apa." Nadila menggangguk dengan mantap. Tentu saja Kafe Learn.tera salah-satu inspirasinya kali ini.

"Baru lo doang yang desain kafe. Anak-anak lain hampir semuanya milih rumah." Ucapan itu mengundang beberapa teman lain, sehingga banyak yang datang untuk melihat.

"Tau gitu gue desain yang lain. Soalnya banyak banget yang ambil rumah. Hampir sama lagi bentukannya."

Percakapan mereka terhenti saat dosen bertubuh gempal memasuki ruangan. Dosen mata kuliah Computer-generated Imaginary (CGI) menjadi salah-satu yang ter-killer di jurusan mereka.

"Pak Ben mood-nya bagus, nggak, ya? Takut banget gue karna asal-asalan buatnya."

Nadila membagi tatapan antara dosen di depan dengan teman di sampingnya. "Tapi belom senyum sih dari tadi. Susah ditebak mood-nya bagus atau nggak."

"Hari ini ada tugas, kan?" Suara bariton laki-laki itu menginterupsi semua mahasiswa di kelas.

"Ada, Pak."

"Silakan maju sesuai absen untuk presentasi."

Satu persatu mahasiswa maju untuk presentasi. Tentu saja ada yang dipuji, tetapi tak sedikit yang disemprot juga. Nadila masuk di kategori pertengahan. Dia hanya diberikan beberapa saran tanpa dimarahi sebelumnya.

Perkuliahan selesai di jam 12 siang. Wajah-wajah lesu dan lelah keluar dari kelas. Nadila pun begitu, badannya terasa semakin sakit saja ditambah dengan kepalanya yang nyut-nyutan. Namun, masih ada sesuatu yang harus dia diselesaikan segera.

Sekali lagi Nadila melihat ponsel yang berisi beberapa pesan dari orang yang sama selama beberapa hari ini. Gadis itu mengembusksn napas gusar, kemudian menyugar rambutnya ke belakang. Dia harus menyelesaikan masalah ini secepat mungkin, agar bisa kembali menjalankan aktivitas seperti biasa.

Mengambil motor di parkiran dan melajukannya ke sebuah kafe yang jauh dari area kampus. Di sinilah dia sekarang, kafe daerah Tebet yang menghabiskan waktu 30 menit untuk perjalanannya.

Tatapannya fokus ke orange jus berwarna cerah di depannya. Berbanding terbalik dengan wajah Nadila yang suram. Jari tangannya saling melintir satu sama lain di atas pangkuan, berusaha mengusir perasaan aneh di dadanya.

Interested [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang