Sebelas

1.7K 125 63
                                    

Pagi Sabtu yang sepi di kafe Learn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi Sabtu yang sepi di kafe Learn.tera. Tidak banyak mahasiswa yang datang karena perkuliahan libur. Meskipun begitu, Lavanya tetap sibuk mempersiapkan kafenya yang sebentar lagi akan buka. Fero juga sudah datang untuk menyiapkan mesin kopi.

Begitu plang di pintu kafe diubah menjadi buka, dua orang laki-laki memasuki kafe dan menghampiri Lavanya di kasir. Gadis itu menyambut tamu tak diundang tersebut dengan wajah masam.

"Mana Nadila? Dia pasti di sini, kan?" tuding Kavi pada Lavanya karena Nadila dari kemarin tidak membalas pesannnya.

Namun bukannya fokus pada yang bertanya, Lavanya malah menatap laki-laki yang satunya. "Keluar," desis gadis itu.

"Lavanya, jawab gue dulu. Nadila pasti di sini, kan? Dia nggak angkat telponnya. Apa dia nggak ada di sini juga?" Kavi terus membombardir Lavanya dengan pertanyaan tanpa memedulikan raut wajah gadis itu.

"Kalo lo mau gue jawab pertanya itu, bawa temen lo itu keluar." Jawaban Lavanya jelas membuat yang dimaksud memandangnya lesu.

"Lav—"

"Lo! Gue udah larang lo nginjak kaki di tempat gue!"

Kavi yang memang membutuhkan Lavanya, langsung menarik temannya itu. "Bay, Bayu. Keknya lo keluar dulu, gue butuh info soal pacar gue," mohonnya.

Ucapan Kavi membuat Lavanya mendengus. Jika saja dia tidak tahu yang sebenarnya, mungkin akan tersanjung dengan kekhawatiran laki-laki itu. Namun, dimatanya sekarang kedua orang itu tidak lebih dari sampah. Yang satu tukang selingkuh, yang satu lagi suka mempermainkan perasaan perempuan. Pertemanan yang sefrekuensi.

Kavi kembali setelah menyuruh temannya yang bernama Bayu menunggu di parkiran. Dia terus saja menanyakan keberadaan Nadila pada Lavanya.

"Bisa lo liat di sini cuma ada gue sama Bang Fero."

Kavi melihat ke sekeliling sekilas, lalu berbalik ke Lavanya lagi. "Masa lo sebagai temannya nggak tau? Atau kalo memang dia nggak ngabarin lo, masa nggak khawatir dia kenapa-napa?"

Lavanya tersenyum miring. "Lo khawatir sama dia?" ejeknya.

Kavi memijat pelipisnya karena yakin Lavanya mengetahui sesuatu, tetapi tidak mau memberitahunya. Sementara gadis itu tampak santai memasukkan uang receh ke laci kasir.

"Lavanya gue mohon kasih tau di mana Nadila sekarang! Apa perlu gue ke rumahnya?"

Lavanya yang memang tahu jika Nadila tak pernah membawa laki-laki itu ke rumahnya, langsung menghentikan aktivitas. Dengan perasaan marah yang masih tertanam di hatinya, gadis itu menjawab, "dia ke Bali, ke rumah keluarga gue."

"Buat apa dia ke sana? Lagian dia nggak kasih tau gue. Lo pasti bohong, kan?"

"Kenapa Nadila harus ngasih tau lo? Emang lo kasih tau dia segala hal? Berlagak jadi pacar yang baik? Tck, menjijikkan." Balasan Lavanya membuat Kavi bungkam. Laki-laki itu merasakan aura permusuhan yang dipancarkan Lavanya lebih kuat dari sebelumnya.

Interested [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang