Delapan Belas

1.4K 103 3
                                    

Setelah makan dan berpamitan dengan Ibunya Nadila, laki-laki itu juga berpamitan pada Namira dengan melakukan tos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah makan dan berpamitan dengan Ibunya Nadila, laki-laki itu juga berpamitan pada Namira dengan melakukan tos. Entah apa yang mereka bicarakan di belakang Nadila sampai adiknya terlihat akrab dengan laki-laki itu.

"Ngomong apa tadi sama Namira?" Suara Nadila yang sengaja dikeraskan, masuk ke telinga Jay. Laki-laki itu kembali tersenyum mengingat adik kecil si ruang tamu.

"Rahasia."

"Tck. Nanti juga kalo nanya ke Namira, bakal dijawab," balas gadis di boncengan Jay dengan nada tidak senang. Sementara yang membawa motor malah mengulas senyum, memamerkan giginya.

"Habis ini mau ke mana? Kafe atau masuk kelas?"

"Masuk kelas."

Setelah itu hening. Nadila yang duduk di belakang tiba-tiba saja terlempar ke masa lalu. Mengingat saat dirinya berboncengan dengan Kavi. Mereka biasanya banyak berbincang bahkan sesekali saling melempar candaan. Nadila yang bersandar di bahu Kavi dan laki-laki itu yang mengelus tangannya.

"Nad?"

"Huh?" Nadila mengerjap. Gadis itu memperhatikan sekitar untuk memastikan apa mereka sudah sampai. Namun, bukannya sampai di kampus, mereka malah berada di bengkel tempat Jay memperbaiki mobilnya.

"Lo mau turun di sini?"

"Bukan. Kita ganti oli motor lo dulu. Udah parah, nih, kayaknya."

Nadila spontan menahan motornya. "Nggak usah!" tolaknya bahkan tanpa sadar mengeraskan suara. Bukan apa-apa, uangnya tidak cukup jika mengganti oli sekarang.

"Nggak usah khawatir soal uang. Gue bayarin. Anggap aja karna udah jemput gue hari ini plus makan gratis." Seolah bisa membaca isi kepala Nadila, laki-laki itu kembali menarik motornya untuk diservice. Walaupun gadis itu keberatan, tampaknya Jay tidak meminta persetujuannya.

"Nanti uangnya gue ganti. Gue nggak mau punya hutang budi sama orang lain," kata Nadila saat mereka menunggu motornya diganti oli.

"Kan, udah gue bilang anggap aja—"

"Kalo naik ojek, lo udah sampe ke rumah dengan uang segitu."

Jay mengangguk dan Nadila pikir laki-laki itu sudah setuju. Namun, balasannya malah membuat dia tercengang sebentar.

"Gimana kalo lo traktir gue makan aja? Traktir mie ayam hidden game yang sering lo makan pas SMA."

"Lo ... tau dari mana?"

"Lavanya."

Saat nama itu disebut, Nadila tidak bingung lagi. Tentu saja Lavanya akan cerita apapun pada Jay. Dia pun hanya mengangguk karena berpikir itu hanya akal-akalan Jay, agar dirinya tidak perlu membayar uang tersebut.

💔

"Mama, kan, udah bilang buat rekrut karyawan lagi. Kamu kenapa, sih, keras kepala banget kalo di bilangin?"

Interested [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang