13. Cadarku dan kamu

9K 316 0
                                    

Happy Reading
-
-
-

'Karena menuju syurga tidak harus bersama orang yang sempurna, tetapi untuk orang yang mau di ajak kebaikan dalam mengejar syurga Allah.'

_Zaidan Husain Al Zafir_

_
_
_

Pandangan Syafa tertuju pada kain cadar yang tergeletak di atas meja rias. Di memegang cadar berwarna hitam dan terdiam sebelum memutuskan untuk memakai nya.

Keindahan mata berwarna biru terpancar, terlukis senyum di balik cadar yang baru saja dia pakai.

"MasyaAllah Humaira, bidadari surgaku," ucap Gus Al tengah berdiri di belakang Syafa, memandangi istrinya.

Deg

Syafa terperanjat tiba-tiba Gus Al berdiri berada di belakang nya. Seketika dia membuka cadarnya dan berbalik badan menghadap Gus Al.

"Kenapa di buka cadar nya, hem." Gus Al mengambil cadar dari tangan Syafa.

Dia tidak bisa menyembunyikan pipi merah merona seperti udang rebus, Syafa menunduk malu.

"Lihat Aku," tangan Gus Al terangkat memegang dagu Syafa.

"Aku malu mas." Syafa mengulum kedua bibirnya.

"Kenapa harus malu dalam hal kebaikan," gumam Gus Al menatap Syafa.

"Cadar ini tidak pantas di pakai oleh wanita pendosa sepertiku, terlalu banyak dosa dalam diriku hingga cadar pun tak pantas menutupi wajahku," ucap Syafa lirih.

"Lalu apakah tidak pantas pendosa memakai kain kafan saat meninggal hanya karena dirinya banyak dosa?"

Syafa merotasikan kedua bola matanya, mendengar pertanyaan terlontar dari Gus Al.

"Bukan kah setiap orang yang mati akan di beri kain kafan, sekali pun dia pendosa. Lantas apa salahnya kita berusaha menjaga diri kita, sekalipun kita seorang pendosa. Allah tidak pernah membenci orang yang menjaga dirinya walaupun orang itu pernah melakukan dosa. Semua orang di mata Allah sama, sama-sama hamba. Dan yang bisa membedakan adalah keimanan kita," jelas Gus Al panjang lebar.

Mata Syafa berkaca-kaca menahan air mata yang keluar dari ekor matanya.

"Kenapa menangis, hem." Gus Al mengelus pipi dan menghapus air mata yang membasahi pipinya.

Kedua pasang mata saling beradu bertatapan saat Gus Al memakaikan cadar pada istrinya.

Kedua bola mata Syafa memandang Gus Al berdecih kagum, dia sangat beruntung mendapatkan Gus Al lelaki terbaik dalam hidupnya.

Kedua tali cadar telah di ikat di belakang kepala Syafa oleh Gus Al, dia tersenyum memandangi Syafa.

"Mas, kenapa kamu berlapang dada menerima kekuranganku?" tanya Syafa.

"Karena menuju syurga tidak harus bersama orang yang sempurna, tetapi untuk orang yang mau di ajak kebaikan dalam mengejar syurga Allah." Gus Al mengelus kepala Syafa lembut.

***

Di dalam asrama Ainun sedang mengobrol dengan temannya.

Menikahi wanita pilihan Abi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang