10 - Kamu dan Boneka Babi

17.8K 644 35
                                    

APA KABAR HARI INI? SEMOGA KALIAN SEHAT SELALU YA! RAMAIKAN CERITA INI YUK!! JANGAN LUPA SEBELUM BACA TEKAN BINTANG YA!

SELAMAT MEMBACA SAYANG SAYANGKU 💚

BAGIAN SEPULUH : KAMU DAN BONEKA BABI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAGIAN SEPULUH : KAMU DAN BONEKA BABI

Berada di kediaman keluarga yang penuh warna tiap harinya. Vanila sedang memasak di dapur sementara Zayyan duduk di meja makan sambil membaca koran dan di temani secangkir kopi hangat. 

Kalau Jevan? Anak sulung nya itu sepertinya masih tertidur pulas atau mungkin kegiatan lain sering mengganggu adiknya.

“Pagi Mah, Pah!” Sapa Jevan penuh semangat. Kompak keduanya menoleh. Cowok bertubuh tinggi itu kemudian ikut gabung duduk dekat adik laki-laki nya.

“Eh, anak bujang udah bangun tidur! Gimana lancar semalam habis main? Pasti kamu habis ngelakuin nggak bener lagi kan?” Tuduh Zayyan. 

Jevan terperangah, bisa-bisanya menuduh anaknya sendiri. “Maaf Papah Zayyan yang terhormat, biar saya jelaskan semalam saya tidak main nggak benar. Melainkan saya membantu seseorang.” Jawab Jevan memakan bahasa formal. Tawa Zayyan seketika meledak, anak ini memang sungguh di luar nurul. 

“Membantu apaan Jevan,” Zayyan geleng-geleng dengan tingkah anaknya. “Nggak seperti biasanya kamu bantu orang, pasti cewek matre pacar-pacar kamu itu kan?” 

“Salah Pah!” 

Zayyan mengerutkan keningnya. “Terus apa? Kamu tuh jangan Ngadi-ngadi kuliah yang aja bener, jangan suka mainin hati orang, bahaya tahu!” Peringat Zayyan. Sebagai seorang figur kepala rumah tangga, Zayyan harus bertanggung jawab pada keluarga nya, mengajarkan anak-anaknya agar bisa menghargai wanita. Tapi anak pertamanya ini memang terpengaruh lingkungan saja, Zayyan saja sampai pusing pakai jurus apalagi, pokoknya Jevan satu-satunya anak paling keras kepala.

Jevan terkekeh kecil, “Bukan Pah, aku semalam habis bantu kebaikan kok. Papah tahu nggak tetangga kita dulu, jaman aku masih SD masih ingat kan?” 

Zayyan nampak berpikir sembari mengusap dagunya. “Papah sepertinya ingat. Anaknya Pak Adnan bukan?” 

Jevan langsung mengangguk, “Iya Pah, anaknya sekarang satu fakultas sama aku tapi posisi aku senior dan dia junior.” 

“Bukannya Zella lebih senior dari kamu ya? Apa dia telat masuk kuliah nya?” Jika di pikir-pikir Zayyan sangat kasihan dengan nasib Zella, setelah keluarga pak Adnan pindah  karena menjual rumah mewah nya. Jevan sering kelihatan murung tiap hari. Bagi anaknya, cuman Zella satu-satunya teman yang pertama mengulurkan tangannya. Setiap hari, Jevan sering memintanya agar bisa bertemu dengan Zella namun tak ada hasil. 

“Setahuku dia Gap year setahun , dia juga sering jadi bahan bullying di kampus!” 

Sontak Zayyan terkejut dengan fakta itu. Zella di bully? Kelakuan macam apa orang-orang disana kayak setan. 

JEVANGAR (Sequel Zayyan Harquel) ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang