Aku update seperti biasa minta ramaikan part ini ya. Vote dan komen nya kawan-kawan. Aaaa kasihan aaa..
Siapa yang udah gak sabar baca?
Kasih spam emoji ❤️ dulu banyak banyak!
Selamat membaca sayang-sayangku 💚🌷
BAGIAN DUA PULUH SATU : MANJA MODE ON
Dari jarak sedekat itu, Zella sadar bahwa cowok di sampingnya saat ini begitu tampan. Pesona wajah Jevan memang pantes saja selalu di kagumi banyak cewek-cewek di luar sana. Selain itu, postur tubuhnya juga sangat menonjol memikat hati.
Kejadian tadi membuat gadis itu enggan pulang ke rumah karena Zella bisa menebak Papahnya—Adnan bakal memarahi nya. Berada di atas ranjang empuk bersama seseorang yang membantunya sampai titik ini yaitu Jevangar Harquel, entah seberapa kali ia mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran cowok itu, meskipun Zella sering Plin-plan dengan pilihannya, akan tetapi Jevan selalu menyakinkan dirinya untuk kuat. Terkadang Zella pusing mendengar ocehan cowok itu ketika ia mau menyerah terus.
Jevan mendekatkan tubuhnya lekat. Zella bisa merasakan degup jantung cowok itu berdebar, sama seperti Zella, ia bisa merasakan hembusan napas Jevan, lengan kekarnya ia usap.
“Kamu belum tidur, sayang?” Suara berat milik Jevan bikin gendang telinga Zella merinding. Kalimat terakhir ia tidak salah dengar kan, Spontan Zella menggeleng kepalanya.
“Belum, aku masih kepikiran orang tua aku di rumah. Aku takut banget Papah shock berat, apalagi dia punya riwayat jantung, aku takut banget penyakit papah kambuh. Aku memang gak bisa nerima penghianatan Gio, tapi aku paling gak rela Gio rebut harta Papahku.” Jelas Zella kemudian menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jevan.
Jevan mengelus rambut Zella lembut, “Keputusan lo udah benar, demi lo dan keluarga. Soal Gio ingin merebut harta Papah lo, lo gak boleh sendirian ngehadapin ini, ada gue yang selalu ada buat lo, jadi nggak usah di pikirin, semua akan cepat selesai.” Usai mengucapkan terakhir, Jevan mengucup kening Zella.
“Kak,” Panggil Zella berbisik.
“Hm,” Gumam Jevan.
“Aku mau tanya sesuatu boleh?”
“Boleh saja.”
Zella menghela napas ringan. “Kakak pernah ngalamin pengen banget nyerah sama hidup? Maaf ya kak, pertanyaanku gak berfaedah sama sekali, aku hanya penasaran aja.”
Jevan menatap Zella teduh, senyuman di bibirnya tercetak sempurna. “Pernah, gue pernah ngalamin kegagalan yang sulit di lupain sampai sekarang. Gue pernah ikut kontes band, harusnya kita menang karena voting nya lebih unggul tapi entah kenapa besoknya berubah turun drastis dan yang menang orang lain.” Teringat kenangan masa dulu awal semester satu agak menguras emosi, “Setelah di selidiki bertiga, ternyata mereka dari kalangan orang kaya. Padahal orang tua kita bertiga banyak duit juga. Tapi gue, Hazriel dan Jafriel lebih memilih di jalur yang benar. Saat itu, gue marah besar terus nimbulin kegaduhan, hingga akhirnya Papah gue larang gue main musik. Semakin Papah gue larang, semakin gue sering main musik sama dua kawan gue. Sembunyi sih, biar Papah gue kagak tahu kalo anaknya masih suka main musik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVANGAR (Sequel Zayyan Harquel) ✓
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN KU DULU SEBELUM BACA ] [LENGKAP] "Kamu mungkin nggak pernah perawatan mangkanya tunangan kamu lebih milih temanmu sendiri." Jika mendapatkan perkataan seperti itu apa yang kalian rasakan? Marah, Iya. Pengen banting orang itu juga, iya...