15 - Cemburu dan Pengakuan

17.3K 641 17
                                    

Ngetik ini butuh perjuangan banget jadi jangan lupa ramein ya vote & komen seperti biasa hehe..

Selamat membaca 💚💚

BAGIAN LIMA BELAS : CEMBURU DAN PENGAKUAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAGIAN LIMA BELAS : CEMBURU DAN PENGAKUAN

Konon katanya menjadi anak pertama itu harus bisa diandalkan. Contohnya seperti Jevan sedari tadi luntang-lantung gak jelas menenteng dua keranjang sayur bersama Vanila-Bundanya mengelilingi pasar yang banyak sekali orang berlalu lalang serta pedagang berseru lantang agar pembeli bisa datang membeli dagangan nya. Setengah jam lebih Jevan merasa lelah, tetapi Bunda nya masih sibuk memilih sayuran yang akan dibeli.

"Bunda, kita pulang aja yuk, udah banyak banget ini!" Ajak Jevan agar bundanya luluh. Hasilnya tetap nihil, Vanila tidak merespon sama sekali membiarkan anak sulungnya mengeluh.

"Bentar, Bunda masih milih sayuran mana yang harus dibeli sayur kangkung atau sayur bayam ya?"

Jevan memutar bola matanya malas, "Semua aja deh, Bun, aku capek banget udah setengah jam disini, mending kita belanja aja di supermarket disini bau banget!" Ucap Jevan seraya mengapit jari ke hidung mancung nya.

Vanila menoleh, tak habis pikir anaknya suka cepat mengeluh, biasanya juga anak sulungnya itu bodo amatan jika di ajak ke pasar.

"Kamu ini dikit-dikit ngeluh nanti kalau dah punya istri bakal gimana? Ngeri sekali punya suami nggak bisa di ajak ke pasar nanti kamu di kutuk sama istri kamu jadi sendal jepit mau?" Seperti ibu-ibu kebanyakan, selalu mengancam.

"Tapi Bun, Jevan lelah banget semalam minum lagi."

"Bunda udah suruh kamu minum sup toge tadi malah gak di makan, sampai sekarang muka kamu kayak habis galau."

Jevan mengusap-usap tekuknya, "Aku gak galau, cuman kepengen aja, Bunda kayak gak kelakuan anaknya."

"Anak bunda bandel, suka ganti-ganti pacar dapat azab baru tahu rasa!"

"Kayaknya sudah, Bun."

"Azab nya emang apaan?"

"Kepo banget, Bunda!"

"Kamu anak Bunda, Bunda harus tahu Azab kamu apaan sampai galau begini biasanya juga seneng."

"Nanti aja deh, Oh ya, Bun."

Vanila menoleh lagi, mereka berdua mengobrol sambil jalan beriringan. "Apa?"

"Dulu waktu Papah sama bunda masih SMA, pas waktu pacaran pernah gak sih Papah galau kayak aku?"

"Pernah, Papah kamu pernah galauin Bunda sampe gak masuk sekolah setahun itu juga Home schooling sih, masa itu Bunda pernah mutusin Papah kamu di tengah lapang."

Mata Jevan terbelalak lebar, mengejutkan bukan Bunda nya memutusi Papahnya dulu. "Kok, bisa Bun?"

"Waktu itu bunda masih labil banget, masih kemakan omongan orang-orang. Tapi Papah kamu tetap ngejar Bunda sampai dapat sampai akhirnya Papah kamu nikahin Bunda."

JEVANGAR (Sequel Zayyan Harquel) ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang