Aku nulis part ini masih gak enak badan banget tapi demi kalian yang selalu setia nunggu aku jadi semangat nemenin kalian malam mingguan 💚🌷
Bantu ramaikan part ini karena gemes bangett! Ayo vote & komen 🤩
Selamat membaca sayang-sayangku 💚
BAGIAN DELAPAN : PAYUNG KUNING
Langit-langit di kota Bandung semakin mendung, perlahan rintik hujan turun mengenai Zella yang sedari tadi terduduk di kursi panjang di samping trotoar jalan Braga. Gadis itu sepertinya tidak peduli sekujur tubuhnya akan basah kuyup, biarlah dia menenangkan pikiran nya.
Zella masih teringat kata-kata menyakitkan keluar dari mulut bejat sahabatnya itu. Alena, sahabat terbaiknya tega mengkhianati bahkan merebut tunangannya sendiri.
Bendungan di pelupuk matanya tak bisa ia tahan lagi. Tetesan air mata itu keluar bersamaan derasnya air hujan. Sepasang mata berlalu lalang melihat Zella kehujanan disertai suara tangisan kehancuran hatinya. Zella memegang dadanya, hatinya sakit, ia bingung harus bagaimana kedepannya nanti.
Ia teringat saat di momen terakhir saling tatap dengan Gio. Hanya kemarahan yang bisa keluarkan, ia berpikir keras apa kesalahannya, jika memang ingin harta ayahnya kenapa tidak minta saja tanpa harus embel-embel ingin menikahi dan menghancurkan kehidupannya. Mungkin tuhan menjawab kelakuan Gio di belakang, ia bersyukur akhirnya indentitas busuk Gio terkuak.
Dari kejauhan sekitar 10 meter. Jevan berdiri di dekat samping tiang listrik sembari memegang payung warna kuning. Cowok itu bisa melihat sisi kehancuran dari sosok gadis itu, ia merasa tak tega Zella menangis.
Dengan berani Jevan segera melangkahkan kakinya mendekat menghampiri Zella.
“Mau sampai kapan lo mau kayak gini disini? Ini tempat umum, tidak sepantasnya lo nangis di depan banyak orang. Jangan sampai orang tahu lo hancur disini.” Ujar Jevan mengomel di saat keadaan Zella masih nangis. Zella menengadahkan kepalanya, ekspresi nya berubah terkejut.
“Kak Jevan ngapain disini, biarin aku sendiri aja. Nggak ada orang yang ngerti perasaan aku. Termasuk kak Jevan kesini cuman ngomel doang!” Zella kembali terisak.
Jevan membagi payungnya pada Zella. “Pake payung nanti lo sakit, nanti kalo sakit gue yang repot!”
“Kenapa harus repot? Aku kan, bukan siapa-siapa kak Jevan.”
Terdengar helaan napas berat keluar dari mulut Jevan. “Lo emang bukan siapa-siapa gue untuk saat ini, tapi gue disini sebagai orang yang peduli sebagai sesama manusia.” Namun hatinya berkata lain, ia peduli sebagai calon pendamping hidupnya.
“Nggak usah peduli, aku tahu kak Jevan pasti mau ngetawain aku, iya kan?” Tuduh Zella asal ceplos.
Jevan mengusap dagunya. “Tadinya sih mau ketawa cuman pas liat lo kayak gini gue jadi urung buat ketawain lo!”
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVANGAR (Sequel Zayyan Harquel) ✓
Roman pour Adolescents[ FOLLOW AKUN KU DULU SEBELUM BACA ] [LENGKAP] "Kamu mungkin nggak pernah perawatan mangkanya tunangan kamu lebih milih temanmu sendiri." Jika mendapatkan perkataan seperti itu apa yang kalian rasakan? Marah, Iya. Pengen banting orang itu juga, iya...