19 - Red Dress

14.6K 550 17
                                    

Seperti biasa ramaikan part ini vote dan komen 🦋🌷🌷

Kasih emot "❤️" dulu banyak banyak hehe

Buat kalian, jaga kesehatan ya selamat membaca sayang-sayangku 💚🌷

Buat kalian, jaga kesehatan ya selamat membaca sayang-sayangku 💚🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAGIAN SEMBILAN BELAS : RED DRESS

Hari yang di nanti telah tiba, di sebuah gedung besar dengan dekorasi mewah dan megah. Para tamu undangan dari kalangan penjabat tinggi satu persatu berdatangan masuk ke dalam gedung tersebut.

Musik gamelan mengalun nan merdunya menggelegar di sepenjuru gedung, sebelum acara berlangsung Jevan yang sedang duduk di meja putih bundar bersama orang tuanya—Zayyan dan Vanila, meminta izin pergi ke toilet sebentar, akan tetapi agak lain bagi seorang Jevan cuman sekedar ke toilet. Jevan malah pergi ke ruang tunggu pengantin. Benar saja dugaan cowok itu, Zella tengah duduk diam sembari menggenggam buket bunga mawar putih, gadis itu sangat cocok dengan kebaya adat Sunda yang melekat pada tubuhnya di tambah riasan wajahnya natural dan gak berlebihan.

Excuse me, may I come in?” Ujar Jevan sembari menyandar bahu nya di ambang pintu. 

Zella menoleh dengan mata berbinar, seolah ia butuh sosok Jevan di sampingnya. 

“Kak Jevan dari mana saja?” Tanya Zella. 

“Gue tadi izin mau ke toilet dulu sebentar, eh malah nyasar kesini,” Jawab Jevan jujur. “Kalo di pikir-pikir lo cantik banget pake adat ini, lebih cakepan lagi lo pake serba merah aja?” Saran Jevan.

“Benar juga ya, kak. Kebaya putih terlalu suci banget, tapi katanya Diza mau kesini bentar lagi tadi dia nelpon aku bawain dress, gak tahu tuh anak bawa dress apaan, semoga aja gak aneh-aneh,” Harap Zella. “Kak Jevan, apa aku bisa lewatin hari ini? Aku takut Papah kecewa.” Raut wajah Zella berubah sendu.

Jevan menarik tangan Zella lembut, membawanya mendekat ke arah dada bidangnya. Spontan Zella terpaku sejenak saat ia merasakan detak jantung Jevan, tatapan keduanya saling bertemu sangat lekat, seakan Zella merasa terkunci dan tak bisa berpaling.

“Ada gue disini, gue udah rencanain semuanya. Semuanya sudah siap, tinggal aksi lo nanti. Gue tunggu lo jadi cewek kuat, dengan itu, lo nggak bakalan di injak-injak lagi sama orang.” Kata Jevan membuat Zella bergerak untuk percaya diri. “Ada gue, teman-teman gue, sahabat lo Diza termasuk bokap gue juga bantuin rencana ini.” Sontak Zella kaget mendengar nama terakhir di sebutkan Javan tadi. 

“Om Zayyan bantu aku?” 

Jevan mengangguk. 

Zella mengulas senyum manisnya. “Aku gak percaya kalo Om Zayyan bantu aku juga, titip salam rasa terima kasihku ya, kak!” 

“Ke gue gimana? Lo nggak terima kasih juga?” Rajuk Jevan. Zella hanya terkekeh kecil. “Wah, gak bisa nih, aku harus bawa lo kabur!” 

“Kakak kenapa sih?” 

JEVANGAR (Sequel Zayyan Harquel) ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang