16 - Dukungan orang tua

15.3K 626 20
                                    

Nunggu aku update?
Jangan lupa ramein ya... Vote & komen sangat penting.

Selamat membaca sayang-sayangku 💚

BAGIAN ENAM BELAS : DUKUNGAN ORANG TUA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAGIAN ENAM BELAS : DUKUNGAN ORANG TUA

Lonceng pintu berbunyi saat Jafriel membuka pintu masuk cafe, netra nya seketika melihat Diza yang setahu nya sahabat Zella paling waras. Gadis dengan rambut sebahu berponi sedang kebingungan berdiri di depan kasir seraya mengusap dagunya berulang kali. Ia tebak, Diza kebingungan mencari menu minuman yang akan dibeli. 

Sudut bibirnya terangkat lantas langkah kakinya bergerak menghampiri gadis itu. 

“Hei, morning cantik,” Sapa Jafriel ramah berdiri di samping Diza. 

Diza menoleh, ia terkesiap rupanya Jafriel sahabat nya Jevan tiba-tiba ada di sisinya. Selain itu, Diza paling kenal makhluk cowok satu ini terbilang cukup red flag, banyak cewek—ada teman teman kelas nya pernah jadi korban, menyaksikan teman nya galau seminggu ia benci cowok aneh itu  dan artinya Diza harus ekstra hati-hati berhadapan dengan Jafriel. Tinggi laki-laki itu 187cm, sementara Diza tinggi badannya hanya 160cm. 

Semaksimal mungkin, Diza membalas sapaan Jafriel meskipun ia tersenyum terpaksa. 

“Hai,” Balasnya. 

“Sendiri aja, kemana teman lo itu?” Tanya Jafriel, ia terheran mengapa Diza kesini sendirian biasanya juga sering kesini bareng dua teman nya—ia tahu yang satu lagi udah di cap penghianat perebut tunangan orang. 

“Pengen aja, kak Jafriel juga tumben sendiri,” tanya Diza balik nada nya sangat ketus. 

“Ngomong nya boleh gak ketus bisa nggak?” 

Diza mendelik tajam, “Sori, kak Jafriel bukan tipe gue!” 

Jafriel menahan tawa nya, “Siapa juga yang tertarik sama lo, lo bukan tipe gue!” 

“Bagus deh!” 

“Dasar cewek Bagong!” Umpat Jafriel pelan. 

Di tengah perdebatan mereka berdua, tiba-tiba ponsel Diza berdering menampilkan nama Hasa di layar. Dalam hati berseru senang karena akhirnya ia bisa bebas dari Jafriel, dengan santai Diza mendekatkan benda pipih itu ke telinga nya. 

“Iya, Hasa. Kenapa ?” 

“Lo dimana Diz, gue cariin kagak ada!” 

“Gue lagi di cafe lagi mau beli kopi.” Ungkap nya. 

“Ouhh… gue jadi pengin kopi, talangin gue dulu ya nanti gue ganti.” 

“Oke, bye!” 

Sambungan terputus bersamaan. Diza bersedekap dada menunggu dua kopi pesanan nya selesai. Masa bodoh pilih yang mana, yang penting ia bisa keluar secepat mungkin, menghindari cowok modelan kayak Jafriel si red flag—ralat, death flag sih lebih tepatnya.

JEVANGAR (Sequel Zayyan Harquel) ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang