18. TERBONGKAR

1.9K 136 48
                                    

3 Hari kemudian.

Suasana nampak hening, hanya terdengar cetikan kecil yang berasal dari jemari kekar yang menari-nari diatas papan huruf acak, di temani ributnya lembaran kertas yang di bolak-balik oleh pria tampan dengan wajah datar khas kepunyaannya.

Kantung mata yang mulai menghitam sedikit sayu tak mengurangi kadar ketampanannya. Sudah 3 hari ia tak pulang ke mansion dan selama itu pula dia rela kehilangan jam tidur teraturnya.
Wajah lelahnya berkutat dengan semua berkas demi merangkak naik mencapai kejayaan perusahaannya kembali.
Dering ponselnya memenuhi ruangan, melirik kecil di susul tarikan kedua ujung bibir yang cukup manis.

"hai, son." sapa suara bariton dari sebrang telepon.

"hallo, dad." kekehan kecil terdengar dari daddy nya.

"mengapa jagoan tampanku terdengar begitu lesu?" tanya nya dengan sisa kekehan.

"hanya kurang tidur, dad."

"aku dengar kau sedang dalam masalah."
"kenapa tak menelpon daddy?"

"aku tak__"

"tak ingin merepotkan daddy." sela Earth mengikuti nada bicara putra tunggalnya dan Rachen hanya mampu tersenyum mendengar ucapan daddy nya.

"kau tau?"
"daddy sempat kecewa kau tak berlari ke arah daddy saat berada dalam kesulitan."
"padahal daddy menanti kenangan masa lalu terulang kembali." Earth menjeda ucapannya.

"kau berlari meminta di obati saat kakimu tergores ranting kecil." Earth terkekeh mengingat masa kecil putranya.
"tapi ternyata jagoan cengengku telah dewasa."
"dia bukan lagi bocah kecil yang akan menangis hanya karna lupa meletakkan mainannya."

"daaaad." panggil Rachen merasa malu dengan masa kecilnya dan Earth terkekeh.

"kau sungguh tak ingin berlari ke arah daddy mu?" tanya Earth sekali lagi.

"apa semua akan kembali?"

"tentu."
"berlarikan pada daddy dan katakan tolong bantu aku, dad setelah itu tidurlah dan ketika kau bangun perusahaanmu akan merangkak naik dengan sendirinya."
"tidak cepat namun daddy pastikan kejayaanmu akan kembali." ucap Earth penuh keyakinan, kekehan kecil keluar dari Rachen.
Keduanya saling diam dengan telepon yang masih tersambung.

"tolong bantu jagoan kecilmu, dad." ucap Rachen tersenyum tipis.

"sesuai keinginanmu, nak." keduanya terkekeh bersama.
"pulang dan beristirahatlah."
"semua akan daddy urus untukmu."

"terimakasih, dad."

"hmm" sambungan telepon terputus.
Terdengar helaan nafas lega.
Dia bersandar memejam memijit pelipisnya yang terasa pening.
Ponsel di genggamannya kembali berdering dan dia segera menggeser tanda hijau di layar.

"hmmm"

"mohon maaf mengganggu anda, tuan."
"itu tuan....." ucap kepala pelayan di mansion Rachen.

"merengek?"
"rewel?"
"tak berhenti menangis?" jelas Rachen yang hafal dengan laporan kepala pelayannya beberapa hari ini.

"tuan Natala tak menyentuh makanannya."
"hanya memakan beberapa potong buah."

"nasi?"

"tidak tuan." Rachen menghela nafas kasar.

"aku akan pulang."
Rachen matikan sambungan telepon melangkah pergi menuju mansion megahnya.

•••
POV NATA

Ku tekuk kedua kakiku naik ke atas sofa, tatapan kosongku tak lepas dari gumpalan awan yang mulai menata diri menutupi hamparan biru diatas sana.
Semua terasa asing bagiku, aku hanya ingin pulang bertemu tunanganku untuk melepas rindu.

REVENGE || JOYLADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang