45. CINTA (END)

3.2K 159 36
                                    

1 Bulan kemudian.

Langit cerah dengan hembusan angin sejuk menyapa raga dan relung jiwa dua insan yang saling berpelukan di dalam gulungan selimut tebal. Kicauan burung saling bersahutan seolah tengah melakukan paduan suara menyapa indera pendengaran pria tampan yang masih memejam. Dia usap punggung kekasihnya mengeratkan dekapan nyaman nya dan laki-laki cantik yang sedikit terusik melingkarkan kaki panjangnya ke pinggang pria itu.

Mereka tengah menikmati liburan disebuah villa dataran tinggi bersama Nara dan Levi. Melepas penat dan menghabiskan waktu bersama untuk lebih memahami satu sama lain.

"morning." sapa pria tampan dengan suara berat khas bangun tidur dan laki-laki cantik hanya mengusak dada pria itu mencari kenyamanan.

"tidak bangun,um?" tanya Rachen mengecup puncak kepala Nata.

"dingin." balas Nata dengan suara serak masih dengan mata memejam. Rachen dekap erat menelusupkan tangan kekarnya ke piyama Nata mengusap pinggang ramping kekasihnya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kamar mereka membuat keduanya sedikit mengangkat kepala menatap pintu, Rachen yang merasa terganggu memeluk erat Nata menggoyangkannya lalu segera beranjak membuka pintu.

"lihatlah jam berapa ini?" ucap Nara setelah pintu terbuka, ia ketuk-ketuk pergelangan tangannya.

"apakah liburan tak boleh bangun terlambat kak?" tanya Rachen dengan raut sedikit kesal.

"apa liburan ini mau kau gunakan hanya di dalam kamar mengurung Nata,hm?" timpal Nara dengan wajah menggoda adiknya.

"ku lakukan jika Nata tak memberontak ingin melukis bukit." tawa Nara pecah seolah tengah mengejek adiknya.

"mandilah."
"sarapan sudah siap." ucap Nara menepuk bahu Rachen beberapa kali lalu melangkah pergi menghampiri kekasihnya di dapur.

Rachen menutup pintu melangkah ke arah ranjang melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi tengkurap, melingkarkan lengan kekarnya ke pinggang Nata.

"bangun sayang." Rachen merangkak ke atas mengecup semua sisi wajah Nata membuatnya terusik.

"eeeemmmm." protes Nata.

"bangun."
Nata mengerjap pelan menggeliat kecil meregangkan otot tubuhnya, dia duduk berniat turun dari ranjang namun di tahan Rachen yang sudah terlentang.

"aku lemas sekali."
"aku butuh transfer energy." Nata berbalik badan merunduk mengecup setiap inchi wajah Rachen di akhiri menjilat pipinya membuat sepasang kekasih itu tertawa.

"penutupan macam apa ini?" protes Rachen dan tawa Nata semakin kencang.
Rachen beranjak dari ranjang menarik Nata lalu menggendongnya menuju kamar mandi untuk mandi bersama.

•••

Laki-laki cantik baru saja keluar kamar dengan tangan kiri mengapit kanvas kosong dan sang kekasih mengikutinya dari belakang menenteng paperbag di tangan kanan berisi perlengkapan melukis dan tangan kirinya mengapit penyangga kanvas.

"astagaaaaaa."
"bukankah bisa kau ambil setelah makan?" ucap Nara melihat sepasang kekasih yang begitu kompak itu.

"kenapa harus mondar-mandir kalau bisa sekalian." ucap Nata menengok ke arah Rachen.

"betul sekali." balas Rachen sedikit menekan lidahkan membuat pipinya menonjol dan Nata segera mengecupnya.

"pantas kau menurut." ucap Nara membuat Levi dan Rachen tertawa.

"sudah-sudah ayo makan." ucap Levi menengahi dan Rachen segera meletakkan barang milik Nata dan mereka semua menikmati sarapan dengan tenang.

~~~

Dua pasang kekasih tengah menikmati udara siang yang masih sejuk di suguhi pemandangan langit biru cerah, dihiasin awan putih tebal yang semakin memanjakan mata dengan kabut tipis yang menyelimuti bebukitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua pasang kekasih tengah menikmati udara siang yang masih sejuk di suguhi pemandangan langit biru cerah, dihiasin awan putih tebal yang semakin memanjakan mata dengan kabut tipis yang menyelimuti bebukitan.
Pemandangan indah yang menjadi kesenangan bagi laki-laki cantik yang sedang duduk di lantai memegang kuas untuk mewarnai kanvas kosongnya.

Dia tengah menggoreskan kuas pipihnya memberi warna biru terang di atas kanvas di temani tiga orang yang sedang bercengkrama ringan.

"sayang aku mau ice cream." celetuk Nata membuat Rachen mengalihkan pandangan.
Pria tampan itu segera melangkah masuk mengambilkan permintaan kekasihnya dan kembali dengan ice cream di tangan kanannya dan saus sambal di tangan kiri, Rachen duduk di sebelah Nata membuka cup ice cream dan memberi sedikit saus diatasnya.

"yang benar saja kau Rachen." ucap Nara melihat apa yang dilakukan Rachen.

"tak apa."
"selagi perutnya tak sakit, tidak masalah." enteng Rachen menyuapkan sesendok penuh ke arah Nata.

"memang tak salah takdir mempersatukan kalian." ucap Nara.

"semua sudah di atur." ucap Nata mengangkat kuasnya ke atas mengintip langit yang sedikit bersembunyi dibalik awan.

"menurut kalian cinta itu apa?" tanya Levi menatap satu persatu orang di sekitarnya.

"cinta itu suatu rasa yang tumbuh tanpa bisa di raba, di hadang maupun di bendung." ucap Nara mengawali makna cinta menurut sudut pandangnya, ia tatap awan berjalan yang menenangkan.

"kalau menurutmu Chen?" tanya Levi.

"cinta itu sebuah perasaan yang tak bisa si terka, di atur ataupun di paksa, datang begitu saja tanpa di sangka." ucap Rachen menatap dalam paras tenang Nata.

"kalau kamu sayang?" timpal Nara.

"dulu aku berpikir cinta itu rela berkorban tapi semakin aku dalami cinta itu adalah perwujudan emosional manusia dari rasa perhatian dan kasih sayang tulus." Nara beranjak dari kursinya memeluk erat Levi.

"kalau kamu baby?" tanya Rachen memeluk pinggang Nata.

"sama seperti Levi, aku memiliki dua versi lama dan baru." Rachen meletakkan dagu nya di bahu Nata.

"dulu aku berpikir cinta itu hanya sebuah ilusi yang memabukkan mata, semakin masuk ke dalam maka hanya akan ada dua jalan." Nata diam sejenak memandang langit.
"kebahagiaan atau kehancuran."

"lalu versi baru?" timpal Levi.

"cinta itu tak kenal kata karena ataupun tetapi."
"jika seseorang masih menemukan dua kata itu, itu bukan cinta tapi obsesi." Nata menengok kecil ke arah Rachen, menatap Rachen dengan ekor matanya dan pria itu mengecup bahu Nata merasa begitu bersyukur memiliki sosok indah seperti Natala.

Keempat orang itu terus mengobrol menghabiskan waktu bersama merekatkan hubungan yang sempat berurai tak beraturan.

END




Terimakasih yang udah setia mengikuti REVENGE sejauh ini, terimakasih untuk Red Roses yang bersedia meluangkan waktu untuk bertukar pikiran selama cerita ini berjalan. Sampai jumpa di cerita selanjutnya.

LOVE YOU SEMUA💛

TERIMAKASIH💛

REVENGE || JOYLADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang