21 TAK BERBEDA

2.1K 116 17
                                    

Cahaya sang fajar mulai mengintip di balik gorden tipis berwarna putih, pria tampan yang memejam mengerutkan alis merasa terganggu.
Netra tajamnya mengerjap menyamankan cahaya yang masuk, ia menunduk memandang laki-laki cantik yang masih terlelap tak merasa terusik sedikitpun.
Tilikan datarnya terfokus pada wajah teduh yang nampak kelelahan, memejam nyenyak menjadikan lengan pria itu sebagai bantalan.

Terdengar ketukan di susul suara pintu terbuka, dia tarik selimut menutupi tubuh laki-laki di pelukannya hingga leher.

"ma..maaf atas kelancangan saya, tuan." ucap kepala pelayan yang baru masuk kamar Nata, tak tau jika tuannya berada disana.

"hmm"
"hubungi Est aku tidak ke kantor hari ini." titah Rachen.

"baik, tuan."

"tutup gordennya." ucap Rachen.
Terdengar suara langkah kaki dan seorang kepala pelayan menarik gorden membuat kamar menjadi sedikit gelap hanya di terangi lampu tidur temaram.

"saya permisi." Racen tak menjawab, terdengar suara pintu ditutup dan Rachen kembali memejam menyamankan posisinya melanjutkan tidur yang sempat terusik.

~
2 Jam kemudian.

Nata mengerjapkan manik coklat miliknya merasakan tubuhnya yang terasa remuk, jemari lentiknya meraba pinggang yang terasa berat menemukan lengan kekar tengah memeluknya.
Dia lebarkan kedua netra nya dan menemukan Rachen masih memejam memeluknya, dia dorong tubuh gagah di hadapannya yang hanya tersentak tak bergeser sedikitpun.

"lepaskan tanganmu." bukannya menurut, Rachen malah mempererat pelukannya membuat Nata memberontak.

"lepas." ucapnya dengan suara gemetar menahan tangis.
Rachen hembuskan nafas kasar turun dari ranjang dengan keadaan naked, Nata segera menutup kedua matanya dengan telapak tangan.

"apa yang ingin kau tutupi?"
"bukankah semalam kau sudah melihat semua tubuhku dan memperkosaku?" ucap Rachen melangkah membuka gorden di kamar Nata.

"harusnya aku yang marah karna kau menodaiku." ucap Rachen datar, berjalan menuju walk in closet meraih kimono putih berjalan keluar meninggalkan Nata.

Nata intip tubuh polosnya di balik selimut tebal yang menutupi, bibirnya melengkung ke bawah.
Dia beranjak turun dari ranjang menuju cermin besar menatap tubuh polosnya yang penuh hasil karya Rachen.
Setetes airmatanya lolos begitu saja, dia bawa langkah lemahnya menuju kamar mandi berendam di bathtub.

•••

Pria pemilik mansion baru saja keluar kamar dengan pakaian santainya menengok ke kiri melanjutkan langkahnya menuju lantai dasar.

"ikut aku." ucapnya saat berpapasan dengan kepala pelayan.
Mereka berdua berjalan menuju ruang kerja Rachen dengan kepala pelayan yang mengekori tuannya.

Rachen duduk disofa panjang menumpukan satu kaki di kaki yang lain, duduk tegap terasa jelas aura pria matang ber-uangnya sedangkan sang kepala pelayan berdiri melipat satu tangan di belakang tubuh dan membiarkan satunya terjuntai.

"apa yang dia makan?" tanya Rachen tanpa basa-basi.

"tuan Natala tidak memakan apapun dari dua hari lalu, tuan."
Matanya memicing.

"lalu bagaimana bisa dia terpengaruh obat perangsang?" tegas Rachen mengejutkan lawan bicaranya.

"apa kerjamu?"
"mengapa tidak kau awasi dia dengan benar?"

"maaf atas kecerobohan saya, tuan."

"bagaimana jika aku tak pulang?" lanjut Rachen tak menanggapi permintaan maaf pengurus mansionnya.

REVENGE || JOYLADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang