11. KECURANGAN

1.4K 104 16
                                    

15 jam kemudian.

Pria muda baru saja tiba di bandara internasional dikota nya, Berlin.
menyeret kopernya menuju pintu keluar dan langsung di sambut oleh tangan kanannya.
Wajah lelahnya tercetak jelas. Tak ada senyuman disana, yang tampak hanya wajah datar dengan tatapan tajam membawa aura dingin mencekam seolah siap memangsa musuh dalam selimutnya.

"langsung ke kantor." titahnya mutlak tanpa ada tampilan ramah sedikitpun. Sang sekretaris hanya menunduk menyeret koper milik tuannya membawanya ke mobil.

"sudah kau kumpulkan semua orang desain, Est?" tanya Rachen dengan matanya yang fokus pada ipad dipangkuan. mengotak-atik data memeriksa keputusan salah satu tender desain yang dia incar sejak 1 tahun lamanya.
Rachen orang yang sportif, jika dia kalah maka dia akan menerima kekalahannya. Namun dia takkan terima jika sikap legowonya di curangi.

"belum Sir."
"karna keputusannya baru di berikan semalam, dan saya langsung menelpon anda."

"kabari orang kantor."
"kumpulkan semua orang desain di ruang rapat."

"baik, Sir."
Est yang duduk disamping supir segera mengotak-atik layar ponselnya menelpon manager desain Proflex corp.

"kumpulkan semua orang desain di ruang rapat."
"30 menit lagi kita akan mengadakan meeting bersama Mr.Josephine." Est mematikan sambungan teleponnya dan suara dering ponsel Rachen terdengar.

"ya sayang." ucap Rachen berusaha lembut menahan amarahnya.

"kenapa tidak mengabariku semalam?"
"kamu sudah janji kan?" ucap Levi di sambungan telepon.

"maafkan aku."
"semalam aku flight dadakan dan baru tiba."
"aku sedikit ada masalah di kantor."

"kamu baik-baik saja?"

"hmmm"
"aku matikan telponnya, aku ada rapat setelah ini." Rachen dalam suasana hati yang buruk, dia tak lagi mampu menahan untuk terlihat lembut di depan kekasihnya saat dalam kondisi seperti ini.

••••

3 jam kemudian.

Lelaki pemilik wajah imut menjinjing paperbag berukuran sedang menapaki ubin mahal gedung pencakar langit milik kekasihnya, senyumnya terpatri apik membayangkan raut bahagia pujaannya tiap kali dibawakan makanan kesukaannya.

"siang tuan." sapa satu karyawan yang mengenalinya dan Levi membalas dengan senyuman ramah.

tok tok tok
Dia ketuk pintu coklat besar menjulang tinggi di hadapannya menampilkan pria muda tengah sibuk dengan tumpukan kertas berharga dibalik pintu, wajah seriusnya nampak begitu tampan dan tanpa sadar senyum bangga Levi hadir seolah berkata, "dia priaku."

"sayang." panggil Levi dengan senyum termanis, namun yang didapati hanya lirikan kilat kembali fokus pada kertas berserakan didepan pria itu.
Senyumnya memudar, dadanya terasa nyeri mendapat respon yang tak di inginkan.

"sudah makan?"
"ku bawakan makanan kesukaanmu."
Rachen diam, bahkan tilikan kecil dari netra tajamnya pun tak didapatkan.

"Cheeen?"

"taruh saja di atas meja."
"nanti ku makan." ucapnya tanpa mengalihkan pandangan.
Levi melangkah duduk di hadapan Rachen meletakkan paperbag ke kursi kosong disampingnya.

"apa sangat sibuk?"
"tinggalkan dulu."
"ah seperti itu tak apa."
"biar ku suapi." Levi bergerak meraih paperbagnya.

"aku sibuk."
"ini sangat penting aku tak bisa meninggalkannya."
"tolong mengertilah."
Seketika hati Levi terasa nyeri mendengar ucapan kekasihnya, kurang mengertikah aku selama ini?, pikirnya.

REVENGE || JOYLADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang