Bab 1 | Rumah bukan sekadar bangunan

212 39 4
                                    

“Seperti lembaran hidup, setiap orang memiliki narasi yang tak dapat diartikan dari latar belakangnya”


Handphone mewah milik Anya yang dilengkapi dengan casing holografis yang begitu elegan, diletakkan di atas nakas. Layar terangnya bersinar, berdering tanpa henti. Bar notifikasi dipenuhi dengan bubble chat dari Fannan, dan melihat nama itu membuat Anya merenung sejenak. Meskipun begitu, Ia memilih untuk tetap fokus pada serial Korea yang tengah diputar di laptopnya, "School 2017". Matanya yang diberi sentuhan eyeshadow berwarna lembut terkunci pada layar, tak peduli dengan dering pesan yang terus menggema.

Kamar Anya, yang beraroma lavender dari lilin wangi yang sedang terbakar, memberikan nuansa cozy yang begitu khas. Sehelai selimut berwarna merah muda tergeletak di sudut tempat tidur. Beberapa pot tanaman hias di jendela berjejer rapi, menciptakan suasana yang tenang. Ketika drama mencapai penghujung episode 13, Anya menyadari bahwa jarum jam dinding telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Waktunya untuk tidur, sesuatu yang tak pernah ia lewatkan demi menjaga fokus di sekolah keesokan harinya.

Sementara itu, bar notifikasi yang awalnya diabaikan oleh Anya, kini memunculkan pesan terakhir dari Fannan, kekasihnya yang hubungannya baru berjalan beberapa bulan. "Kita udahan aja," demikian bunyi pesan tersebut, yang telah dikirim dua jam yang lalu. Anya, yang terlambat menyadari pesan tersebut, mulai merespon.

"Udahan aja, lagian emang gak pernah mulai kan," tulisnya tanpa ekspresi, seraya kembali menoleh pada layar laptopnya untuk dimatikan. Tanpa menunggu respon dari laki-laki di seberang sana, Anya memutuskan untuk memblokir nomor Fannan. Kebenaran yang terlalu sulit dihadapi membuatnya lebih memilih menutup pintu daripada membiarkan hubungan tersebut terus terbuka. Laki-laki yang sebelumnya yakin bahwa Anya akan memohon padanya untuk tidak mengakhiri hubungan, kini merasakan sekujur tubuhnya membeku melihat balasan dingin dari perempuan itu.

Ia yang kini tengah asyik dengan ritual malamnya—skincare— tak tampak peduli pada drama yang sedang dialami Fannan di sisi lain layar ponselnya. Dengan tatapan dingin, ia meratapi bahwa segala upayanya membawa Fannan ke dalam permainannya berakhir dengan cepat.

Sejak awal, Anya tak pernah merasakan getaran perasaan khusus untuk Fannan. Laki-laki itu sama sekali tidak berhasil menyentuh hati Anya. Ditambah lagi, sebuah informasi yang diterimanya dari seorang teman tentang keterlibatan Fannan dengan beberapa perempuan di klub semalam, semakin menguatkan keputusannya untuk menjauh. Di balik kesan hatinya yang terasa dingin, Anya menyadari tindakannya mungkin terasa kejam – menciptakan keterikatan dan kemudian memutuskannya begitu saja. Tetapi, hal tersebut tak bisa ia hindari, dalam relung hatinya tersembunyi rasa takut dan kecewa yang tak terhentikan. Mungkin keputusannya terkesan sebagai langkah yang tegas, tapi di balik tirai itu, terbaca jelas keberanian dan keteguhan hati Anya akan sikapnya hanya untuk mencapai kebahagian yang sesuai standarnya.

Seketika, suara sumbang dari Kenzo, sepupunya, memecah kesendirian malamnya. Memasuki kamarnya tanpa izin, Kenzo sukses membuyarkan lamunannya.
"Anya, liat PR lo dong!"
"Kamjagiya!" seru Anya, terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Kenzo. Sementara, sepupunya itu tampak tak peduli dan melanjutkan dengan mengobrak-abrik tas Anya.

"Minimal ketok pintu dulu kek!"
"Buku matematika lo mana, Nya?"
"Disini," jawab Anya sambil menunjuk buku matematika yang terbuka di atas kasurnya. "Gue pinjem dulu ya."
Saking sudah terlalu terbiasa dengan sikap sepupunya itu, Anya memilih untuk tidak bertengkar dengannya hari ini. Meski tak terlalu peduli dengan tindakan Kenzo, ia tetap tak bisa menahan diri untuk memberikan sindiran kecil, "Awas aja besok ketinggalan." Kenzo hanya membalas dengan acuh tak acuh, meninggalkan pintu kamarnya terbuka lebar. Dalam hati, Anya mengucapkan sumpah-serapah pada Kenzo yang cukup membuatnya bertambah jengkel malam ini.

Fearless (selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang